Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Dunia Prostitusi 'De Wallen' Amsterdam, yang Sebenarnya....

24 Juli 2014   18:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:21 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suami adalah 'sesuatu'. Dan ternyata juga, banyak pekerja-pekerja seks tersebut mempunyai suami! Untuk banyak orang, itu sama sekali tidak masuk akal sehat! Bagaimana mungkin? Seorang suami melepaskan istrinya untuk menjadi pekerja seks? Bagaimana mungkin sebuah keluarga melepaskan anggota keluarganya sebagai pekerja seks?

Tetapi, sekali lagi itulah kenyataannya. Bersama dengan penduduk setempat, pemilik bisnis dan investor, pekerja seks mempunyai kariernya sendiri, dan dewan Kota Amsterdam, bekerja untuk memperkuat karakter unik daerah dan merangsang untuk meng-upgrade perekonomian daerah itu dan masing-masing pekerja dan keluarganya.

Mengunjungi Red Light District, wilayah ini ramai dengan pengunjung dan kelompok wisatawan. Cara terbaik untuk melakukan perjalanan pada pasangan atau dalam kelompok, seperti daerah juga menarik beberapa karakter tersendiri. Kami memang membawa PETA, tetapi dengan Arie Zonjee, justru aku lebih merasakan sensasi tersendiri, ketika kami melewati dan berputar-putar di De Wallen.

Ada aturan-aturan tertentu untuk memastikan keamanan pekerja seks dan pengunjung ke Red Light District. Salah satunya, dilarang untuk mengambil foto dari perempuan-perempuan itu, dan ini sangat ketat. Makanya, aku tidak memiliki foto-foto tentang mereka.

Meskipun ada CCTV 24 jam di banyak titik, bukan hanya untuk kekerasan saja tetapi ternyata di sana pun banyak pencopet!

Hahaha... kemarin sih aku ke sana siang hari, di mana suasananya tidak seseram suasana malam hari. Tapi aku pernah ke sana malam-malam. Di mana banyak sekali wisatawan dan pengunjung local, berbaur jadi satu. Seperti di pasar malam, di beberapa titik akan berkerumun karena pekerja-pekerja seks itu lebih cantik dari di titik-titik yang lain. Atau juga karena sebuah café menawarkan tarian erotis di udara terbuka! Dan itulah pencopet-pencopet merajainya.

Tour-guide selalu memperingkatkannya. Tetapi apa mau dikata? Seks lebih menawarkan kesenangan daripada menjaga dompet. Akhirnya, banyak wisatawan yang kehilangan passport atau uang mereka, dijasak pencopet.

Mereka cenderung untuk menargetkan wisatawan karena biasanya wisatawan belum mengenal 'medan' dan cenderung tidak terlalu peka sehingga mengawasi barang-barang kita menjadi lengah. Seharusnyalah, kita meninggalkan barang berharga di tempat yang aman di hotel.

Pagi hari, semua pekerja seks biasanya tidur sampai menjelang malam harinya, tetapi keluarga mereka tetap harus bekerja (yang bukan pekerja seks), sehingga memang daerah De Wallen ini di siang haris menjadi pemukiman biasa kembali. Anak-anak bersepeda berangkat ke sekolah, dan ibu-ibu bersepeda mengajak si kecil yang belum bersekolah, berjalan-jalan. Mereka tetap menghormati lingkungan mereka dan tidak mengganggu lingkungan yang lain.

De Wallen, juga dikenal sebagai 'Buurt Rosse' untuk Amsterdammers dan Red Light District dan pengunjung sebenarnya adalah bagian tertua dari Amsterdam. Lingkungan penuh sesak toko-toko menarik, pub, restoran yang fantastis, bersandar rumah runcing dan kanal kota yang menarik. Jangan lewatkan kehidupan di Nieuwmarkt, gothic Oude Kerk atau berjalan-jalan sepanjang pusat Amsterdam Chinatown, yang mengesankan!

Situs lain tidak ketinggalan di daerah ini berada di Oudezijds Armsteeg. Ada sebuah bangunan rumah yang indah yang sudah dipugar, menjadi 'Delft Blue House'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun