Penggunaan Kertas Di Seminari
Kertas adalah sebuah benda yang bisa jadi kita gunakan setiap hari. Dengan mudah kita menggunakannya untuk menggambar, menuangkan isi pikiran kita, dan lain-lain.Â
Kertas juga sering kali digunakan untuk berbagai macam sarana seperti hiburan dalam bentuk novel, sarana informasi seperti koran, sarana telekomunikasi dalam bentuk surat, dan masih banyak lagi.
Hampir seluruh bagian dunia masih menggunakan kertas. Maupun itu dengan kondisi yang sudah moderen ataupun yang masih tradisional. Lalu sampai saat ini, apa dampak yang sudah bisa manusia rasakan dari penggunaan kertas yang begitu banyak ini.
Kertas sendiri pada dasarnya berasal dari bahan baku kayu atau pohon yang dimana semakin banyak orang yang menggunakan kertas makan semakin banyak pula membutuhkan pohon untuk ditebang agar dijadikan kertas. Namun karena kebutuhan dan harga yang relatif murah, maka sangatlah banyak orang yang menggunakannya.Â
Semakin berkembangnya zaman, semakin banyak pula perusahaan-perusahaan kertas yang muncul dengan mesin-mesin yang pastinya memiliki sumbangan polusi yang tidak main-main.Â
Berdasarkan pernyataan dari Paper On The Rocks, setiap tahunnya hampir 4,1 juta hektar bumi kita mengalami kerusakan akibat penggundulan hutan. Kita bisa membayangkan bagaimana dampak yang dapat kita rasakan bilamana fenomena ini terus terjadi di Bumi kita ini.
Melihat realita yang ada di Seminari Menengah Mertoyudan, pihak seminari juga tidak kalah besar penggunaan. Berdasarkan data yang didapatkan dari buku pencatatan transaksi fotocopy di koperasi Seminari mertoyudan ini menyatakan adanya kegiatan memfotocopy dengan total 1500 lembar dalam tiga hari. Secara tidak langsung dalam sehari Seminari menghabiskan satu rim kertas dalam sehari.Â
Situasi ini juga bisa dikatakan bahwa pihak Seminari sendiri sangat boros dalam penggunaan kertas. Mulai dari penggunaan kertas yang sebenarnya tidak sangat diperlukan. Seperti kegiatan belajar mengajar yang begitu banyak dibagikannya kertas fotocopy, kertas refleksi kebidelan, berbagai macam ketentuan yang harus dilakukan dengan tulis tangan, dan masih banyak lagi.Â
Jika melihat perkembangan zaman yang sudah terjadi, berbagai macam contoh diatas bisa saja diubah menjadi sistem digital. Yang dimana seluruhnya tersimpan di suatu email. Walaupun begitu, para seminaris sudah cukup berupaya dalam pengolahan sampah kertas seperti sampah koran dan lain-lainnya.Â
Seperti yang pernah dilakukan, para seminaris angkatan 110 sudah mulai memanfaatkan sampah koran mereka dengan menjadikannya sebuah sampul buku. Juga di angkatan 108 yang sudah berusaha mengumpulkan seluruh sampah kertas mereka agar dijual ke pedagang loak untuk kebutuhan dana rekreasi medan mereka.