Mohon tunggu...
Christina Rizwan
Christina Rizwan Mohon Tunggu... -

I'm a mom..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cintaku Selalu Bersamamu

23 April 2012   17:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:14 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan mimpi kita...bukan pula mau sang buah hati terlahir berbeda dari yang lain semua sudah menjadi kehendak Tuhan yang harus disyukuri mereka bukanlah kutukan bukan pula cobaan...tapi mereka adalah hadiah yang Tuhan berikan buat kita Tuhan percaya kita bisa...Tuhan juga percaya kita mampu memberikan segenap cinta dan seberkas nafas kehidupan yang penuh kebahagiaan buat mereka... kita punya cinta yang mereka butuhkan... dan dari segala keterbatasannya..jika mereka mampu ungkapkan dengan kata-kata maka terucaplah "beri kami hidup yang sama berartinya seperti kami mencintai orang-orang yang mencintai kami" tataplah mata mereka yang penuh harapan...impian juga masa depan... sebagai "Anak Berkebutuhanan Khusus", "Anak Luar Biasa" dan sekarang berubah sebutan menjadi  " Anak Istimewa"  mereka juga memiliki hak yang sama dengan yang lain..

Langkahku seakan terasa berat... ketika harus memasuki halaman Sekolah Luar Biasa (SLB) tipe B Bintoro, bersama buah hatiku ada pertanyaan yang menyesakkan "kenapa harus disini??"... perlahan aku masuk keruangan kelas intensif authise... anakku tidak authis tapi ada kelainan pada tulang belakangnya membuatnya diusia 5 tahun belum bisa berjalan bahkan berpengaruh pada kemampuan psikomotornya, dokter memvonisnya terkena CP ( Celebral Palsy) sejak usianya 11 bulan. Semenjak itu dia butuh pengawasan dan pendidikan khusus untuk melatih kemampuan motorik juga intelegensinya.

Dengan begitu banyak pertimbangan dan pemikiran yang matang aku memutuskan untuk memasukkan anakku ke sekolah Intensif Authis yang ada di SLB tipe B Bintoro yang ada di kotaku. Mengingat usia anakku yang sudah menginjak usia sekolah dan juga untuk melatihnya bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Aku tahu SLB tipe B bukanlah sekolah yang sesuai dengan anakku, karena SLB tipe B disediakan untuk anak-anak Tuna rungu, Tuna netra dan kebetulan mengadakan kelas khusus untuk menangani anak-anak Authise atas banyaknya permintaan dari orang tua yang mempunyai anak authise. Sementara anakku memang seharusnya dia masuk ke SLB tipe C, yang menangani anak-anak Tuna daksa. Tapi menimbang jarak yang dekat dari tempat aku bekerja dan di SLB tipe B gurunya mampu lebih intensif, karena 1 guru menangani 1 siswa, sementara di SLB tipe C masih belum mampu menyediakan guru yang lebih untuk menangani siswa secara individual. Dalam pikiranku, aku hanya sedang lebih memfokuskan pada kemampuan bersosialisasinya dulu, kemudian saat usianya menginjak 6 tahun aku sudah siap memindahkan ke SLB C karena di usianya itu dia sudah mulai mengerti dan siap dengan sekolah terapi untuk kemampuan motoriknya yang disediakan di sekolah SLB C.

Pertama kali kami datang Disana... di Sekolah Luar Biasa ( SLB) tipe B Bintoro, kami diterima dan disambut dengan baik kebetulan saat kami datang saat itu anak-anak dikelas itu sedang istirahat dan bermain dilantai yang beralaskan matras warna-warni saat aku letakkan dan aku biarkan anakku untuk berbaur bersama teman-teman dengan segala mainan juga para guru yang ada di dalam kelas Authis A dia tampak begitu bahagia...ceria, seakan dari matanya berkata "mama...aku bahagia, disinilah tempatku, merasakan kebersamaan bersama teman-teman yang senasib denganku, disini aku merasa tidak berbeda dengan yang lain".. dalam hati aku menangis...tapi juga bahagia...ternyata kita tidak sendiri sayang disini kita bisa saling berbagi baik kesedihan maupun kebahagiaan.

Dedicated for my beloved kid “Wisnu”...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun