By Christie Damayanti
[caption id="attachment_159013" align="aligncenter" width="653" caption="Illustrasi dari Google"][/caption]
Berapa kali kita sudah perayaan Natal selama hidup kita? Bagaimana perubahan situasi yang melingkupi suasana Natal kita tahun ini? Tanpa mengingkari berbagai suka cita Natal yang sudah kita terima, bagaimanapun di Indonesia masih carut marut dan gonjang ganjing. Sampai sekarang ini pun negeri kita masih dianda berbagi krisis dan kemelut yang menghantui semua masing2 dari kita .....
Lalu, bagaimana umat Nasrani dalam keadaan kemelut di neara kita ini, untuk bersikap? Adakah kuta bisa berbuat sesuatu ? Dan ternyata sikap kita tidak berbeda dengan berbagai sikap yang muncul di masyarakat, misalnya :
1.      Sikap acuh, masa bodoh, terlalu sibuk dengan urusannya sendiri yang memang sudah sangat susah. Jadi, bagaimana kita bisa pemikirkan kesusahan orang lain?
2.      Siap menyalahkan dan mengumpat, dimana dalam beberapa keadaan yang dialami saat ini banyak orang mengumpat, misalnya menyalahkan pemimpin negera kita atau menyalahkan system negara kita dan sebagainya.
3.      Sikap pasrah ( bukan berserah ), bahwa 'segala sesuatu ada masanya', bahwa suatu saat krisis ini akan berhenti ......
4.      Sikap menunggu adaanya 'ratu adil', mesias, atau yang lain, dimana akan datang seorang penyelamat yang akan membawa keadilah dan kesejahteraan bagi masyarakat. Menurut 'orang pintar', keadatangan ratu adil akan membawa kemelut sosial, bencana alam serta 'jatuhnya raja besar yang ditakuti'.
Apakah Gereja Tuhan juga terjebak dalam harapan dengan datangnya seseorang yang bisa membuat 'keadilan?' Karena ternyata kradilan itu sangat relative. Lalu, bagaimana kita umat Nasrani memandang Yesus dalam bersikap dan bertindak di tengah kemelut jaman? Natal 2011 ini mungkin kita bisa meneliti kembali makna kelahiran Yesus. Bawa kedatangan Yesus di dunia ini adalah untuk 'mengatasi krisis', dan merupakan klimaksnya adalah upaya Tuhan dalam penyelamatan ciptaan NYA. Tuhan sungguh hadir, setelah jaman berganti, tetap saja manusia mengalami krisis relasi dengan Tuhan. Watak manusia perlu diperbaiki langsung oleh penciptanya, dimana kedatangan Yesus sebagai Juru Selamst diberikan kita 'kuasa', memampukan untuk mengusir watak dosa, agar kembali menampakkan tanda2 sebagai anak2 Tuhan .....
Seandainya Yesus berkata,
"Sudahkah engkau berubah? Sudahkah engkau senantiasa berada dalam relasi yang benar dengan Tuhan?"