Â
saat malam belum matang
ia berjejak pada Tuhannya
bersama anginÂ
ia berayun
menyusuri kerumunanÂ
tempat berdiri panggung panggung rupa
Â
kantong lumutan berbau hitam
menjadi saudaranya
menerima pernak-pernik
olahan tangan tangan nakal
Â
semenjak cincin di jari manisnya patah
ia sekarat
adalah sunyi tempat ia bernaung
dalam diam menetes cinta
Â
tapi dia tak lelah
di tanah kaya tempat ibu pertiwi
dia tak menggonggong
sebab ini rumahnya
tempat si miskin dan kaya berlabuh
Â
di saat fajar merekah
ia berucap
dia menjawab
habis
ia pulang dengan lembar rupiah
untuk menebus semangkok makan malamnya
Â
Â
17/02/2016
gambar: dokpri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H