Sedikit konsep untuk membangun TPU lebih untuk insfra-struktur hijau ( green insfra-structure ) :
1. Mengelola tanah TPU dan membenahi warga yang sudah ada disana.
Aku tidak tahu, apakah dahulu dalam menggali makam dan menentukan tempat untuk memakamkan seseorang, ada peraturannya atau tidak? Sepertinya belum ada karena aku melihat di sekeliling makam papa, jarak antara makam satu dan yang lainnya berjarak tidak tentu. Ada yang cukup untuk berjalan ( sekitar 40 cm sampai 60 cm ), tetapi ada juga yang hanya berjarak 1 jengkal saja ( 20 cm ).
Mungkin untuk selanjutnya, penentuan lokasi tanah pemakaman dapat diatur sesuai desain dan sesuai masterplan TPU yang bersangkutan.
Jarak antar kavling hanya sejengkal saja ( sekitar 20 cm), susah untuk berjalan menuju lokasi di belakangnya. Mereka akan menginjak makam, dan untukkku sebenarnya sangat tidak etis .....
2. Mengelola pemanfaatan lahan yang kosong, disamping titik makam.
Antara titik lokasi nisan, rumput2 di semai. Bukan rumput2 mahal. Tetapi rumput gajahpun tidak masalah. Untuk membuat lahan2 yang kosong menjadi hijau dan baik untuk penyerapan. Apalagi, rerumputan pun dapat enyerap gas CO2, pada siang hari dan Jakarta sedikit menjadi sejuk. Bayangkan area TPU yang ratusan hektar, dengan rumput2 hijaunya ...
Di titik2 tertentu, pemda dapat menanam pepohonan tertentu untuk menjadikan TPU itu lebih hijau. Bahkan tidak ada yang salah, jika pemda menanam pohon2 besar, tetapi harus diingat tentang akar2 pohon itu tidak sampai merusak makam2 disekelilingnya. Karena akar tanaman bisa menjadi 'musuh' bagi kita ...
Rumput2 di lahan kosong antar makam serta rumput2 di nisa, sebaiknya dikelola dengan baik karena bukan hanya bisa untuk penghijauan, tetapi sebagai 'penyejuk mata'