Suhu sore itu agak hangat, menurut Arie. Tapi tidak menurut kami! 15 derajat Celsius itu sangat dingin! Sedingin AC kamarku, dan biasanya aku menyelimuti tubuhku dengan selimut lembut, cukup tebal .....
Keluar dari Begijnhof, kami terus berputar di pedestrian kota Amsterdam. Dari hotelku, di Oudezjdskolki lalu ke Red District. Menuju Damrak, pusat wisatawan Amsterdam, berjalan ke arah Kalverstraat, The Parrot lalu terakhir ke Begijnhof. Sekarang kemana lagi?
Tidak jauh dari Begijnhof, masih di lingkungan Kalverstraat, Arie mengajak kami ke museum Amsterdam, sebelum masuk ke Universitas Amsterdam, tempat anak2 Arie menyelesaikan studynya. Hmmmm ..... Pasti menarik!
Awalnya, aku tidak 'merasakan' sebuah museum. Tetapi itulah Museum Amsterdam! Pintu masuknya pun seperti Gereja The Parrot atau Bengijnhof. Kecil, mungil dan tidak ada nama besarnya, bahwa ini adalah museum. Tetapi seperti Gereja The Parrot dan Begijnhof, pintu masuk Museum Amsterdam, hanya untuk 'mengelabuhi' kita saja, karena begitu kita masuk ke dalamnya, suasananya berbeda sekali!
Dari jalan Kalverstraat yang ramai, masuk ke pintu gerbang, kita akan merasakan sebuah ruangan yang tenang, dan tercium bau tanah serta embun. Tenang, walaupun banyak sekali yang berkunjung. Sama sekali tidak ramai .....
Pintu masuk Museum Amsterdam. Kecil, hanya sebesar ruko sekitar 5 atau 6 meter dan tidak ada 'tanda2' ini adalah sebuah museum .....
Museum Amterdam memang bukan museum besar, berapa di Kalverstraat. Tidak seperti Rijsksmuseum atau Van Gogh Museum, yang besar dan 'mewah' ( koleksinya banyak ). Tetapi paling tidak, aku bisa mengamati, seperti apa museum2 yang mampu mendatangkan pemasukan yabg cukup besar bagi sebuah kelompok, kota bahkan bagi negara.
Dari pintu masuk, kami disambut dengan café mungil dengan tempat2 duduk outdoor, seperti foto diatas ini. Dan disekelilingnya adalah beberapa koleksi museum ini .....