Dalam sebuah film tentunya memerlukan seorang atau bahkan lebih sutradara yang bertugas untuk mengarahkan cerita yang akan diperankan oleh para pemainnya. Begitu banyak sutradara khususnya di Indonesia yang memiliki berbagai ciri khas dalam cara men-direct nya. Salah satu nya dapat disebut sebagai auteur.
Apa itu auteur?
Menurut Stokes (dalam Alfathoni dan Manesah, 2007) teori auteur menganggap sutradara sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam pembentukan makna dan gaya dalam sebuah film. Dengan kata lain, adegan yang ditampilkan dalam sebuah film menjadi cerminan mengenai perasaan dan konsep berpikir seseorang yang menjadi sutradara dalam film tersebut. Â
Dalam teori auteur juga menekankan pada peran sutradara yang memiliki kontrol paling tinggi dalam pembuatan sebuah film, karena selain menjadi sutradara bisa  juga seseorang menjadi penulisnya, atau bahkan ikut menjadi bagian dalam deretan pemain dalam film tersebut. Seorang yang berperan sebagai sutradara dapat memegang beberapa kendali juga tentunya mulai dari penulisan cerita hingga mengarahkan dirinya sendiri untuk ikut bermain dalam sebuah film. Bukan hal yang mustahil ketika satu sosok menjadi banyak peran, selagi bisa dan mampu memang tidak salah untuk dilakukan.
Sosok Auteur Indonesia
Dari banyak jajaran sutradara yang ada di Indonesia tentunya ada yang berperan sebagai auteur, bukan hanya satu atau dua sosok bahkan mungkin bisa lebih dari itu. Tapi ada satu nama dari banyak lainnya yang bisa diambil sebagai salah satu sosok yang menjadi sutradara dengan ciri khas auteur nya.
Dia adalah Raditya Dika Angkasa Putra Nasution atau yang biasa kita kenal dengan Raditya Dika. Raditya Dika merupakan seseorang yang mengawali karirnya dengan menulis, khususnya menulis novel. Telah banyak novel hasil karyanya yang memang trending dan sangat diminati oleh berbagai generasi, mulai dari muda hingga tua, anak-anak hingga dewasa. Kemudian dari novel yang laku keras tersebutÂ
Dia juga telah terjun ke dalam industri perfilman Indonesia dengan menjadi penulis, hingga kemudian menjadi seorang sutradara dan bahkan pemain dalam film yang Ia sutradarai sendiri. Hal tersebut dapat menjadi contoh konkrit dari teori auteur, dimana seseorang dapat merangkap peran dalam posisi utamanya yang menjadi sutradara. Dapat kita lihat lebih dalam, ketika kita menyaksikan beberapa film karya Raditya Dika seperti Single (2015), Koala Kumal (2016), Single Part 2 (2019).Â
Dalam ketiga film tersebut Raditya Dika berperan sebagai sosok sutradara tapi disamping itu Ia juga berperan sebagai penulis bahkan tokoh utama dalam beberapa film tersebut. Mulai dari seorang penulis yang bertugas untuk menuangkan pemikirannya dalam sebuah tulisan.