By Christie Damayanti
Foto
Hahaha ....... seperti anakku, anak ABG, aku ikut2an untuk membuat tatto ( hanya memakai cat kulit, bukan yang ditusuk, dan hanya ampu bertahan selama 1 minggu saja ) di tanganku, di Malioboro, ketika anakku minta ditemani untuk membuat tatto di tangannya yang mungil. Melihat beberapa gambar tatto itu, timbul keinginanku untuk membuat juga di tangan kiriku. Sedikit menyurut hatiku ketika aku harus memberirahukannya pada Valentino, sebelum aku melakukannya, karena aku tahu bahwa kegiatan tatto ini tidak sesai dengan umurku, hihihi .....
Ketika dia memberikan ijin untuk membuat tatto di tangan kiriku, aku langsung memilih gambar apa yang cocok untuk tangan kiriku. Beberapa desain sudah ku pilih, juga desain unyuk anakku, dan aku memilih tatto bunga yang lebih sederhana dibandingkan dengan tatto bunga yang dipilih oleh anakku, aaahhhh ...... sedikit excited, ketika seorang mba yang akan men-tattoku untuk memintaku berpindah tempat.
Sambil dia men-tatto tangan dan lengan kiriku, aku sedikit 'mewawancarainya'. Tangan mba itu sangat lincah menggoreskan tinta hitam di tangan kiriku. Bergerak cepat sambil beberapa kali berpindah posisi untuk membuat desain yang aku inginkan. Sedikit aku berdecak kagum dalam melihat pekerjaan itu, sambil aku bertanya,
"Mba, memang sudah berapa lama bikin tatto?"
Si mba itu bercerita, bahwa dia bekerja di bisnis tatto ini sudah sekitar 4 tahun. Si boss memberikan pelatihan untuk membuat tatto. Beberapa desain tatto ini ada asli desain anak buahnya, yang 'dipatenkan', sehingga mba itu dengan bangga mengatakan, bahwa "Ini benar2 tattoku" .....
Aku memperhatian desainnya, dan tangan mungilnya sangat lincah menari2 di atas lenganku. Beberapa kali berhenti untuk mematut2 desain tatto itu di lenganku. Dia bercerita bahwa cat kulit dari sebuah merk ini khuus untuk tatto, tidak menggunakan campuran tinta yang untuk kertas, seperti yang dilakukan di sepanang jalan Malioboro. Aaah ..... jujur aku tidak begitu percaya, secara ini juga di jalan Malioboro tetapi ada di dalam mallnya, tetapi si mba itu dengan lancar dan menggebu2, menceritakan perbedaan alat2 dan bahan2nya untuk membuat tatto ini .....
Hanya dalam waktu 15 menit, tatto di tangan kiriku selesai. Indah ..... tattoku di 'hairdryer', dan dia katakan supaya lebih cepat kering. Setelah 2 menit, tattoku muai mengelupas, katanya,
"Bar saja, sampai benar2 kering dan akan mengeluas dengan sendirinya" .....
Sambil menunggu tattoku kering, si mba itu meminta anakku untuk berpindah tempat. Aku menyingkir ke sisi kanan anakku, dan seperti sebelumnya, si mba melukis tatto di tangan anakku, dan sama juga, sekitar 15 menit, tattonya pun selesai. Sambil mengobrol, si mba menceritakan setelah aku bertanya bahwa, dia hanya mendapat 5% dari masing2 tatto yang dibeli kosumen, ditambah gaji yang tidak seberapa ( dia tidak mau menyebutkan berapa gajinya, tetapi dengan hanya lulusan SMP, aku pikir gajinya hanya kecil saja ). Coba berhitung, tatto seperti yang aku pilih dengan anakku, range harganya sekitar 30 ribu sampai 50 ribu, jadi dia mendapat sekitar 1500 sampai 2500 rupiah saja, dan setiap harinya paling tidak ada 20 pelanggan, jadi dalam 1 hari si mba ini hanya mengantongi komisi 30 ribu sampai 50 ribu saja ( diluar gajinya, yang aku perhatikan bahwa gajinya sangat kecil ) ...... aahhhh .....
Foto
Ya, memang mungkin karena Indonesia terlalu banyak penduduknya, sehingga tidak banyak yang bisa mencari nafkah dengan baik. Begitu pula dengan intelegensi penduduk Indonesia. Kebodohan dimana2, sehingga sangat tidak efektif dengan penduduk yang sangat banyak. Sumber daya manusia berlimpah, tetapi tidak banyak yang mempunyai 'skill' atau kemampuan yang baik .....
Pengrajin tatto di Malioboro cukup banyak, ditunjang dengan budaya para turis asing yang menularkan ke warga lokal, sehingga tatto mulai membudaya. Tetapi, seharusnya Indonesia bisa lebih 'mengayomi' warganya, dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan kebutuhnnya. Tatto membuat banyak warga Yogya sedikit 'terbantu' walau hanya sekedarnya.Tatto ternyata bisa membuat aku sedikit merenung, bahwa masih banyak warga negara ini belum bisa membuat hidup mereka lebih baik, seperti tulisanku tentang pedagang asongan souvenir di pelataran Candi Borobudur ....... ( lihat tulisanku Sepenggal Kisah di Pelataran Candi Borobudur ).
Buat kita, tattoo sementara seperti ini adalah 'fun', terlebih bagi anak2 ABG seperti anak2ku. Tetapi buat pengrajin tatto, tattoo adalah sumber kehidupannya.
Dan selama aku berlibur di Yogya, aku banyak menemukan kesaksian orang2 tentang kehidupan, bahwa hidup itu merupakan perjalanan menuju Tuhan. Kita berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dan aku menemukan makna hidup itu sendiri. Dengan semangat dan tekad dalam berkarya, kita bisa melihat bahwa Tuhan selalu memberikan kita berkat dalam hidup kita, asalkan kita bisa 'menajamkan' hati kita untuk terus melihat kasih NYA .....
Tatto juga merupakan berkat dari Tuhan untuk mereka yang mau menjalankannya. Memang hasilnya untuk mereka juga tidak banyak, tetapi jika kita tetap bersekutu dengan NYA, percayalah ..... bahwa tattoo-pun bisa membuat kehidupan mereka menjadi lebih baik .....
Salamku yang sekarang 'bertatto' ..... ;)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H