Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pertahanan Pantai Jakarta : Benarkah GSW adalah Solusinya ?

29 November 2011   11:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:03 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita perhatikan foto diatas, bahwa jika kita membuat GSW, sama saja kita membuat semacam 'reklamasi' yang akan menggesernya arus laut sehingga air sungai justr akan meluap, secara sungai2 di Jakarta tidak ada yang 'sehat'.

Sedikit aku copas dari tulisanku sendiri :

( copas tulisanku tentang Reklamasi di atas )

"Laut adalah sistim alam. Juga sistim ombak. Ombak yg menerjang pantai sudah 'diperhitungkan'. Tetapi bagaimana kalau tiba2 ada daratan baru ? Sistim ombak lama kelamaan akan 'bergeser', dan bisa mengakibatkan daratan di seberangnya atau di sebelahnya, tergerus ombak. Atau ombak itu bisa 'bergeser' tidak ke pantai utara Jakarta, tetapi tiba2 'lari' ke pantai Sumatra bahkan bisa ke Negara tetangga ...... Revitalisasi juga harus menanam mangrove, kontribusi untuk perbaikan lingkungan, serta dapat mengatasi kondisi ekonomi nelayan yang mencari nafkah di sekitar kawasan itu. Analisa mengenai Dampak Lingkungan ( Amdal ) pun selalu bisa harus dipakai, apalagi Amdal harus benar2 diperhitungkan untuk kelestarian kota. Amdal memuat kajian-kajian mengenai pola arus banjir dan aerodinamika laut". (Reklamasi oh Reklamasi ...... ).

Bahwa pemda harus bisa memikirkan masa depan Jakarta supaya dengan pembangunan GSW untuk mempertahankan Teluk Jakarta, itu sama saja dengan membuat semacam reklamasi.

Lalu aku copas lagi tentang ini, cerita dari seorang pakar yang sering aku tanyakan tentang tata kota dan Jakarta :

Sekitar tahun 1980-an, beliau tidak membuat banyak bangunan di Indonesia, tetapi tetapi berkeliling untuk survey ke banyak tempat. Waktu itu, beliau ingin menginap lagi ke 'guest house' di Kuta yang dulu sewaktu beliau tinggal di Bali , tetapi menurut yang punya, guest house itu sudah 'hilang' karena terkikis pantai ..... dan beliau bisa memperkirakan bahwa salah satu penyebab pantai Kuta terkikis gelombang laut adalah reklamasi untuk membuat airport Bali yang sekarang ini .... Terlihat, sekitar 20 tahun-an,arus air laut 'berbelok' dan mengikis pantai ..... bayangkan jika banyak rekalamsi pantai di Indonesia tanpa mengindahkan Amdal yang benar ..... semua pantai, bahkan pulau akan terkikis habis puluhan tahun mendatang .....(Bagaimana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2010-2030 Tentang Reklamasi? ).

Ya, ternyata menurut ahli oseanografi dari IPB, dengan membuat GSW malah bisa menimbulkan bencana bagi Jakarta.( Kompas ) Karena, berdirinya GSW itu akan mengubah keseimbangan pantai dan akan menyebabkan berubahnya arus sungai ke laut sehingga bisa menyebabkan erosi di hilir sungai. Kalau di Belanda atau di Singapore bisa berhasil, karena didukung dengan membentuk mulut muara dan arus sungai ke laut sangat baik dan 'sehat'. Tetapi bagaimana dengan Jakarta? Belum satu pun sungai2 di Jakarta merupakan sungai yang sehat, malah beberapa sungai2 menjadi tempat pembuangan sampah ...... *hiks* ......

Dan jika keseimbangkan pantai ini tetap akan diubah, sementara sungai Jakarta masih tetap kotor, air di sungai akan meluap dan justru akan menyebabkan banjir di darat .... Apakah pemda tetap tidak mau mengindahkannya? Apakah Jakarta tetap menjadi 'kelinci percobaan' dan warga Jakarta menjadi kambing hitamnya?

Semua sungai di Jakarta tidak ada yang sehat. Foto di atas, adalah pengerukan Sungai Muara Kapuk. Bagaimana GSW bisa dibangun dengan kondisi sungai yang seperti ini?

Sedianya, Jakarta adalah Ibu Kota Negara Indonesia, tetapi tata kotanya sangat amburadul, seakan tidak ada yang merawatnya. Jangankan menempatkan Jakarta di jajaran kota2 metropolitan dunia, ternyata masih banyak warga Jakarta yang tidak mempunyai kehidupan yang nyaman di kota mereka sendiri ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun