Entahlah. Karena begitu aku tahu tentang hal ini, justru otakku langsung bekerja untuk memikirkan 'kemana aku akan mengirimkan buku2 bagus ini', untuk generasi bangsa!
Panitia mengelompokan untuk dibagikan kepada finalis lomba. Mereka masih remaja .....
Konsepnya jelas, dan yang juga sudah aku perkirakan. Bahwa kita sangat ingin, generasi muda kita harus senang membaca! Dengan adanya teknologi, e-book menjadi pilihan utama bagi generasi muda. Mereka sekarang malas ke perpustakaan, karena mereka sangat gampang membuka mbah Google dan bisa 'copas' seenaknya saja. Dan buku2 bagus serta pengetahuan luas itu menjadi terbengkalai ......
***
Aku sudan lebih dari 20 tahun malang melintang di dunia arsitektur dan konstruksi. Selama tahun 1988 sampai 1992 aku kuliah S1, belum ada komputer. Maksudku, skripsi ku aku ketik lewat komputer MS Word 64 kb. Belum ada Auto CAD untuk menggambar.
Sekarang, lulusan arsitek menurutku tidak mengenal dasin via 'hand-made', semua melalui Auto CAD dan hasilnya sangat 'sempurna' tetapi tidak ada gregetnya. Bahkan semuanya pun sekedar 'copas' saja. Tema hampi sama dan tidak ada essensi seninya. Mereka lebih memilih desain dengan konsep teknologi tetapi tidak memasukkan konsep2 sejarah dan budaya masing2 kota tau negara.
Dimana jika membawa nama sejarah atau budaya, tidak ada namanya 'teknologi'. Untuk mendesain bangunan yang memasukkan budaya Daya, misalnya, jika menggunakan Auto CAD deati Dayak tidak akan sesuai karena berhunungan dengan seni dan 'kluwer-kluwer', yang tidak ada di tuts komputer.
Sehingga, sebagai dosen aku menginginkan mahasiswaku tetap bisa membuat desain 'hand-made' tanpa komputer. Dan palling tidak, 1 tahun pertama mereka tidak memakai Auto CAD untuk menggambar! Selebihnya silahkan saja, asalakan tidak 'copas', dengan desain2 dari 'antah berantah'.
Begitu juga tentang buku. Aku mengharapkan, anak2 bukan hanya bisa membaca dari mbah Google dengan Wikipedia nya yang sering kali tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, serta e-book saja, tetapi mereka harus dididik untuk masuk ke perpustakaan, belajar dari buku2, mencatat, menyalin dan membaca dalam buku2 hardcopy, bukan softcopy.
Setelah itu ketika mereka mulai beranjak remaja, klas 6 SD atau SMP, mereka mulai belajar lewat internet, setelah mereka mengerti tentang dunia anak2, bermain di alam serta berhubungan baik denan orang tua dan sesama lewat lingkungannya. Bukan anak2 dari bayi sudah diperkenalkan dengan gadget, sehingga mereka malas membaca dan jika dewasa mereka hanya tahunya mbah Google saja dan Wikipedia. Dengan meng-klik saja, mereka tahu segalanya tetapi belum tentu benar ......