Setiap hari aku melewai jalan ini, untuk ke kantorku di Grogol.Jika macet, aku pasti mengamati lingkungan dari mobilku, tetapi jika lancar berjalan aku lebih memilih menulis di note BB ku. Banyaj kejadian2 di sekeliling mobilku, aku rekam lewat kamera. Mungkin tidak langsung aku tuliskan, karena tema2 tulisan2ku 'mengantri' setiap hari.
Hari ini aku ingin menuliskan tentang pedestrian, ketika aku sedang ber-BBM dengan temanku sebagai penyandang tuna netra. Sambil ber-BBM, aku melihat2 pedestrian di jalan S.Parman, dan aku ingin membantu untuk temanku, salah satunya tentang 'kota yang ramah bagi disabled'.
Beberapa foto dibawah ini, mungkin bisa 'berbicara', walau aku tidak menuliskannya .....
Apa yang salah disini?
Jalur untuk penyandang tuna netra adalah yang berwarna kuning, dengan permukaan keramik untuk mereka yang memakai tongkat, sesuai dengan yang mereka pelajari. Permukaan keramik dengan sandi-sandi tertentu bagi penyandang tuna netra.
Tetapi, coba lihat! Jarak antara keramik kuning SANGAT DEKAT dengan tiang telpom dandengan tiang baliho. Bayangkan, ketika penyandang tuna netra mengetok2 kan tongkatnya dengan sandi2 tertentu diatas keramik kuning, si penyandang tuna netra tersebut BISA SAJA terantuk tiang2 itu karena TERLALU DEKAT!
[caption id="" align="aligncenter" width="388" caption="www.fhwa.dot.gov"]
Sebuah pedestrian yang nyaman adalah antara 1,5 meter - 2 meter, dengan pengumpulan asesoris perkotaan ( lampu, tempat sampah, pot2 bunga atau asesoris seni ) berada di depan dan ditengah2 merupakan pejalan kaki.
Untuk disabled akan nyaman dengan permukaan2 ssesuai dengan sandi2 yang mereka pelajari, serta kkursi roda nyaman berada di tengah2 pedestrian.