Aku bergerak lagi, pak Didin sudah datang, kan? Aku mencari tempat duduknya. Diantar oleh Yordan, anaknya dan mendorongnya di kursi roda, aku memeluk pak Didin dan beliau juga memelukku dengan kasih. Aku seperti melihat papa disana, senyumnya yang lembut, dan selalu tertawa menyambutku. Kami sering berkomunikasi dengan beliau, dan sudah beberapa kali siaran di RPK 96.3 FM. Lihat tulisanku Dalam 3 Hari Saja, Pak Didin Insan Pasca Stroke sudah 'Sembuh!
Yordan pun kulihat sangat peduli dengan papanya, bahkan yang aku tahu, mereka berdua menjadi sebuah tim untuk membangun alat2 musik baru, setelah pak Didin mulai bangkit lagi dalam keterpurukannya. Bahkan tim kecil mereka sudah membuat Menpora mengapresiasi alat2 musik mereka dan mensponsorinya. Puji Tuhan!
Memang belum banyak yang aku bersama sahabat2 IPS ngobrol bersama karena aku harus berbicara sebagai salah satu nara sumbernya. Sehingga, dengan mereka mau datang, berinteraksi dengan sesama disabled dan berbaur bersama semua kalangan yang ada disana non-disabled ( mulai dengan anak2 dan remaja, aktifis, orang tua, instansi swasta bahkan pejabat2 dari beberapa kementrian ) merupakan kebahagiaan yang tak terhingga untukku! Seorang peempuan biasa bisa menyatukan dalam ikatan pertalian kasih dalam Tuhan .....
Setelah acara selesai dan mulai beramah tamah, saling sharing, mengisi inspirasi bahkan bertukar kartu nama anatar disabled dan non-disabled, itu memang merupakan momen2 yang berharga. Bahwa ini merupakan salah satu tujuan acara : yaitu 'pembobolan' dinding pemisah antara disabled dan non-disabled. Antara kelompok 'eksklusif' dengan kelompok peduli dalam pembauran. Antara pejabat instansi swata, pemerintah bahkan kementrian dengan masyarakat biasa! Dan IDKITA berhasil dengan konsep2nya, bersama IDCC dan KartuNet, untuk masing2 personal membuka diri dalam berinteraksi demi kehidupan yang lebih baik di masa depan. Baik disabled-nya maupun masyarakat non-disabled. Puji Tuhan!
Khusus untuk IPS, sebenarnya agak berbeda dengan disabled pada umumnya. Begini :
Disabled pada umumnya merupakan sekelompok masyarakat yang memang mempunyai kendala tubuh yang berbeda. Mungkin sejak lahir, atau sakit atau juga karena kecelakaan. Mereka sebagian besar sudah dalam keterbatasan sejak kecil. Bahkan mereka banyak yang tidak pernah merasakan fungsi anggota tubuhnya secara sempurna. Dan jika mereka tumbuh dewasa, mereka akan berjuang dari nol demi masa depannya yang lebih baik. Seperti sahabat2ku, Habibie, Dimas dan Riqo.
Bagaimana dengan msyarakat IPS? Kami berbeda. Biasanya, orang2 yang stroke sudah berumur. Walau beberapa tahun belakangan ini, stroke bukan untuk kalangan orang2 yang berumur saja, melainkn dibawah 30 tahun pun, banyak yang terserang stroke, salah satunya adalah mas Ajie, salah satu sahabat IPS ku.
Sahabat2 IPS ku sendiri, sebagian besar merupakan masyarakat berumur, diatas 55 tahun. Bahkan beberapa sudah diatas kepalan 70 tahun. Awalnya, seperti akupun, mereka sempat 'galau'. Tetapi kegalauan mereka umurnya berbeda2. Aku sendiri, sangat galau dan tidak percaya kalau aku terserang stroke berat, walau hanya selama 1 atau 2 jam saja, dan setelah itu aku memecut semangatku dari titik terendah sampai naik sedikit dibawah puncak gunung tertinggi .....
Ada yang 1 atau 2 tahun mengalami deprsi dalam keterpurukan. Salah satunya adalah mas Ajie. Atau 5 bulan depresi dan terus menangis dan marah2 karena depresi, tetapi begitu semangat, beliau langsung berkarya dengan sangat luar biasa! Seperti pak Didin.
Bersama mas Ajie ( paling kanan ) dengan pejabat Kominfo
Bagi IPS sendiri seperti aku, kami sudah mempunyai kemapanan dalam hidup. Sudah bekerja dan mempunyai karir. Beberapa punya keluarga dan hidup dengan baik. Tiba2 terserang stroke, dan lumpuh ½ tubuh atau lumpuh total, sesuai dengan derajad kecacatannya ( lihat tulisanku 'Derajat Kecacatan'Akibat Serangan Stroke, Seperti Aku ..... ).