By Christie Damayanti
Mba Visi, aku, pak Didin, mas Ribhan, Mas Aji dan mas Jerry, gathering 3 Mei 2014, di rumahku .....
Sebelumnya :
Untukmu Indonesiaku, dari Aku 'Ordinary Disabled Woman coz of Stroke'
Dari sekian banyak pelayananku dan karyaku dalam keterbatasan, aku ingin menyoroti sebuah komunitasku yang aku bentuk setelah melihat dan mendengar keterpurukan teman2ku karena banyak sebab terpuruk, ketika suatu saat aku tidak mampu berbuat apa2 karena tidak ada seseorang yang bisa membantuku. Misalnya saja, ketika aku hendak melepas kaosku untuk mandi, tetapi tidak mampu karena tangan kananku tidak bisa bergerak atau sedikit sekali bisa bergerak, dan aku berkali2 mencoba sampai aku kelelahan .....
Aku sangat mengerti ketika banyak orang seperti aku, mengalami saat2 berat untuk tidak isa melakukan sesuatu. Aku sendiri jika memang merasa terpuruk, biasanya aku hanya duduk diam, menutup mataku sambil melipat tanganku untuk berdoa. Dan biasanya juga, hatiku langsung tenang dan damai, dan pertolongan pun tiba, dengan segera. Puji Tuhan .....
Awal November 2013, aku membuat sebuah grup komunitas di Facebook. Bersama dengan mas Aji, seorang insan pasca stroke yang terserang stroke ketika berumur 19 tahun, 11 tahun yang lalu, kami memulai pelayanan ini. Waktu itu beberapa IPS ( insanpasca stroke ) sudah sering meminta aku untuk dating ke rumah mereka, ketika mereka mendengarkan ceritaku di RPK 96.3 FM tiap hari Sabtu jam 16.00 - 17.00, dan ternyata cerita2ku yang sebenarnya sebagai curahan hatiku yang paling dalam ini, Puji Tuhan, bisa menjadi berkat bagi mereka.
Grup Facebook itu berjudul "Komunitas Insan Pasca Stroke dan Disabled : Berkarya Dalam Keterbatasan"
"Weekend Spirit" di RPK 96.3 FM setiap hari Sabtu jam 16.00 - 17.00 ini, sudah mulai mengudara sejak Januari akhir 2013 lalu. Itu memang sebuah proram baru untukku sebagai nara sumber tunggal untuk memotivasi banyak orang.
Awalnya, salah seorang teman anakku, mempunyai mama lumpuh sepertiku, kata Dennis dan dia mengajak aku untuk berkunjung ke rumahnya. Dan aku dating kerumahnya di Rawamangun. Bu Mardiana, yang sudah 3 tahun ( waktu itu ), tidak pernah keluar rumah karena banyak hal. Bahkan dia tidak pernah melihat matahari, karena memang beliau sama sekalitidak mampu bergerak, kecuali dibantu oleh suaminya di atas kursi roda.