By Christie Damayanti
Sebelumnya :
Makan Siang Pertama di Amsterdam : Masakan China dan Suriname
DuniaProstitusi 'De Wallen' Amsterdam, yang Sebenarnya .....
'Red Light District', WisataProstitusi di Amsterdam : Hahaha ..... Anak-Anakku Cepat Belajar dari Lingkunganya
Ketika Kekecewaan Berganti dengan Semangat dan 'Excited!'
'Coffee Morning' : Ketika Kebahagiaan Mengawali Semuanya
'Basiliek van der H. Nikolaas' : Gereja Katolik Tertua di Amsterdam Abad - 18
Oudejizdskolk Straat, Basiliek van de H.Nikolaas, Café Molly Malones di Amsterdam
Menuju Amsterdam ... Aku dalam Keterbatasan? Sudah Lupa, Tuh!
Perjalanan ke Negeri yang Jauh Sudah Mulai dan Mimpiku Semakin Nyata .....
Horeeeeeee ..... Libur Besar Telah Tiba!
Ketika Aku Membawa Anak-Anakku Keliling Eropa, dengan Separuh Tubuh Lumpuh
***
Kami berendeng, dari bersenda gurau, bercerita, sampai membeli beberapa souvenir Holland, terus menyusuri dan menapaki jalan2 Amsterdam. Con-bolck tua tetapi tetap rapi dan bersih, sebenarnya menggangguku. Karena jika duduk di atas kursi roda di dorong di atas permukaan jalan yang tidak rata, membuat tubuhku sering pegal2. Tetapi ternyata, itu tidak mengganggu luapan 'excited'ku.
Dari daerah panganan yang penuh dengan resto chinese food, yang juga masih di wilayah De Wallen, tidak jauh menuju Damrak Straat, sebuah jalan yang mempunyai daya tarik luar biasa bagi sebagian besar turis2 manca negara.
Damrak Straat bermula dari Central Station ( pusat semua tarnsportasi, baik kereta, tram dan bus, dari seluruh daratan Eropa dan menuju Amsterdam ), dan berakhir di perempatan ujung salah satu kanal Amstel River. Di jalan ini, semua ada, yang dibutuhkan turis.
Mulai dari pusat tour ke seluruh Holland dan negara2 kecil disekitarnya, seperti Belgia, Mc.Donald's, sebuah resto Amerika yang sangat dibutuhkan oleh sebagian turis yang susah memakan makanan lokal, toko2 suvenir yang bertebaran sampai beberapa museum kecil, termasuk 'Sex Museum'. Maklum, Damrak Straat berada tepat di depan wilayah De Wallen, wisata prostitusi dunia.
Batas antara De Wallen dan Damrak Straat, adalah salah satu kanal Amstel River, dimana tempat itu juga merupakan pusat 'stasiun taxi air'n yaitu boat atau kapal besar, sedang dan kecil.
Seperti yang kita tahu, Holland atau khususnya di kota Amsterdam, merupakan 'kota air'. Holland sendiri adalah negara yang berada di bawah permukaan laut. Sehingga, Amsterdam yang adalah kota pesisir, harus memutar otaknya untuk membendung air laut untuk tidak meluber ke daratan, sejak dahulu kala. Dan mereka membangun 'bendungan raksasa', DAM, dan dinamakan DAMRAK.
Itulah sebabnya, Holland sangat terkenal sebagai 'ahli air' dan terus berinovasi untuk menjadikan air sebagai 'sahabat negeri', dan siapa yang mau belajar menjadikan air sebagai sahabat, silahkan bersekolah di Holland.
Menuruni tangga2 cukup terjal, aku dipapah Arie untuk berwisata di kanal Amstel River, sering disebut dengan Canal Cruise Tour.
Kami masuk ke 'taxi besar' dengan nahkoda khusus. Taxi ini diselubungi oleh full kaca anti peluru, seperti kaca mobil. Sehingga di kapal besar itu terang benderang, tetapi tidak rerlalu dingin jika kita menutup jendelanya. Karena jika musim panas yang memang 'panas', kapat itu bisa benar2 tanpa kaca menjadi kapal terbuka, dan menusuri Amstel River dengan nyaman .....
Jendela kapal dengan full kaca, bias dibuka menjadi kapal terbuka, jika udara semakin panas ....
Lihat tulisanku :
Mengamati Arsitektur dan Lingkungan di Amsterdam
Sungai Amstel dan 'Houseboat' sebagai Salah Satu Aset Kota Amsterdam
Kami berempat duduk di depan berhadapan, dengan meja sebagai pembatas. Aku duduk dengan Michelle, sedangkan Dennis duduk dengan Arie, didepanku. Aku sudah menyiapkan kamera dan video cam untuk arsip dan pengamatanku.
Gaya Dennis sebagai fotografer junior ..... *eh, hasilnya kereeeeennnnn lho!
Begitu juga Dennis, sebagai seorang remaja yang berhobi fotografi, Â diminatinya, kepadaku dan jika aku tidak bisa menjawab, Arie yang menjelaskan secara detail dan rinci.
Arie Zonjee : Sahabat, papa dan opa kami di Amsterdam .....
1,5 jam kami berkeliling Amstel Rivel lewat rarusan kanal2nya. Sangat menarik! Mulai dengan sungai dan kanalnya sendiri yang ber-air jernih, 'rumah2 kapal' di sepanjang beberapa kanal, bahkan pandangan dari sungai ( dari kapal ) melihat kota Amsterdam yang sangat cantik dan menyenangkan!
Pengalaman yang sangat menarik! Secrcah harapan muncul dari dalam hatiku ......
Setiap kapal ini berbelok ke kanal yang berikutnya, seketika itu pula aku merasakan sebuah suasana yang lain. Seperti di kanal utama, banyak sekali kapal2 atau taxi air ini melintas membawa turis2 mancanegara. Atau 'terminal2' atau halte2 kapal itu untuk keluar masuk penumpang, seperti di jalan raya. Kadang2 kapal2 itu antri untuk mengambil atau menurunkan penumpang, kadang2 juga tanpa menaikkan dan menurunkan penumpang seperti kapal kami karena di'sewa' oleh kami, turis, yang memang tidak perlu keluar masuk.
Halte2 taxi air untuk menaikkan dan menurunkan penumpang
'River view' untuk cafe2 tepi sungai dan hotel besar yang cantik!
'Flea Market' atau pasar loak di tepi Amstel River, Amsterdam. Tetap terlihat rapid an bersih, bahkan dari kanal .....
Dari kanal utama berbelok ke kanal turunannya, suasananya berlainan. Jika di daerah hotel2 besar dan mahal, kanal2 itu menjadi 'view atau pandangan' bagi yang menginap disana. Kanal itu pun menjadi tempat rekreasi dan tempat bersantai sambil makan sebagai 'view' café.
Jika berada di daerah 'pasar', beberapa kapal pun menjadi 'pasar', menjual beberapa keperluan untuk hidup. Bahkan ada kapal untuk menjual baju2 bekas.
Di beberapa kanal turunan, terdapat 'houseboat', dimana memang disediakan kapal untuk dijual dan disewa sebagai rumah tinggal. Ada yang benar2 di maintenance dengan sangat baik, seperti rumah2 biasa dengan taman terapung, atau 'houseboat' sebagai rumah anak muda yang penuh dengan peralatan olah raga. Menarik dan menyenangkan sekali, untuk sebuah pengamatan kehidupan yang sangat berbeda dengan Indonesia .....
1,5 jam ternyata sama sekali tidak lama. Sambil terus menjepret apa yang kami masing2 inginkan dengan masing2 kamera, kami terus juga mengobrol satu dengang yang lain. Dengan anak2ku atau dengan Arie. Suara tertawa terus juga membahana. Hati kami sangat berbahagia. Semuanya indah dan inilah salah satu mimpiku yang terwujud .....
***
Ketika waktu sudah habis, setelah semua turis keluar dari kapal kami, justru kami menungu semua kosong. Kami ingin berfoto dengan 'nahkoda'nya serta berfoto 'seperti nahkoda'. Seperti yang aku kerjakan pada kunjunganku sebelumnya di Amsterdam.
Aku, berpose yang sama di Amsterdam .....
Aku tetap ditutun oleh Arie, satu demi satu aku naik ke atas kanal, dimana kursi rodaku sudah disiapkan oleh petugas. Pelayanan yang sangat menyenangkan! 1,5 jam kami harus membayar 10 Euro per-orang.
Sama sekali tidak mahal, untuk sebuah hasil pengamatanku yang luar biasa serta pengalaman dan secercah harapan, bahwa entah kapan, suatu saat nanti aku mampu untuk membangun Jakarta, seperti ini, dengan kanal2nya yang memang sebenarnya mampu bersaing dengan kanal2 Amsterdam .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H