Itu yang tertancap dalam hatiku, ketika papa benar-benar serius dengan ucapannya. Beliau ingin membuka pikiran dan hatiku. Membuka wawasan yang seluas-luasnya. Melihat dunia. Dan mengenal hidup sebanyak-banyaknya, untuk membawa kami anak-anaknya, ke alam 'mimpi' sampai berubah menjadi kenyataan lewat bersekolah dan kerja keras untuk masa depan kami. Dan aku sekarang merasakannya...
Hasil belajar dan kerja kerasku selama ini, bisa membuat anak-anakku yang notebene cucu-cucu orang tuaku, juga ikut merasakannya. Untuk itulah, aku membawa anak2ku keliling Eropa dan semoga saja mereka juga mampu membuka wawasannya untuk masa depannya.
Eropa adalah benua yang jauh dari Indonesia. Ketika kami berkeliling di Amerika, bisa dibilang kami hanya tinggal membeli tiket Jakarta - Dallas via manapun. Karena adikku tinggal disana. Tidak perlu akomodasi. Makan pun masak sendiri. Barulah jika kami berkeliling kota-kota di Amerika, dari Pantai Barat (West Coast) sampai Pantai Timur (East Coast), kami mencari hotel-hotel kecil yang murah, dimana adiku akan merekomendasikannya. Itu pun sewa mobil sehingga akan sangat irit, dibanding dengan tour.
Begitu juga ketika kami keliling Australia dan Asia. Di Sydney, adalah tempat kakak dan adik iparku menetap, sehingga seperti di Amerika, semuanya sangat irit. Dan keliling Asia, biasanya kami mencari tour yang murah (cost saver), tetapi bukan backpacker, sehingga Asia pun beberapa negara kami datangi.
Berbeda dengan Eropa. Benua yang jauh dengan kota-kota mahal memicu wisata yang luar biasa mahal. Sehingga, aku merasa perlu untuk menabung khusus selama 3 tahun, membawa anak-anakku keliling Eropa. Dan Puji Tuhan, aku sekarang melakukannya, walau dengan kursi roda...
Lihat tulisanku:
"Ketika Aku Membawa Anak2ku Keliling Eropa, dengan Separuh Tubuh Lumpuh"
Jadi, dengan gembira pun aku membeli tiket ke Titlis. Puji Tuhan, kartu kreditku masih bisa digunakan, setelah heboh 2 hari lalu. Lihat tulisanku "Ketika Mukjizat Tuhan dating Tepat Pada Waktunya ....."
Euro 528 aku bayarkan memakai kartu kreditku. Jangan lupa, masih banyak yang harus kami keluarkan untuk wisata ini, salah satunya untuk makan siang di salah satu tempat tertinggi di Swiss... Dan kami bersiap untuk menunggu jemputan bus wisata kami menuju Titlis...
Catatan :
Sekali lagi, aku bukan mau bermegah-megah dengan wisata ku ini, bukan ingin bersombong diri. Tetapi aku ingin berbagi, pengalaman dan semuanya aku tuliskan yang sejujur-jujurnya. Tidak ada yang aku tutupi, supaya jika ada yang berniat untuk berwisata ke sana, mungkin pengalamanku ini bisa dijadikan sebuah referensi...