Mohon tunggu...
Christiana Trisnawati
Christiana Trisnawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang pendidik dan mencintai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Anak Saya Bodoh?

15 Oktober 2022   14:13 Diperbarui: 15 Oktober 2022   14:17 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Belajar merupakan sebuah proses yang dialami  seseorang dari bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu. Setiap manusia mengalami proses belajar di setiap menit kehidupannya. Belajar dalam arti luas bermakna bahwa belajar merupakan kegiatan menambah wawasan atau memperoleh pengetahuan di manapun dan kapan pun. Jadi, belajar tidak hanya berlangsung di sekolah. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh di manapun dan kapanpun, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

  Setiap manusia juga diciptakan secara unik, seturut dengan citra Allah sendiri dan masing-masing dibekali dengan kemampuan bawaan yang dianugerahkan Allah kepada setiap individu. Masing-masing dibekali dengan bakat, talenta yang berbeda-beda. Namun, sebagian besar masyarakat percaya bahwa anak yang memiliki intelegensi (IQ) yang tinggi disebut sebagai anak yang cerdas, sedangkan anak yang memiliki IQ rendah sering kali dipandang bodoh. Anak dengan IQ tinggi pasti akan memperoleh nilai lebih baik jika dibandingkan mereka dengan nilai IQ rendah. Anggapan berlebihan pada kemampuan IQ untuk menentukan keberhasilan seseorang masih saja mendominasi pembelajaran dan pendidikan di Indonesia.

Filsuf pendidikan, Howard Gardner memiliki pandangan yang berbeda. Ia menyebutkan bahwa tidak ada anak yang bodoh, setiap manusia memiliki banyak kecerdasan, tidak hanya sebatas IQ seperti yang dikenal masyarakat luas selama ini. Menurut Gardner setidaknya ada sembilan kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu : kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan ruang visual (spasial), kecerdasan kinestetik badani, kecerdasan musikal, kecerdasan intra pribadi, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. 

Jadi, setiap anak memiliki beberapa kecerdasan yang dibawa sejak lahir, masalahnya adalah tidak semua anak memperoleh kesempatan yang sama untuk dapat mengembangkan kecerdasan bawaan mereka. Bahkan, kadang kala pendidik atau orang tua kurang peka terhadap potensi yang dimiliki oleh anak-anak mereka, pendidik ataupun orang tua masih berpandangan bahwa anak yang pintar adalah mereka yang memiliki IQ tinggi, mereka yang menjadi juara kelas, mereka yang mendapat nilai 100 untuk pelajaran Matematika ( mata pelajaran yang menjadi tolok ukur kecerdasan seseorang ). Jadi, ukuran kecerdasan masih sebatas angka-angka saja. Tak jarang, anak-anak mendapat cemooh atau dimarahi habis-habisan oleh orang tua mereka apabila mendapat nilai jelek. Bahkan, sebagian guru juga masih memandang bahwa siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal) menyimpulkan bahwa mereka anak yang bodoh.

Jadi, sudah saatnya kita mengubah cara pandang kita. Kita tidak perlu khawatir apabila anak kita mendapat nilai kurang memuaskan untuk mata pelajaran Matematika atau mata pelajaran tertentu. Jutru yang terpenting bagi kita selaku pendidik dan orang tua adalah perlu semakin peka dalam melihat bakat atau kecerdasan bawaan yang dimiliki oleh anak-anak kita untuk selanjutnya dapat memberikan pendampingan dan motivasi yang tepat agar anak-anak kita mampu mengembangkan kecerdasan mereka secara optimal dan mampu meraih prestasinya. 

Jadi, tidak ada anak yang bodoh atau anak pintar, yang ada hanyalah anak yang menonjol. Sudah saatnya pendidik dan orang tua memberikan ruang dan memfasilitasi para siswa untuk memiliki rasa percaya diri dalam mengembangkan kecerdasan yang ada dalam diri mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun