Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mau Jadi Apa, Aku? Bahkan 1 + 1 Saja Aku Tidak Bisa!

19 Februari 2014   23:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39 1719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti


[caption id="attachment_323535" align="aligncenter" width="575" caption="www.skmecca.com"][/caption]

Bisakah dibayangkan? Bagaimana aku bisa bekerja lagi, sementara berbicara saja aku tidak bisa? Bagaimana aku tidak stress? Bagaimana aku tidak depresi? Aku, yang notebene sudah berumur 40 tahun ( ketika itu tahun 2010 ), single parent denan 2 anak SD dan SMP ( waktu itu ), bisa membiayai anak2 dan keluargaku? Sangat tidak mungkin! Itu yang aku pikirkan, seharian tanggal 9 Januari 2010.

Hari itu adalah hari ke-2 aku terserang stroke. Aku baru sadar, bear2 sadar, bahwa masa depanku terancam! Bukan, bukan terancam karena ada yang mengganggu hidup kami, tetapi terancam karena kemungkinan besar aku tidakakan bisa bekerja lagi untuk membiayai hdup kami dan biaya sekolah anak2ku! Pikiranku melayang2 dengan kesakitan yang luar biasa, ketika aku memaksa untuk berpikir dengan cacat otak kiri yang masih 'basah', karena memang darah masih menggenang di sana .....

2 minggu aku dirawat di sebuah rumah sakit Katolik di San Francisco, aku belajar berbicara. Dari 1 kata2, lalu 2 kata2 sampai membentuk sebuah kalimat sederhana. Pun aku tetap belum mampu melafalkan nama anak2ku secara ssempurna.Hanya sedikit bergumam dalam bahasa Inggris 'cadel', seperti anak SD yang baru belajar bahasa Inggris pertama kalinya.

Kemudian aku diterbangkan ke Jakaarta, tempat tinggalku dari San Francisco, menempuh waktu seitar 21 jam. Dengan kepala berat dan selalu vertigo karena otak kiriku pun masih basah karena genangan darah merah itu tetap masih terkumpul disana. Diantar seorang bruder dari Alaska, Bruder Frank namanya. Dia sediit mengajarkan aku untuk berkata2 dalam bahasa Inggris, dan mulai bisa melafalkan nama anak2kku, Dennis dan Michelle. Untung nama anak2ku tidak ada huruf 'R' nya, karena sampai sekarang pun, aku belum sempurna untuk melafalkan huruf 'R' di setiap kosa kata .....

1 bulan aku dirawat di sebuah rumah sakit Kristen di Cikini, dan disanalah aku benar2 belajar hidup! Ya, aku 'belajar hidup!'. Mulai belajar makan dan minum dngan baik, bekajar 'pipis' dan membuka serta memakai celana dan baju, belajar bangun dan belajar jalan.Itu yang terutama, kebutuhan dasarku sebagai manusia.

Kemudian, au mulai belajar berkata2 dlam bahasa Indonesia. Karena aku mulai belajar kata2 dalam bahasa Inggris, aku 'lupa' untuk berkata2 dalam bahasa Indonesia. Maklum, aku stroke dan yang di serang adalah otak, sehingga otak akan 'melupakan'yang sebelumnya ada jika aku tidak di'ingatkan' lagi dengan terapi .....

Kosa kasa pertama ku adalah tentang keluargaku, tentu. Pertanyaan2 untuk anak2ku. Belajar bernyanyi lagu2 Kidung Pujian, membuat aku menjadi tenang. Itu lah kosa kata2ku yang pertama, sehingga dengan Kidung Pujian, Tuhan terus membuat aku bersemangat serta kata2ku terus bertambah.

Ketika aku sudah berpikir tentang untuk dapat bekerja lagi demi membiyai anak2ku, aku pun mengatakan kepada dokter dan terapist2ku, supaya dipersiapkan untuk segala hal. Jadi,aku pun harus belajar berhitung, sesuai dengan kedudukanku di pekerjaanku ......

Terapist bicara ( speech therapy ) ku tip hari datang ke Unit Stroke dan aku belajar berbicara seperti anak kecil. Belajar menulis dengagn tangan kiri dan belajar berhitung. Suatu saat, dia meminta aku untuk menulis 1 + 1. Dan aku menuliskannya dengan tangan kiriku. Setelah itu, dia berkata,

"Coba, berapa 1 + 1?", dan aku tersenyum .... "Aaaahhhhh, gampang banget", pikirku.

Tetapi ketika aku mau menyebutkan sebuh angka, tiba2 otakku buntu! Benar2 buntu! Astaga! Berapa ya? 1 + 1 = berapa??? Duh ...... berapa sih ????

Aku berpikir keras untuk menjawabnya. Astaga! Berpikir keras untuk soal 1 + 1??? Ga salah nih? Ya Tuhanku .....

Aku menggelengkan kepalaku sebagai jawabannya. Terapistku tersenyum ..... beliau mengerti benar, bahwa aku kesulitan untuk menjawabnya, sehingga aku dituntun untuk menyelesaikan jawaban itu .....

Lalu au enar2 belajar, dari huruf A, B, C, D dan sebagainya. Juga dari 1 + 1, 1 + 2, 1  3, dan sebagainya. 1 - 1, 2 - 1. Atau 1 x 1, 2 x 1, 1 : 1 dan seterusnya. Benar2 belajar dari 0! Sebuah kenyataan yang sangat pahit, karena aku benar2 tidak bisa melakukan apapun, selain melihat, berpikir, tersenyum dan berdoa ......

***

Itu benar2 kenyataan yang sangat teramat pahit dalam hidupku! Seorang aku berumur 40 tahun harus belajar berhitung 1 + 1, untuk mulai bekerja! Tetapi Puji Tuhan! Aku tetap semangat, walau waktu itu aku tidak tahu, kapan aku bisa bekerja lagi. Lhaaaa ... 1 + 1 saa, aku tidak tahu, bagaimana aku bisa menghitung jumlah barang di proyrkku? Atau menghitung budget proyek???

Tetapi tidak menurunkan semangatku untuk mulai bangkit. Tiap pagi setelah selesai tugas2ku sebagai manusia ( mandi, makan ), aku diantar papa untuk terapi fisik di rumah sakit dan terapi bicara di tempat yang sama. Kerja keras, benar2 sangat keras, erus mengiringiku. Kehidupanku berubah drastis. Dari aku yang pekerja keras untuk mendapatkan uang, sampai aku yang bekerja sangat keras untuk belajar hidup, sampai belajar bekerja .....

Bulan demi bulan, akhirnya sampai pada titik aku berani mengambil keputusan. 6 bulan bekerja keras, dari vonis dokter di Amerika yang katanya aku hanya bisa berbaring saja, sampai mulai bekerja lagi, Tuhan sudah dan selalu menemaniku, walau memang tetap aku dalam keterbatasan.

***

Aku menapak kakiku menuju kantorku. Walau belum 100% percaya diri, tetapi aku berani untuk menjalankan tugas2ku sebagai 'single parent'. Tuhan sudah sangat luar biasa, memberkatiku. Sehingga, dari 1 + 1 yang aku sempat putus asa waktu itu, menjelma dalam rangkaian kata2 :

AKU BISA, DALAM NAMA TUHAN !!!!

Terima kasih, Tuhan! Inilah aku, 'ordinary disabled woman coz of stroke' yang selalu berupaya untuk selalu mengucap syukur pada Tuhan, melalui berbagai pelayanan. Dan salah satunya, adalah acara ini :

UNDANGAN untuk Kompasianer


============================================================================

Yuk, kita 'sharing dan connecting' dengan sahabat2 kita IPS dan disabled pada acara Special Talkshow-Show untuk even :

"ICT for Disabled", yang akan diselenggarakan pada :

Sabtu, 22 Februari 2014

Jam 9.00 - selesai

Gedung Indosat - Jl. Medan Merdeka Barat 21 lantai 4 - Jakarta

Pemanfaatan teknologi bagi penyandang disabilitas dan bagaimana masyarakat mengerti bahwa penyandang disabilitas mampu bukan hanya berkarya biasa2 saja, melainkan beberapa kasus mereka lebih dari orang2 normal.

Bahwa kami juga ingin membuka wawasan masyarakat luas untuk ikut serta menanamkan kepedulian dengan cara merencanakan, mengembangkan dan memperbanyak sistem atau peralatan teknologi bagi penyandang disabilitas.

Undangan akan disebar di semua tingkat masyarakat, khususnya yang berbeban untuk mau menanamkan kasihnya bagi mereka, penyandang disabilitas. Pengusaha, pejabat2 instansi dan sebagainya.

Datang ya, banyak ajak teman dan sahabat untuk mendapat inspirasi dan motivasi untuk terus berkarya dan melayani, sehingga semuanya akan menjadi berkat bagi banyak orang, dan semuanya untuk memuliakan Nama Tuhan .....

Nara sumber :

Habibie Afsyah ( Tuna Daksa ) - Indonesia Disabled Care Community ( IDCC )

Christie Damayanti ( Stroke & Cancer Survivor ) - IDKITA Kompasiana

Dimas Prasetyo Muharam dan M.Ikhwan Tariqo ( Tuna Netra ) - KartuNet

Salam dan terima kasih,

Christie Damayanti - IDKITA Kompasiana

http://sosbud.kompasiana.com/2014/02/17/undangan-inspiratif-untuk-kompasianer-632621.html


Profil | Tulisan Lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun