Toko itu terletak di pojokkan jalan ( hook ). Bangunan sedikit muda, tetapi desainnya berbaur dengan bangunan2 tua Amsterdam. Jalan itu terletak di sisi salah satu kanal Amstel River. Waktu itu, hanya kami yang mengunjunginya. Karena memang sudah malam dan orang2 Eropa jam malam lebih memilih untuk bercengkerama dengan keluarga atau mitra2nya di rumah, cafe atau resto. Makanya, sebenarnya sebagian besar toko2 di Eropa, Australia dan Amerika, tutup pada jam 6.00 sore. Hanya toko2 di Asia saja yang membuka tokonya sampai jam 9.00 malam, bahkan ada yang sampai tengah malam!
![14077491331909998594](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14077491331909998594.gif?t=o&v=700?t=o&v=555)
Aku di depan took filateli di Amsterdam
Tokonya tidak besar. Hanya seperti ruko di Jakarta, lebar 6 meter ( karena berada di hook ), berlantai 2. Arsitektur standard Amsterdam. Didalamnta benar2 penuh dengan benda2 filateli. Bahkan tangga ke lantai 2 pun, penuh dengan prangko. Mungkin si pemilik toko, makan prangko, ya? Hihihi .....
Pemilik toko adalah seorang tua yang ramah, seperti Arie. Matanya memandang dalam2 dan senyumnya membuat aku nyaman. Arie bercerita tentang aku dalam bahasa Belanda, dan si pemilik toko membawakan beberapa album prangko, dimana berisi tentang fauna, berbagai macam binatang.
Mataku tak berkedip, dan dia menuntunku untuk membuka2 lembarannya, untuk memulai perburuanku.
![1407749322440516860](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1407749322440516860.gif?t=o&v=700?t=o&v=555)
![14077494051512256874](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14077494051512256874.gif?t=o&v=700?t=o&v=555)
Selain menjual prangko dan 'sahabat2' nya toko ini juga menjual uang2 kuno dari coin sampai uang kertas dari seluruh dunia. Sayang, aku tidak mengumpulkannya .....
Tapi sayang sekali, harga mahal sekali! Aku cukup kecewa, sehingga aku hanya memilih beberapa set prangko yang sesuai dengan uang saku-ku. Cukup senang, karena aku bisa menemukan beberapa set prangko fauna yang aku dambakan, terima kasih Arie .....
Sambil 'memburu' prangko, kami pun mengobrol dengan santai. Suara tertawa terus membahana. Bahkan anak2 dengan sabar menunggu kami, yang gila filateli.