By Christie Damayanti
Sebelumnya :
Jangan Pernah Berkata "Mahal" Jika Berniat Wisata ke Luar Negeri .....
"Sendiri" di Limmatstrasse Garden, Zurich City
Inspirasi dari 'Zurich City' untuk Tempat Tinggal yang Nyaman Bagi Warganya
'Zurich City' : Kota Metropolitan yang Peduli Kepada Warganya
'Zurich Lake' : Pemukiman Mahal untuk Sebuah Gaya Hidup
Indahnya 'Zurich Lake' [ Zurichsee ] .....
Kota Tua Zurich: Mengadaptasikan Konsep Modern Kota Dunia
Berkeliling di Kota Tua Zurich, di Swiss
Hari Kedua di Zurich : Hidup Itu Sangat Singkat
Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya .....
Selamat Datang di Swiss, Selamat Tinggal Belanda
***
Bus wisata kami sudah datang. Cukup penuh wisatawan2 dunia yang ikut uuntuk tour ke Titlis. Perjalanan kami dari Zurich ke Mount Titlis cukup jauh. Aku lupa jaraknya, tetapi kami memakan waktu 1 jam, setelah sempat sebentar berhenti ke Mount Pilatus.
Perjalanan kesana memang sangat menyenangkan. Apalagi pemandangannya, sungguh luar biasa indah! Semua sesuai dengan gambar2 kartu pos atau 'wallpaper' gratis di internet. Sepertinya memang tidak ada yang di edit ... hihihi, semuanya indah ... sangat indah! Luar biasa ciptaan Tuhan, dan kami adalah salah satu yang dipercaya untuk menyaksikan keindahan alam ciptaan Tuhan di Swiss .....
Sejak kecil, mimpi ku yang terindah adalah Eropa. Mengapa? Karena sejak kecil papa sering membelikan buku2 dan gambar2 tentang Eropa, dan papa sendiri pernah tugas belajar dan bekerja beberapa tahun di Eropa. Beliau selalu kirim kartu pos bergambar Eropa.
Buku2 dan gambar2 itu tertancap di hati dan pikiranku, sejak tahun 1971, waktu aku berumur 2 tahun dan papa bertugas disana. Janji papa salah satunya di surat2nya adalah akan mengajak kami berwisata ke Eropa. Sehingga aku mulai memupuk mimpi2 indah tentang Eropa, sampai sekarang. Walaupun aku sudah kali ke-3 dan ke-4 berkeliling di beberapa kota di Eropa, mimpiku tentang Eropa terus berlanjut, seakan tidak ada habisnya .....
Dari bangunan2 tua dan klasik yang menyimpak keindahan serta 'misteri' tersendiri, sampai dengan pemandangan indah k has Swiss. Menurut ku, tidak ada yang mengalahkan pemandangan alam seindah Swiss. 'Landmark alam' khas Swiss tidak ada duanya di dunia.
Banyak pemandangan alam indah di dunia, termasuk di Indonesia. Tetapi karena kami hidup di Indonesia, pemandangan alam disini menjadi sedikit bosan dengan landmark alam khas Indonesia. Dan tidak salah jika kita mencari pemandangan alam di negara lain, untuk menambahkan kecintaan kita pada alam, khususnya alam Indonesia. Karena, aku merasakan sendiri .....
"Indahnya ciptaan Tuhan!"
Dan detak jantungku membawa ingatanku ke tempat indah di Indonesia. Dan aku selalu langsung membandingkan keindahan alam di negara tersebut dengan keindahan alam Indonesia.
Tetapi sedikit mencolok, ketika dengan jujur aku mengakui bahwa keindahan alam Indonesia banyak dirusak oleh 'tangan2 jahil'. Bukan hanya sekedar mencoret2 batang pohon saja, bahkan lebih lagi .....
Adakah yang mengamati pemandangan seperti foto dibawah ini?
[caption id="attachment_399626" align="aligncenter" width="560" caption="awaluddintahir.wordpress.com"]
[caption id="attachment_399630" align="aligncenter" width="620" caption="wisatajawa.com"]
Pemandangan alam Indonesia tidak kalah! Bahkan terkesan lebih indah! Tetapi landmark alam Indonesia sudah terpatri jauh di lubuk hatiku. Tanaman teh di Puncak, kebun pisang di tepi2 jalan, persawahan di semua titik negeri, atau kebun jagung di tempat2 tertentu ......
Lihat tulisanku :
"Hijau" Bumi Indoesia Kita (Semoga) Masih Bisa Diselamatkan
Keindahan alam seperti ini mampu membiusku untuk terus bermimpi. Tangan kiriku yang sehat, selalu memegang kamera pocket ku untuk terus mengabadikan keindahan alam ciptaan Tuhan .....
Mari kita lihat 'perbandingan' pemandanga alam ini, di Swiss dan di Indonesia :
[caption id="attachment_399637" align="aligncenter" width="320" caption="wisataalamindonesia.blogspot.com"]
Sama2 cantik. Sama2 indah. Apa bedanya? Bedanya hanya 'landmark alam' nya. Pepohonannya. Gunungnya. Jika gunung2 di Swiss sering diselimuti dengan salju abadi, berbeda dengan gunung2 di Indomesia yang berselimut hijau, walau di beberapa lereng gunung, seakan hanya tanah coklat karena pengrusakan lingkungan .....
Perbedaannya lagi adalah fasilitas2 wisata. Mari kita lihat bedanya :
[caption id="attachment_399644" align="aligncenter" width="550" caption="tripadvisor.com"]
Disepanjang jalan dari Zurich ke Titlis bahkan kemanapun, walaupun kami berada di luar kota yang jarang perumahan dan penduduknya, fasilitas warga tetap diperhatikan. Coba lihat foto diatas.
Foto pertama adalah ketika kami mulai masuk ke pedalaman dengan penduduk yang jalan. Mobil2 pun tidak banyak, tetapi pemerintah kota tetap memperhatikan pejalan kaki dengan membangun pedestrian di sisi kanan dan kiri jalan. Rapid an ukurannya sesuai dengan standard, sekitar 120 cm. Dengan konsep untuk 2 orang berjalan atau berpapasan (orang lebar 60 cm, 2 orang menjadi 120 cm ). Ini hanya MINIMALÂ .....
Tetapi bagaimana dengan di Indonesia? Jangankan fasilitas2 di desa2 yang lebih sedikit penduduknya. Bahkan jalanan di perumahan padatpun tidak dibangun pedestrian, sehingga membahayakan pejalan kaki, karena mereka harus berjalan di badan jalan untuk kendaraan bermotor, bahkan tidak jarang dilewati truk atau bus besar ......
Yang paling miris adalah sampah. Dimana di Jakarta sebagai ibukota Indonesia pun masih ribuan titik sampah! Belum ada kepedulian warga kota terhadap sampah. Semuanya masih 'menggampangkan' permasalahan tenntang sampah kepada pemerintah .....
[caption id="attachment_399647" align="aligncenter" width="620" caption="cara-buat-cari-contoh.blogspot.com"]
[caption id="attachment_399649" align="aligncenter" width="600" caption="twitter.com"]
Jakarta di beberapa titik terus dipenuhi sampah! Bahkandi depan bangunan umum penuh sampah, dan warga harus melewati badan jalan bersama sampah ...... sampah di sepanjang jalan di Puncak .....
***
Ketika aku berada di tempat yang jauh dari tanah air, rasa kangen itu pasti ada, walau kita dihadapkan pada sebuah pemandangan yang luar biasa indah. Tetapi jujur, untukku sendiri, ketika hatiku merasa bangga dengagn pemandangan alam Indonesia, tetapi ada sudut2 kecil yang aku rasakan sangat miris .....
Cerita di atas tadi, menandakan kurang pedulinya kita semua kepada lingkungan. Jangankan sesame manusia, bahkan lingkungan pun yang notebene adalah benda mati, tidak dipedulikan. Sehingga menimbukan efek miris di dada.
"Kapan ya, negaraku bisa sepeduli di negara lain?"
Dan tidak salah, ketika aku jika kemanapun khususnya wisata ke negara lain, selalu melakukan sebuah pengamatan kritis, perbandinga antara negara tersebut dengan indonesia. Bukan untuk menjelekan Indonesia, tetapi justru aku ingin membangun lingkungan cantik untuk indonesia ku yang cantik, aku ingin Indonesia berada sejajar dengan negara2 lain, salah satunya dengan kepedulian lingkungan.
Bukan hanya indonesia dengagn pemandanga alam yang indah saja yang terkenal di seluruh dunia, tetapi juga kepedulian warganya akan lingkungagn, sehingga menambah kecantikan alam Indonesia .....
"Swiss sangat luar biasa cantik! Begitu juga Indonesia! Swiss sudah mempunyai karakter tentang kepedulian lingkungan, bagaimana dengan indonesia?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H