By Christie Damayanti
[caption id="attachment_147707" align="aligncenter" width="637" caption="Illustrasi dari Google"][/caption]
Berbicara tentang 'Green Building' ( lihat tulisanku  Konsep 'Green Building' yang Berkarakter untuk Pintu Gerbang Indonesia ) tidak bisa dipisahkan dari 'Green Architecture', dimana Green Building tidak hanya hemat energi tapi juga hemat air, melestarikan sumberdaya alam dan meningkatkan kualitas udara. Sementara 'Green Architecture' adalah bagaimana mengubah 4 hal tersebut menjadi 'seni' kolaborasi yang bisa saling berinteraksi dan berkesinambungan. Bagi para arsitek, termasuk aku, sudah banyak untuk mulai dalam membuat desain 'bagaimana menjadikan Green Building yang estetis'.
Beberapa arsitek mengatakan, bahwa sebuah bangunan hemat energi itu biasanya harus 'mengorbankan' bangunan lainnya. Tetapi, beberapa arsitek lain, termasuk aku, untuk menghadirkan 'bangunan hijau' tidak perlu mengorbankan kenyamanan dan produkivitas akibat penggunaan materi hemat energi. Tetapi lebih jauh bahwa pemakaian energi menjadi lebih sedikit, sehingga suasana lingkungan lebih sehat dan tetap menguntungkan, bahkan lebih menguntungan bagi banyak pihak, termasuk menguntungan orang2 di sekitar bangunan tersebut.
Sebuah 'Green Building' yang berhasil  salah satunya adalah Perpustakaan Nasional di Singapore, yang menggunaan teknik2 kinerja konsumsi yang rendah. Lebih jauh, bahwa hasil study mengenai manfaat 'bangunan hijau' diantaranya adanya meningkatan penjualan sebanyak 40%, produktivitas pekerja dapat dikembangkan sebesar 15% dan peningkatan pengawasan terhadap suhu keseluruhan dan juga pengawasan terhadap sumber penyakit dimana dapat membasmi asma dan sumber alergi penghuni sampai 60%. Sehingga penelitian ini mendukung 'Green Building' merupakan ide yang sangat baik untuk dunia. ( elibrary.bsa.ac.id )
Perpustakaan Nasional Singapore di sekitar Brass Basa, merupakan konsep 'Green Architecture' yang mendekati sempurna, dengan konsep terbuka dan banyak tanaman2 di sekelilinginya. Yang terutama, adalah dengan memiliki sistim drainage dan pengolahan air limbah, penggunaan material alam konsep kesehatan yang mumpuni dan saving energy.
Salah satu konsep 'Green Building' adalah tentang sistim air dan drainage, dimana tahun 2002 dan 2007 membuktikan betapa lemahnya sistim drainage kota menghadapi hujan ( lihat tulisanku Pengendalian Banjir? Tidak Cukup Hanya Membuat Drainage Saja ), walau terlepas dari tingginya curah hujan dan drainage yang buruk, Jakarta memang semakin semrawut dan tata kotanya tidak memadahi, juga konsep hidup warga Jakarta membuang sampah sembarangan serta tidak pedulinya warga untuk membuat Jakarta lebih baik.
Salah satu penampungan air hujan bisa dengan menggunakan lubang resapan 'biopori' yang dapat meningkatkan daya resapan air dengan memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman. Lubang diisi dengan sampah organic untuk memicu terbentuknya 'biopori'. Sudah banyak biopori di buat di banyak tempat, termasuk lingkungan perumahan sekitar dan hasilnya terlihat jelas bahwa lubang biopori bisa menampung air hujan, yang biasanya di sekitar lingkungan perumahan air agak tergenang sekarang dengan adanya banyak biopori, air selalu mengalir dengan baik dan tidak tergenang. Tetapi jujur, aku belum melihat curah hujan yang sangat tinggi seperti tahun 2002 atau 2007, sehingga belum bisa melihat apa yang terjadi .....
Konsep biopori yang bisa sedikit 'mengendalikan' air.
Sampah juga merupakan sumber energy bagi organism tanah untuk melakukan kegiatan melalui proses dekomposisi menjadi kompos. Tetapi sampah2 anorganik tidak bisa dijadikan kompos. 'Green Architecture' justru mendesain bagaimana untuk membuat sampah2 anorganik bisa 'terbuang' dalam lingkungan kita. Misalnya, para arsitek, membuat konsep pembuangan sampah dalam bangunan tinggi sampai ke TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ). Para arsitek sebagai perencana, seharusnya tidak hanya memikirkan kepentingan bangunan yang didesain tetapi juga harus memikirkan bagaimana hasil desainnya dapat menjadi bangunan 'mandiri' dan justru tidak menambah beban sistim drainage kota.
Karena di Jakarta sudah terlanjur padat oleh bangunan maka bagaimana kita bisa memperoleh 'hijau daun' yang kita butuhkan? Salah satu alternative mencari hijau daun adalah dengan mendesain 'gerakan atap hijau' melalui konsep 'Eco-roof' walau belum bisa sempurna karena biaya yang tinggi. 'Atap hijau' dibuat dari struktur atap beton atau cara dan upaya memadukan system bangunan dengan system penghijauan atap, sehingga dapat tercipta 'Sky Garden', atau taman melayang. Sekarang banyak dimana, biasanya di hotel2 dan apartemen2 yang mendesain kolam renang dan taman di beberapa lantai dari tanah. Konsep inilah yang sekarang merupakan konsep yang sangat digemari oleh pemilik bangunan dan arsiteknya.