"Coba, berapa 1 + 1?", dan aku tersenyum .... "Aaaahhhhh, gampang banget", pikirku.
Tetapi ketika aku mau menyebutkan sebuh angka, tiba2 otakku buntu! Benar2 buntu! Astaga! Berapa ya? 1 + 1 = berapa??? Duh ...... berapa sih ????
Aku berpikir keras untuk menjawabnya. Astaga! Berpikir keras untuk soal 1 + 1??? Ga salah nih? Ya Tuhanku .....
Aku menggelengkan kepalaku sebagai jawabannya. Terapistku tersenyum ..... beliau mengerti benar, bahwa aku kesulitan untuk menjawabnya, sehingga aku dituntun untuk menyelesaikan jawaban itu .....
Lalu au enar2 belajar, dari huruf A, B, C, D dan sebagainya. Juga dari 1 + 1, 1 + 2, 1Â 3, dan sebagainya. 1 - 1, 2 - 1. Atau 1 x 1, 2 x 1, 1 : 1 dan seterusnya. Benar2 belajar dari 0! Sebuah kenyataan yang sangat pahit, karena aku benar2 tidak bisa melakukan apapun, selain melihat, berpikir, tersenyum dan berdoa ......
***
Itu benar2 kenyataan yang sangat teramat pahit dalam hidupku! Seorang aku berumur 40 tahun harus belajar berhitung 1 + 1, untuk mulai bekerja! Tetapi Puji Tuhan! Aku tetap semangat, walau waktu itu aku tidak tahu, kapan aku bisa bekerja lagi. Lhaaaa ... 1 + 1 saa, aku tidak tahu, bagaimana aku bisa menghitung jumlah barang di proyrkku? Atau menghitung budget proyek???
Tetapi tidak menurunkan semangatku untuk mulai bangkit. Tiap pagi setelah selesai tugas2ku sebagai manusia ( mandi, makan ), aku diantar papa untuk terapi fisik di rumah sakit dan terapi bicara di tempat yang sama. Kerja keras, benar2 sangat keras, erus mengiringiku. Kehidupanku berubah drastis. Dari aku yang pekerja keras untuk mendapatkan uang, sampai aku yang bekerja sangat keras untuk belajar hidup, sampai belajar bekerja .....
Bulan demi bulan, akhirnya sampai pada titik aku berani mengambil keputusan. 6 bulan bekerja keras, dari vonis dokter di Amerika yang katanya aku hanya bisa berbaring saja, sampai mulai bekerja lagi, Tuhan sudah dan selalu menemaniku, walau memang tetap aku dalam keterbatasan.
***
Aku menapak kakiku menuju kantorku. Walau belum 100% percaya diri, tetapi aku berani untuk menjalankan tugas2ku sebagai 'single parent'. Tuhan sudah sangat luar biasa, memberkatiku. Sehingga, dari 1 + 1 yang aku sempat putus asa waktu itu, menjelma dalam rangkaian kata2 :