Sederhana, kembali pada judul sebagai tujuan tulisan ini, saya ingin menunjukkan kepada kita semua, bahwa sekarang menjadi toleransi berarti memanusiakan manusia. Kita melakukan hal -- hal baik bukan karena takut akan dosa, tapi sudah menjadi kodrat kita sebagai sesama manusia yang sadar diri, bahwa hal baik tersebut dilakukan sebagai wujud kita hidup berdampingan dan saling membutuhkan.
Menjadi manusia yang memanusiakan berarti kita tahu, bahwa kebaikan bukanlah hal yang harus dibanggakan dan harus diserukan terlebih dahulu. Tapi justru, kebaikan sebagai naluri keikhlasan yang memang kita lakukan kepada sesama saudara Indonesia.
Semoga melalui kasus penyerangan Gereja St. Lidwina serta rangkaian cerita dibaliknya tidak hanya menjadi sebuah kasus belaka yang ramai dibicarakan sekarang dan dilupakan kemudian. Namun, lebih daripada itu, ini justru menjadi pengingat kita bahwa toleransi masih menjadi tugas rumah kita bersama dan Bhineka Tunggal Ika harus kembali kuat kita amalkan.
Referensi :
Rizky Setiawati, Dinamika Religiusitas Muslim di Sekolah Non Muslim (Studi Kasus 3 Siswa Muslim di SMA Santo Thomas Yogjakarta),Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, pdf. 2014, hal. 14.
foto : http://technokids.ph/edigest/kids/sites/technokids.ph.edigest.kids/files/smories.PNG?1386571988
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H