By Christie Damayanti
[caption id="" align="aligncenter" width="522" caption="www.facebook.com"][/caption]
Ketika air liur menetes, sebenarnya bukan untuk kita, orang dewasa dan sopan di hadapan orang lain. Waktu kita kecil, air liur kita sering menetes karena mereka belum bisa mengendalikannya. Atau karena mereka makan tanpa terkendali, atau juga karena makan sambil berbicara, sering kali air liur kita menetes, tanpa kita sadari.
Mungkin karena tidur dan mulut kita terbuka, sering kali juga air liur kita menetes dan kita tersentak bangun .....
Itu sebagian besar, mengapa air liur kita menetes, dengan atau tanpa kita sadari, sehingga ketika kita tahu bahwa banyak hal menjadi batas kesopanan, misalnya tentang air liur yang menetes, kita akan berusaha untuk mengendalikannya.
Orang2 dewasa yang tahu sopan santun, akan mengendalikan batas2 kesopanan yang ada di masyarakat. Pengendalian itu termasuk dalam bermasyarakat, karena jika tidak mereka akan men-cap 'kita tidak sopan'. Tetapi ternyata tidak untukku!
Aku tidak tahu, bagaimana sahabat2 insan pasca stroke ( IPS ) yang lain. Ketika aku mengalami stroke berat 4 tahun 5 bulan yang lalu dan mendapatkan aku lumpuh separuh tubuh kananku, pada kenyataannya kelumpuhan tubuh kananku itu termasuk fungsi2 jaringan mulutku sampai jika aku menelanpun, kerongkongan dan tenggorokanku pun mengalami kelumpuhan.
Mulutku, misalnya. Mungkin orang melihat aku normal2 saja. Seperti orang1 yang sehat, walau mereka juga tahu bahwa aku adalaj IPS. Ya, semua orang baru sadar kalau aku IPS jika aku berjalan, dengan tubuh kananku yang harus berusaha untuk berjalan dan menggandeng seseorang.
Lidahku, gigiku atau bibirku mampu untuk menjalankan fungsinya. Tapi tahukah, bahwa separuh dari bagian2 mulutku ini separuhnya juga tidak berasa / kebas?
Jika aku mengunyah, aku sebenarnya bisa mengunyah di semua bagian mulutku. Tetapi khusus di sebelah kanan, aku mengunyah dengan gigi2ku sebenarnya hampir tidak merasakan sesuai. Gigi2ku hanya bertindak otomatis dalam mengerjakan tugasnya, tanapa si empunya gigi ( yaitu aku ), merasakan sebagai manusia normal! Yang sebelah kanan lho!
Sehingga, sering kali jika sudah tertelan, banyak sisa2 ( biasanya daging atau yang susah di kunyah ) terselip bukan hanya di gigi saja, melainkan di sela2 antara gusi dan pipi. Aku harus membersihkannya langsung dengan tangan kiriku, karena jika hanya dengan lidah, sama saja bohong! Tetap saja tertinggal disana!
Dalam mengunyah di sebelah kanan dalam mulutku, tanpa berasa atau kebas, air liurku tanpa sengaja mengetes keluar, dan aku terus mengunyah seperti tidak terjadi apa2! Ya, aku memang tidak merasakannya, karena jika air liur ku menetes lewat sela2 bibirku dan mengalir daguku pun, aku tidak merasakannya! Kebas! Hehehe ..... parah kan?
Orang tua dan anak2ku sudah terbiasa untuk mengambil tissue untukku jika berada dekat dariku. Jika tidak, mereka akan memanggilku dan tangan mereka hanya menunjuk di mulutku, bahwa ada 'sesuatu' disana! Entah kerna ada 'tamu' atau air liurku menetes.
Mulanya, aku malu, bahkan dihadapan keluargaku. Apalagi ketika aku benar2 baru belajar untuk mengunyah, beberapa hari setelah serangan stroke. Bukan hanya air liurku saja yang menetes, tetapi juga mulutku menyemburkan makananku seperti bayi, karena masih susah untuk mengunyah .....
Tetapi lama kelamaan aku juga harus mengendalikannya. Mencari akal untuk apapun yang aku lakukan ( hampir ) sama dengan orang sehat dan normal.
Hmmmm .....
Ya, aku berusaha jika untuk mengunyah makanan jangan di bagian mulut sebelah kanan! Supaya air liurku tidak menetes!
Tetapi ternyata tidak terlalu mudah. Karena tubuh kananku lumpuh, sehingga aku tidak merasakan sesuatu pada sisi kananku, ataupun karena 'benda2 di tubuhku' ini merupakan metabolisme manusia secara normal yang sering kali sebenarnya tidak terkendali, pada kenyataannya aku mengalami kesulitan untuk mengendalikannya.
Bayangkan saja. Jika kita mengunyah makanan secara normal, pasti kita mengunyah di semua sudut mulut, sesuai dengan fungsi2 gigi kita. Tetapi untukku, aku harus 'menyuruh' otakku untuk tidak membawa makanan masuk ke mulut ku sebelah kanan, dan mengendalikan kunyahan makananku hanya di sebelah kiri, kadang2 membuat aku tidak sabar.
Kalau hanya sekedar makan kacang,atau coklat atau snack, itu gampang untuk mengendalikannya karena mulutku 'kosong'. Tetapi jika mengunyah makanan utama, dimana mulutku penuh ( walau hanya ½ semdok makan saja ), akan terasa tidak bisa terkendalikan, sehingga mengunyah juga ke sebelah kanan .....
Hasilnya?
Ya itu ... seperti yang aku tuliskan di atas tadi. Air liurku menetes tanpa aku sadari. Lalu sisa2 makanan yang tidak tertelan akan terselip di antara gusi dengan pipi, sehingga terpaksa aku harus membuka mulutku dan tanganku harus membersihkannya sendiri dan segeera .....
Menyedihkan, ya? Hehe .....
Kadang2 aku berpkir bahwa insan pasca stroke seperti aku ini, otakku ini di 'reset'. Dari belajar seperti bayi, sampai berapa lama kita tahan dalam kesabaran. Karena jika kita tidak sabar, fisik kita akan terpuruk, malu atau depresi kaena memang harus belajar dari nol. Dan jika aku sebagai IPS sekarang ini adalah kasih Tuhan untukku, berarti Tuhan mau me-'reset' hidupku sehingga aku menjadi lebih baik dari sebelumnya .....
Dan aku harus terus bersabar dan tetap semangat, karena jika bayi saja bisa dari yang tidak bisa apa2, aku pasti bisa! Arena aku sudah mampu berbuat apapun dan berprestasi sebelum Tuhan me-'reset' hidupku, pastilah Rencana Tuhan akan berjalan untuk masa depanku yang bahagia .....
Tetap semangat! Salamku .....
Silahkan lihat tulisan2ku tentang stroke :
https://www.facebook.com/pages/Stroke-di-usia-muda/128310957264981?ref=hl
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H