Mengapa aku mengatakan 'masih samar?'
Aku cukup bingung ketika pertama kali aku lewat jalan layang tersebut beberapa tahun lalu, arsitekturalnya tidak karuan. Bukan aku saja,yang merasa bingung, melainkan keluargaku juga bingung.
[caption id="" align="aligncenter" width="483" caption="metro.news.viva.co.id"]
Jalan layang Kalibata yang sempit, sekarang jalur tengahnya sering dititp dengan beton, sehingga semakin sempitlah disana, apalagi jika ada pejalan kaki keatas .....
*Eh, kenapa pejalan kaki ke atas ya? Padahal tidak disediakan pedestrian sama sekali. Lalu???
Bukan dilihat dari keindahannya ( jalan layang tidak untuk ber-indah2 ), tetapi fungsinya. Jalan layang itu memang cukup sempit, hanya 2 jalur berbalikan. Ditengah2nya dipasangi beton2 untuk pengendara tidak bisa saling mendahului. Seperti biasa, tidak mempunyai pedestrian karena memang tidak untuk pejalan kaki. Pejalan kaki lewat bawah, kecuali mungkin memang banjir. Lagi pula jika dalam keadaan normal, 'ngapain pejalan kaki capek naik jalan layang?
Pejalan kaki naik ke jalan layang? Untuk apa? Enakkan berjalan kaki dibawah dan tidak cape .....
Eh, tetapi ternyata di atas jalan layang, di kedua sisinya terdapat 'sayap' yang cukup lebar dan sepanjang titik tertinggi itu menjadi seperti untuk bersantai. Tetapi pun, tetap diberi beton2 sepertinya supaya mobil tidak boleh berhenti. Iya, jika tidak 'emergency' memang mobil tidak boleh berhenti disana, tetapi mengapa harus sepanjang titik tertinggi ( mungkin sekitar 20 meter atau 30 meter ) harus ada tempat yang akhirnya di tutup dengan beton?