***
Dijaman sekarang dimana 'global warming' membuat perubahan iklim menjadikan Kampung Melayu, yang merupakan perkampungan multi-etnik ( alah satu hasil dari arus urbanisasi) tergolong sangat memprihatinkan. Terkait masalah lingkungan yang membuat Kampung Melayu rentan khususnya dalam menghadapi banjir.
Kondisi kawasan Kampung Melayu yang tidak terawat (jika kawasannya saja tidak terawat, apalagi pemukiman dan lingkungannya?) serta di bagian ruko2 yang berdekatan dengan Sungai Ciliwung, banyak bangunan2 yang ditinggalkan penghuninya,serta toko2 yang bangkrut karena sering dilanda banjir, menjadikan Kampung Melayu memang merupakan kawasan yang terus 'menurun' dari waktu ke waktu.
Sebenarnya, jika mereka masih ingin tinggal di Kampung Meayu, paling tidak mereka harus membangun sebuah lingkungan yang lebih baik. Pemukiman di bantaran sungai harus tidak ada lagi, terkait dimanapun jika tinggal di bantaran sungai, PASTI AKAN TERUS MENGALAMI BANJIR! ( wong tinggal di sungai, koq! ).
Saat ini, warga yang tinggal di Kampun Melayu masih seputar tindakan responsif, untuk berjaga2 dengan 'banjir kiriman' dari Bogor. Mereka sekarang ini, mulai meninggikan rumah2 mereka dan membangun tanggul2 darurat. Tetapi itu sangat bersifat sementara.
Semisal meninggikan rumah2 jika tidak dibarengi dengan peraturan2, semuanya tidak ada gunanya, malah hanya buang2 saja! DAS Sungai Ciliwung harus merupakan tempat yang aman sebagai daerah resapan dan pengaman dari air sungai (termasuk banjir kiriman). Tetapi jika mereka ngotot tinggal di DAS atau bantaran sungai, bagaimana tidak banjir lagi? Alur alamiahnya saja dilanggar .....
[caption id="" align="aligncenter" width="456" caption="www.tribunnews.com"]
Coba lihat foto diatas, Sungai Ciliwung benar2 'mepet' dengan pemukiman penduduk, bagaimana tidak banjir? Dengan adanya DAS,memungkinkan air dari sungai akan meresap ke dalam tanah, sehingga pemulikan yang SEHARUSNYA berjarak MINIMAL ½ DARI LEBAR SUNGAI di kanan dan kiri sungai, akan selamat dari banjir ......
***
Dalam membangun kawasan Kampung Melayu ini, bukan hanya berupa fisik dan materianya saja, tetapi justru kita perlu dan harus memangun kepedulian warga, sosial-masyarakat dengan konsep2 yang menggunakan kekuatan lokal bersumber pada manusianya ( SDM ) dan semua lapisan masyarakatnya di sana.
Itupun pasti membutuhkan waktu yang lama. Karena kepedulian itu harus ditanamkan sejak kecil. Masing2 keluarga harus membangun kapasitas hidupnya untuk lebih baik. Memang tidak gampang. Pendekatannya harus fleksibel, apalagi hampir semua warga disana merupakan kaum marjinal, dimana kita harus memberikan keseimbangan sosial dengan pendekatan2 komunitas untuk menghindarkan konflik2 kepentingan.