Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

'Bagi-bagi Buku Gratis': Ayo, Ajak Mereka Membaca

2 April 2014   19:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Mungkin karena aku tidak berkecimpung di dunia pendidikan, aku memang tidak tahu tentang apapun. Tetapi ketika aku mulai 'masuk' ke ranah kehidupan anak2 dan remaja, serta berhubungan dengan salah satunya adalah pendidikan, aku mulai melihat berbagai kemungkinan untuk berbuat yang terbaik bagi anak2 dan remaja.

Ketika aku menjadi salah satu juri nasional Lomba Menulis Surat Remaja tahun ini, beberapa juri dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, membawa puluhan buku2 untuk hadiah ke-6 finalis.

Buku2 tersebut dalam beberapa bentuk. Ada dalam buku2 cerita rakyat Indonesia. Kamus2. Peraturan2 yang bisa dipelajari oleh remaja serta sekolahnya. Buku2 pelajaran. Atau apapun. Dan ternyata buku2 itu gratis 100% bahkan memang tidak dijual kepada masyarakat.

Sepertinya bagi2 buku2 ini sudah sejak lama dijalanku. Kata bu Lina, ketua dewan juri, sudah sejak tahun 1980-an!

Hah? Sudah sejak tahun 1980-an? Tetapi mengapa baru sekarang aku tahu? Apakah karena aku memang tidak berkecimpung di dunia pendidikan? Ataukah memang kurang sosialisasi?

Ternyata jawabannya langsung aku tahu. Bahwa memang keadaanya demikian :

1.       Kurang sosialisasi!

2.       Tidak ada kapasitas untuk mengirimkannya ke tempat2 yang membutuhkan.

3.       Tidak tahu kemana harus dikirim dan tidak mempunyai hubungan dengan komunitas2 membaca.

Entahlah. Karena begitu aku tahu tentang hal ini, justru otakku langsung bekerja untuk memikirkan 'kemana aku akan mengirimkan buku2 bagus ini', untuk generasi bangsa!

Panitia mengelompokan untuk dibagikan kepada finalis lomba. Mereka masih remaja .....

Konsepnya jelas, dan yang juga sudah aku perkirakan. Bahwa kita sangat ingin, generasi muda kita harus senang membaca! Dengan adanya teknologi, e-book menjadi pilihan utama bagi generasi muda. Mereka sekarang malas ke perpustakaan, karena mereka sangat gampang membuka mbah Google dan bisa 'copas' seenaknya saja. Dan buku2 bagus serta pengetahuan luas itu menjadi terbengkalai ......

***

Aku sudan lebih dari 20 tahun malang melintang di dunia arsitektur dan konstruksi. Selama tahun 1988 sampai 1992 aku kuliah S1, belum ada komputer. Maksudku, skripsi ku aku ketik lewat komputer MS Word 64 kb. Belum ada Auto CAD untuk menggambar.

Sekarang, lulusan arsitek menurutku tidak mengenal dasin via 'hand-made', semua melalui Auto CAD dan hasilnya sangat 'sempurna' tetapi tidak ada gregetnya. Bahkan semuanya pun sekedar 'copas' saja. Tema hampi sama dan tidak ada essensi seninya. Mereka lebih memilih desain dengan konsep teknologi tetapi tidak memasukkan konsep2 sejarah dan budaya masing2 kota tau negara.

Dimana jika membawa nama sejarah atau budaya, tidak ada namanya 'teknologi'. Untuk mendesain bangunan yang memasukkan budaya Daya, misalnya, jika menggunakan Auto CAD deati Dayak tidak akan sesuai karena berhunungan dengan seni dan 'kluwer-kluwer', yang tidak ada di tuts komputer.

Sehingga, sebagai dosen aku menginginkan mahasiswaku tetap bisa membuat desain 'hand-made' tanpa komputer. Dan palling tidak, 1 tahun pertama mereka tidak memakai Auto CAD untuk menggambar! Selebihnya silahkan saja, asalakan tidak 'copas', dengan desain2 dari 'antah berantah'.

Begitu juga tentang buku. Aku mengharapkan, anak2 bukan hanya bisa membaca dari mbah Google dengan Wikipedia nya yang  sering kali tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, serta e-book saja, tetapi mereka harus dididik untuk masuk ke perpustakaan, belajar dari buku2, mencatat, menyalin dan membaca dalam buku2 hardcopy, bukan softcopy.

Setelah itu ketika mereka mulai beranjak remaja, klas 6 SD atau SMP, mereka mulai belajar lewat internet, setelah mereka mengerti tentang dunia anak2, bermain di alam serta berhubungan baik denan orang tua dan sesama lewat lingkungannya. Bukan anak2 dari bayi sudah diperkenalkan dengan gadget, sehingga mereka malas membaca dan jika dewasa mereka hanya tahunya mbah Google saja dan Wikipedia. Dengan meng-klik saja, mereka tahu segalanya tetapi belum tentu benar ......

Seperti kuliah arsitektur yang seharusnya memaknai tentang sejarah dan budaya dalam mendesain bangunan ( bukan yang mendesain hanya sekedar modern yang luar biasa, tetapi tidak mempnyai esensi dan makna apa2 ), begitu juga tentang membaca.

Apakah generasi muda sekarang tahu tentang cerita2 rakyat Indonesia atau budaya Indonesia? Apakah mereka mengerti tentang rumah2 adat Indonesia? Kain2 Indonesia? Makanan2 Indonesia? Atau apapun tentang Indonesia?

Lihat tulisan2ku tentang budaya, kain dan aksesoris Indonesia :

Panji Semirang : Robin Hood ala Jawa Timur-an

Tenun Buna NTT : Kain Tradisional Cantik, Memikat Mata

'Batik Papua' : Tidak Kalah dari Batik dari Tanah Jawa yang Sudah Mendunia

'Ulos Batak' : Salah Satu Kain Tradisional Indonesia Selain Batik, yang Juga Sarat Makna

'Tenun Songket Bali' : Budaya dan Tradisi yang Menambah Cantik Indonesia,

'Tatto' pun Menjadi Berkat Disepanjang Jalan Malioboro

Proses Pembuatan Perak Bakar di Kota Gede Yogyakarta,

Wisata Batik : Seni Tradisional Harus Menjadi 'Heritage' Indonesia,

'Batik Tulis' : Potensi Budaya Bangsa yang Sarat Makna,

'Pembatik' : Apakah Indonesia Akan Kehilangan Banyak Potensi Tradisional?

Aku mengalami, 2 ABG ku yang sangat minim tahu tentang Indonesia. Yang mereka suka adalah yang berbau modern dan tentu saja gadget. Dan dengan aku yang memang sangat mencnai budaya Indonesia, aku tetap memperkenalkan mereka tentang cerita rakyat Indonesia, kain2 Indonesia, kuliner Indinesia dan tentang arsiektur Indonesia ......

Dunia generasi sekarang memang adalah dunia teknologi, salah satunya adalah internet. Dan aku memaklumi itu. Tetapi ketika ada waktu senggang mereka, aku tetap 'memaksakan' mereka untuk mendengarkan ceritaku tentang budaya Indonesia.

Membaca cerita rakyat Indoneesia? Pasti mereka tidak akan mau. Mereka hanya mau komik2 Jepang atau cerita2 hero dan fantastis. Tetapi paling tidak, aku sering bercerita tentang makna yang terkandung di dalam cerita2 rakyat, yang aku tahu. Tentang Roro Jonggrang, Lutung Kasarung, Tangkuban Perahu. Karena aku memang dulu memiliki kaset Sanggar Cerita dan eyang putri ku sering mendongeng tentang mereka .....

Begitu juga tentang kain2 Indonesia, dimana aku benar2 menggilai kain2 Indonesia dan sering jual-beli dengan sahabat2ku, sehingga aku cukup fasih bicara tentang itu.

***

Konsep 'anak2 membaca' mungkin masih cukup banyak yang meng-amini. Berbagai 'rumah baca' bagi anak2. Dan kepedulian kepada generasi mudapun terus berkembang. Mungkin untuk remaja sampai pra-dewasa, mereka sudah tidak bisa diajak membaca lewat buku 'hardcopy'. Tetapi dibawah itu, dari semenjak bayi sampai menuju remaja, kita bisa mulai dengan 'budaya membaca' dan 'budaya ke perpustakaan'. Supaya mereka mampu mengembangkan 'serangkaian sirkuit ke-listrik-an' pada otak mereka untuk berkembang sesuai dengan sejarah dan budaya Indonesia.

Bagiku, buku merupakan jendela dunia, dan seharusnyalah anak2 kita terus menghargai buku. Buku2ku dari sejak kecil sampai sekarang lebih dari 1 kamar dan suatu saat nanti buku2 ini akan memberi maanfaat bagi generasi muda bangsa .....

Lihat tulisanku tentang buku2ku :

( Seri 1 ) Bukuku : Nostalgia Masa Anak-Anak

( Seri 2 ) Bukuku : Masa Remaja Yang Tak Terlupakan

( Seri 3 ) Bukuku : Kolaborasi antara Komik Terjemahan dan Komik Lokal

( Seri 4 ) Bukuku : Dari Masa Remaja menuju Masa Dewasa

( Seri 5 ) Bukuku : Dunia Kerja dan Sosialisasiku pada Dunia

Dengan Bukuku, Aku Berhasil Meraih Semua Mimpiku

Senang sekali aku banyak bertemu penulis2 cerita rakyat indonesia lewat kegiatan2ku. Salah satunya di event 'Lomba Menulis Surat Remaja Nasional' ini. Dimana mereka ssemakin membuka mataku untuk lebih peduli lagi kepada generasi penerus bangsa .....

Bu Nia Samihono ( salah satu juri nasional pada lomba ini ), dari Balai Bahasa Kemendikbud, dengan salah satu tulisnya tentang cerita rakyat Indonesia

Beberapa dewan juri ini, juga yang menulis buku2 cerita rakyat Indonesia. Salah satunya, bu Lina dan bu Nia. Takjub aku melihat buku2 cantik tentang cerita rakyat Indonesia, membuat aku ekarang berpikir keras, harus aku berikan kepada siapa, buku2 cantik ini?

Sahabat,

Jika ada yang mempunyai 'rumah buku' dimanapun berada, bisa hubungi aku. Lewat  inbox atau langsung ke email aku ( email : christie.suharto@yahoo.com ), sebuah surat permohonan untuk buku2 cantik ini, untuk daerah Jakarta dan sekitarnya. Untuk di luar Jakarta, bisa datang ke Balai Bahasa Kemendikbud sesuai denan propinsinya ( misalnya, Balai Bahasa Yogyakarata, Balai Bahasa Medan, dan sebagainya ). Untuk siapa, latar belakangnya serta mau dikirim kemana. Dan semuanya TIDAK DIPERJUAL-BELIKAN alias GRATIS, sesuai dengan catatan di semua buku2 ini .....

Banyak jenisnya, dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dari cerita rakyat, sampai sastra. Dari kamus bahasa sampai ilmu pengetahuan. Dari peraturan2 sampai kesehatan, semuanya sudah dipersiapkan. Dan aku akan melayaninya, sesuai dengan kemampuanku ......

Selamat membaca, Tuhan berkati!


Profil | Tulisan Lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun