By Christie Damayanti
Seekor camar melayang di angkasa, di Amsterdam
Seorang anakku, Dennis, memang sangat berbeda dengan Michelle, adiknya. Dennis sangat pendiam, kalem dan tidak banyak tanya. Pikirannya terfokus dengan senangannya sendiri, entah apa. Tapi yang jelas, liburan ini aku membolehkan melakukan apapun, sesuai dengan kesenangannya. Dia memilih fokus dengan hobi foto nya, dengan membawa kamera DLSR besarnya dengan bermacam2 lensa yang dia punya.
Jika Michelle terus bertanya tentang banyak hal, cerewet tentang keinginannya untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan, serta gelisah dengan ketidak-sabarannya, Dennis lebih sering menyendiri, mengintai dengan kameranya, mencari 'angle2' yang cantik untuk bidikannya. Dia sering tidak mau berfoto bersama, dan dia lebih memilih memotret kami saja. Sehingga, tidak mengherankan jika foto2 keluarga disana, tidak banyak bersama Dennis.
Aaahhhh ..... namanya juga anak2, remaja yang benar2 tidak bisa diatur. Sepanjang keinginannya tidak 'membahayakan' dirinya, aku biarkan saja, salah satunya hobi fotografinya .....
Sampai akhirnya, seperti biasa Dennis memberikan semua hasil foto2nya kepadaku karena aku memang meng-arsip- kan semua bidikannya, melihat perkembangannya untuk terus mendukungnya. Dan beberapa hari ini aku benar2 memperhatikan betapa hasil bidikannya, lebih baik dengan angle2 khas Dennis!
Salah satu yang Dennis suka dalam membidik fotonya adalah satwa, binatang, or whatever lah. Kelihatannya, kedua anak2ku menurunkan sifat penyayang binatang. Aku sangat suka binatang, ternyata begitu juga anak2ku. Anjing, kucing, burung, kelinci atau yang lain.
Ketika aku memperhatikan hasil bidikannya di Eropa, selain pemandangan alam, bangunan2 dan arsitekturnya, Dennis banyak membidik binatang, secara binatang di Eropa sangat 'dimanja!'. Ada berjenis2 burung, berjenis2 bebek, angsa, kucing, anjing bahkan kelinci.
Cerita tentang burung2 di Holland, khususnya di Amsterdam dan Volendam, bukan hanya menjadikan aku terharu karena Tuhan memberikan 'kebahagiaan' pada mereka, tetapi juga membuat aku merenung dan sangat percaya, bahwa burung2 pun tetap diberi makan oleh Tuhan dan kebahagiaan, mengapa kadang2 aku merasa 'ketakutan' tentang masa depan?
Camar itu melayang dan menukik masuk ke area kota
Burung2 terbang rendah, bahkan dekat dengan manusia. Jika di kota atau downtown, yang ada adalah burung2 merpati atau burung gereja. Jika di pantai, yang ada adalah berbagai macam species burung camar ( sea-gull ).
Satu persatu aku membuka bidikannya. Sangat menarik! Dennis 'mengikuti' beberapa burung dengan kameranya.
Camar itu terbang menuju kota, hanya sendiri saja .....
Ada burung camar yang mulanya berada di tepi sungai, lalu dia terbang tinggi berputar2, menukik. Dennis terus mengikutinya. Bidikannya berlatar belakang langit biru yang tinggi, lalu si camar terbang berputar di sekitar rumah2 Amsterdam, sehingga bidikannya berlatar belakang pemukiman, hotel bahkan ketika Dennis mengikuti burung camar yang lain, burung itu menukik ke air, menyelam serta membersihkan dirinya!
Burung camar jenis yang lain ( banyak sekali berjenis2 camar disana ), terbang rendah menuju kota Amsterdam, sebelum mereka turun ke Sungai Amstel ......
Camar yang menyendiri .....
Si camar yang membersihkan diri, setelah menyelam mencari makan di Sungai Amstel
Hahaha .... Burung dara abu2 ini bukan 'burung air'. Mereka biasanya bermain di area perkotaan. Tetapi burung dara ini, iseng ke sungai, tiba2 di 'jatuh' ke sungai, dan burung itu basah kuyup, dan dibidik oleh Dennis ..... lucu sekali .....
Sangat menarik! Membuat aku merenung. Terlihat betapa bahagianya burung camar itu. Tentu dia tidak tahu, ada seseorang yang mengikutinya lewat bidikannya, menjepretnya dan sering aku melihat Dennis tersenyum2 sendiri, ikut merasakan kebahagiaan burung2 itu .....
***
Burung2 liar adalah salah satu sahabat warga Belanda. Mereka dibiarkan hidup bersama dengan manusia. Tidak hanya di Belanda sih, tetapi di semua kota dunia yang aku kunjungi ( kecuali Indonesia, khususnya Jakarta? ). Bahkan, ketika aku kuliah di Perth, aku sempat bersahabat dengan keluarga Angsa Hitam ( lihat tulisanku Keluargaku Angsa Hitam [Sad Ending] )
Ya, sebenarnya binatang juga makhluk Tuhan dimana DIA menginginkan kita manusia untuk hidup berdampingan dengan mereka, saling menguntungkan dan saling mengasihi.
Seperti yang di presentasikan oleh bidikan Dennis, merupakan ekspresi nya untuk mengasihi lingkungannya. Dennis mampu 'melihat' dengan hatinya, bahwa burung pun juga berbahagia, tanpa beban. Berusaha hidup sesuai dengan kemampuannya serta berbuat yang terbaik bagi hidupnya.
Dennis mampu menterjemahkan Kasih Tuhan lewat kebahagiaan burung2 itu dan mengabadikannya lewat bidikan2 kameranya .....
Sebelumnya :
Mahasiswa 'Cool' Menjemput Masa Depan di Universiteit van Amsterdam
Piala Dunia ... Ooo ... Piala Dunia : Jejak Sampah di Amsterdam
Rumah-Rumah Amsterdam yang Cantik dan Spesifik
Museum Amsterdam : Mungil tetapi Tetap Bersahaja .....
'The Begijnhof' : Perempuan2 itu Hanya Ingin Berkarya Dalam Diam .....
'The Parrot' : Gereja yang Tersembunyi di Kalverstraat
'Kalverstraat' : Shopping Area dengan Pedestrian yang nyaman
'Canal Cruise' : Menikah di Kanal Amsterdam? Siapa Takut!
'Canal Cruise' : Secercah Harapan dari Kanal Amsterdam
Makan Siang Pertama di Amsterdam : Masakan China dan Suriname
Dunia Prostitusi 'De Wallen' Amsterdam, yang Sebenarnya .....
Ketika Kekecewaan Berganti dengan Semangat dan 'Excited!'
'Coffee Morning' : Ketika Kebahagiaan Mengawali Semuanya
'Basiliek van der H. Nikolaas' : Gereja Katolik Tertua di Amsterdam Abad - 18
Oudejizdskolk Straat, Basiliek van de H.Nikolaas, Café Molly Malones di Amsterdam
Menuju Amsterdam ... Aku dalam Keterbatasan? Sudah Lupa, Tuh!
Perjalanan ke Negeri yang Jauh Sudah Mulai dan Mimpiku Semakin Nyata .....
Horeeeeeee ..... Libur Besar Telah Tiba!
Ketika Aku Membawa Anak-Anakku Keliling Eropa, dengan Separuh Tubuh Lumpuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H