By Christie Damayanti Pemerintah Singapura sadar, bahwa kenyamanan dalam bertransportasi sangatlah penting. Disadari kalau transportasi masal ( kereta, bus, boat, dll ) tidak nyaman, maka warga kota akan kembali ke mobil pribadi yang dianggap paling nyaman. Itu akan menimbulkan problem padat / kemacetan dimana2.
Suasana di MRT, menunggu kereta. Masing2 ada dijalur khusus sehingga masing2 penumpang naik maupun turun kereta, tidak aling bertabrakkan ( lihat warna2 keramik ini, menandakan konsep keteraturan ).
Lihatlah konsep disainer. Yang turun, di tengah dan yg naik dari samping kiri dan kanannya. Dan aku tidak pernah mendapatkan bahwa warga saling serobot karena mereka memang patuh dan teratur !!! Luar biasa !!!
Lihat juga dengan denda2 yang pemerintah Singapura jalankan. Sehingga warga memang sangat patuh, karena hokum Singapura memang sangat ditegakkan .....
*Kapan ya Indonesia seperti ini, atau setidaknya Jakarta?*
[caption id="attachment_87401" align="alignleft" width="150" caption="Entance dari jalanan menuju stasiun MRT "]
Stasiun MRT seperti ini, sering kali dimanfaatkan untuk anak2 SD dan SMP mengerjakan tugannya dari sekolah. Sering juga aku mendapatkan mereka latihan music : vianika atau suling dan gitar, sehingga justru dapat 'menghibur' calon penumpang. Herannya, antara mereka aku tidak pernah mendapatkan saling bertengkar .....
Arsitektur dan seni
Selain itu, desainnyapun tidak dibuat asal2an. Sangat memperhatikan detail, dari plafond, dinding, lantai bahkan mnggunakan special lighting dan artwork. Tahap awal konstruksi MRT relatif sedikit perhatian untuk merancang stasiun, dengan penekanan pada fungsi di atas estetika. Pengecualian untuk ini adalah Orchard Station, dipilih oleh desainer untuk menjadi "barang pameran" dari sistem dan awalnya dibangun dengan atap kubah. Tema Arsitektur menjadi isu yang lebih penting hanya dalam tahap berikutnya, dan menghasilkan desain seperti sebagai stasiun bentuk silinder di semua stasiun. Potongan Seni, di mana saat ini, jarang disorot, mereka terutama terdiri dari beberapa lukisan atau patung yang mewakili masa lalu Singapura, dipasang di stasiun utama. Dibuat oleh 19 seniman lokal dan terintegrasi dalam interior arsitektur stasiun ini, karya seni ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi seni public di lingkungan lalu lintas yang tinggi. Sebuah kontes seni diadakan oleh pihak berwenang dalam penyusunan skema yang sama untuk diterapkan untuk Line Circle mendatang. [caption id="attachment_87404" align="aligncenter" width="300" caption="Lukisan dinding 1"]
Beberapa desain artwok pada dinding terminal MRT
[caption id="attachment_87408" align="aligncenter" width="300" caption="Artwork gantung"]
[caption id="attachment_87409" align="aligncenter" width="300" caption="Hiasan di kolom hampir semua dari mozaik"]
Salah satu pola lantai marmer dengan water jet ( memotong marmer dengan menggunakan mesin karena melengkung, bila memotong dengan pisau tangan, akan sulit sekali dan tidak rapih )
Tuna netra dan warga disable sangat diperhatikan oleh pemerintah Singapura. Untuk jalur2 yg memakai kusi roda, dibuat khusus. Tempat masuknya, bahkan toiletnya.
Tanda2 / jalur khusus untuk tuna netra juga sangat jelas, yaitu lantai dengan penonjolan & setiap persimpangan, terdapat interchange. Desain untuk mereka benar2 diperhatikan oleh desainer. Keramik2nyapun dipesan khusus. Setiap desain menunjukkan konsep keteraturan bentuk, sehingga menjadi standard mereka.
Penonjolan pada lantai sebagai tanda bagi tuna netra. Mereka dituntun olh petugan MRT bila belum pernah sendiri. Jika tuna netra bergegas masuk ke stasiun MRT, biasanya petugas menghampirinya dan menuntunnya. Tetapi bisa sudah biasa, mereka dengan senang hati 'bergerak sendiri'. Hebat ..... !!!
Inilah Singapura. Aku sangat berharap tentang rencana MRT dan disiplin warga dan pemerintahannya, Indonesia, atau setidaknya Jakarta bisa seperti ini .....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI