Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Pagi di Pedestrian Jakarta...

28 April 2014   19:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:06 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka memenuhi pedestrian. Ada yang berjualan sayuran, dan membagi-bagikannya pada pedagang sayur keliling, sehingga semakin padatlah daerah pedestrian itu. Bahkan berdagang ikan, daging dan ayam, dimana si pedagang memotong-motong dagangannya dan menimbulkan bau amis yang segera dikelilingi oleh kucing-kucing dan anjing-anjing. Mereka berebut sisa-sisa dari si pedagang, dan pedagang pun dengan santainya membuang cacahan ikan dan daging, tanpa membersihkannya, setelah pasar 'tutup', sekitar jam 11.00 siang...

Berlanjut tadi pagi, sebelum ke kantor aku terapi dulu di RS Cikini. Di sepanjang jalandari Tebet kesana, benar-benar beragam awal kehidupan pagi di pedestrian. Ada yang memulai membuka dagangannya, di sebuah pojok pedestrian, ada yang justru sudah berdagang. Tambal ban, pedagang rokok, dagang sarapan, biasanya ketoprak atau lontong sayur, dan warga Jakarta sudah tahu tempat2 favourite mereka untuk sarapan. Atau kebutuhan2 kecil lainnya.

FUNGSI HALTE? FUNGSI PAGAR 'YANG JUGA TIDAK JELAS?'

Semakin siang, warga semakin banyak. Ada yang bergegas menuju ke suatu tempat, ada yang menunggu bus ( tetapi tidak di halte bus atau tempat2 pemberhentian bus ). Ada juga beberapa warga yang turun dari bus atau angkot, tetapi mereka seenaknya saja! Baik karena bus atau angkotnya memang seenaknya saja untuk memberhentikan kendaraannya, tanpa peduli dengan yang lain, atau justru si penumpang yang menyetopkan kendaraannya dengan seenaknya, walau si supir mau tertib ( 'ga mungkin, ya? Hihihi ... ).

Calon penumpang, menunggu kendaraan TIDAK DI HALTE. Lalu tukang ojek seenaknya saja menunggu calon penumpang di DIDEPAN PINTU PAGAR, padahal di pagar itu tertera, untuk tidak parkir disana .....

Bahkan di sepanjang jalan Raden Saleh ( dan aku yakin, banyak di jalan2 Jakarta lainnya ), semua halte bus, yang seharusnya merupakan tempat pemberhentian bus, justru menghalang2i calon penumpang, dan memagar di depan halte dan di beberapa titik yang ditengarai sebagai tempat masyarat menunggu bus, tetapi bukan tempatnya!

Dari Jalan Matraman Raya belok kiri ke jalan Raden Saleh, hook kana dan dirinya, dipagari pipa2 besi, walaupun pedestriannya sangat sempit! Astaga! Itu benar2 PEMBOROSAN! Apa yang terjadi?

1. Masyarakat SELALU menunggu bus atau angkot di hook atau pojokan jalan tersebut, walau tempat itu sangat kecil! Sehingga, pasti macet! Hook itu adalah perempatan dan mempunyai pemberhentian lampu merah, tetapi pada kenyataannya lampu merah tidak berfungsi ketika bus2 Metro Mini atau angkot biru berjejer untuk mengambil atau menurunkan penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun