Mohon tunggu...
Christian Eka
Christian Eka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Chris saya memiliki hobi memasak dan menari, saya menyukai konten yang memberikan edukasi dalam hal apapun selagi menurut saya menarik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Antisipasi PMK Hewan Ternak Menjelang Idhul Adha

14 Agustus 2022   08:40 Diperbarui: 14 Agustus 2022   08:44 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyakit Mulut dan Kuku atau yang disingkat sebagai wabah PMK, penyakit yang menular dan penyakit yang ditakuti oleh negara-negara pengekspor ternak, akhir-akhir ini terjadi lagi di beberapa Provinsi yang ada di Indonesia. Pada dasarnya penyakit ini sduah ada di Indonesia pada tahun 1887 lebih tepatnya di daerah Malang, Jawa Timur. 

Pada tahun 1974 -1986 melakukan upaya pemberantasan terhadap wabah tersebut. Pada tahun 1990, penyakit tersebut benar-benar dinyatakan hilang dan secara resmi Indonesia telah diakui bebas PMK oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia atau Office International des Epizooties (OIE). 

Keberhasilan Indonesia bebas dari PMK merupakan hasil kerja keras berbagai pihak dalam penanggulangan wabah PMK serta didukung oleh kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan sehingga memudahkan dalam melokalisasi penyakit ini. 

Pada ahir-ahir ini wabah PMK Kembali terjadi di Indonesia, penyakit tersebut akan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar, bukan hanya karena mengancam kelestarian populasi ternak di dalam negeri, tetapi juga mengakibatkan hilangnya peluang ekspor ternak dan hasil ternak. 

Oleh karena itu, peran aktif dari berbagai pihak diperlukan untuk mewaspadai kemungkinan masuknya kembali penyakit tersebut ke Indonesia melalui pengetahuan yang cukup tentang PMK dan langkah-langkah yang perlu diambil. 

Pada dasarnya hewan yang terkena wabah PMk hewan yang berkuku genap, seperti sapi, kerbau, kambing. Gejala yang terjadi pada hewan-hewan tersebut seperti lesu/ lemah, suhu tubuh meningkat (dapat mencapai 410C), hipersalivasi, nafsu makan berkurang, enggan berdiri, pincang, bobot hidup berkurang, produksi susu menurun bagi ternak penghasil susu, dan tingkat kesakitan sampai 100%. Tingkat kematian pada hewan dewasa umumnya rendah, namun biasanya tinggi pada hewan muda akibat myocarditis. 

Tanda khas PMK adalah lepuh-lepuh berupa tonjolan bulat yang berisi cairan limfe pada rongga mulut, lidah sebelah atas, bibir sebelah dalam, gusi, langit-langit, lekukan antara kaki dan di ambing susu. PMK akan mendatangkan kerugian yang cukup besar karena hal-hal berikut ini: 

1. Penurunan produktivitas kerja ternak. Pada sapi potong, produktivitas kerja ternak penderitan PMK akan menurun. 

2. Penurunan bobot hidup. Ternak yang menderita PMK sulit mengonsumsi, mengunyah dan menelan pakan, bahkan pada kasus yang sangat parah, ternak tidak dapat makan sama sekali. Akibatnya, cadangan energi tubuh akan terpakai terus hingga akhirnya bobot hidup menurun dan ternak menjadi lemas. 

3. Gangguan fertilitas. Ternak produktif yang terserang PMK akan kehilangan kemampuan untuk melahirkan setahun setelah terserang penyakit tersebut. Ternak baru dapat beranak kembali setelah dua tahun kemudian. Jika pada awalnya seekor ternak mampu beranak lima ekor, karena penyakit ini kemampuan melahirkan menurun menjadi tiga ekor atau kemampuan menghasilkan anak menurun 40%. 

4. Kerugian ekonomi akibat penutupan pasar hewan dan daerah tertular. Dalam keadaan terjadi serangan PMK, seluruh kegiatan di pasar hewan dan rumah pemotongan hewan (RPH) ditutup. Akibatnya, pekerja di pasar hewan dan RPH, pedagang ternak, serta pengumpul rumput akan kehilangan mata pencaharian selama jangka waktu yang tidak menentu. 

5. Hilangnya peluang ekspor ternak, hasil ikutan ternak, hasil bahan hewan, dan pakan.

Penangan wabah PMK haya dengan vaksin, meskipun begitu hewan ternak yang diberikan vaksin tidak 100% sembuh dari wabah PMK, Menjelang Hari Raya Idul Adha, peternak khawatir jika tidak mendapatkan untung dari hasil penjualan ternak, dengan contoh pengawasan pengiriman ternak dari Pulau Bali ke Pulau Jawa makin diperketat. 

Petugas gabungan TNI/Polri dan Balai Karantina menggelar razia alias sweeping truk pengangkut ternak di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Selasa (7/6/2022) siang guna mengantisipasi meluasnya wabah penyakit kuku dan mulut (PMK). Sweeping dilakukan guna mengantisipasi meluasnya wabah penyakit kuku dan mulut (PMK) seiring tingginya pengiriman ternak sapi yang masuk melalui pelabuhan. 

Sweeping digelar di pintu keluar pelabuhan. Sasarannya, kendaraan truk besar, termasuk truk yang mengangkut ternak. Seluruhnya diminta menunjukkan dokumen pengiriman, kemudian diarahkan ke Balai Karantina untuk pemeriksaan kesehatan. "Kegiatan ini sifatnya antisipasi penyebaran PMK. 

Kami bersama TNI dan Balai Karantina memeriksa truk yang mengangkut sapi. Dokumen kita periksa," kata Kapolresta Banyuwangi, AKBP Deddy Foury Millewa usai memimpin sweeping, Selasa (7/6/2022). Pengetatan pemeriksaan truk ternak ini akan terus dilakukan seiring datangnya Idul Adha. Targetnya, ternak yang datang dari Bali dipastikan sehat, dokumennya lengkap.

 Dengan begini peternak hewan kurban harus bisa menjaga Kesehatan hewan ternak, agar tidak terjadinya kerugian yang akan dialami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun