Mohon tunggu...
Christabel Maura
Christabel Maura Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dompet Kecil

21 November 2024   12:17 Diperbarui: 21 November 2024   12:19 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Angin berhembus ringan menemani langkahku saat berjalan di selasar menuju kelas. Aku melewati beberapa murid yang belumku hafal siapa namanya, sambil membayangkan akan ada apa yang terjadi padaku hari ini. Puluhan langkah akhirnya menghantarkan aku sampai di depan pintu ruangan kelasku. Aku melangkahkan kaki ke dalam kelas, memilih bangku kosong dan menaruh tasku persis di bawah meja. Segala kegiatan pembelajaran berjalan sesuai jadwal dan rencana hingga tiba saatnya bel istirahat berbunyi.

     "Hel, ayo ke kantin," ajak Sera teman sebangkuku.

Berjalan bergandengan memang selalu 'kulakukan ketika menuju ke kantin sekolah yang lumayan jauh jaraknya dari kelasku. Sampainya kami di kantin, aku memilih untuk membeli es teh dan sepotong roti coklat kesukaanku. Menunggu Sera yang lumayan lama mengantri nasi goreng di warung Pak Agus, akhirnya aku memutuskan untuk duduk di pojok kantin sambil mengunyah sedikit roti coklat yang telah 'kubeli tadi. Tiba saatnya ketika aku mengunyah suapan terakhir roti coklatku, ujung mataku langsung menoleh ke arah kanan dengan diselingi aroma parfum maskulin yang lumayan tercium kencang. Tanpa kusadari seorang laki-laki berbadan tinggi dengan rambut sedikit ikal berdiri persis di sebelahku. Aku hanya bisa berbicara dalam hati tentang laki-laki ini dan entah mengapa banyak sekali pertanyaan yang terbuat dalam kepalaku.

     "Siapa ya dia? Mengapa aku baru lihat dia sekarang? Ah tidak, aku tidak boleh begini. Tapi jujur, dia sempurna," bicaraku dalam hati.

Tak lama kemudian Sera mendatangiku sambil membawa sebungkus nasi goreng miliknya yang sudah ia pesan di warung Pak Agus tadi. Sera melihatku heran, wajahnya kebingungan karena aku seperti sedang memikirkan sesuatu.

     "Hei, Rahel! Apa yang kamu pikirkan," panggil Sera sambil menepuk pundakku.
     "Eh, em, iya kenapa-kenapa?"
     "Hayo ada apa, kenapa tiba-tiba gugup begini," sautnya sambil sedikit tertawa.
     "Ah tidak, sudah ayo cepat ke kelas," jawabku sambil buru-buru menggandeng tangan Sera menuju kelas.

Tak lama aku dan Sera sampai di kelas. Tanganku dingin karena masih memikirkan siapa laki-laki tadi. Perasaan gugup berseling rasa kagum ketika wajahnya teringat dipikiranku. Lima menit sebelum bel istirahat selesai, kejadian tak terduga mendatangiku seketika.

     "Permisi, mencari nama Rahel apakah ada disini?," ucap seorang laki-laki gagah bersuara tegas namun lembut yang berdiri di samping pintu kelasku.
     "Oh iya, ada kak," jawab Sera dengan penuh keyakinan.

Kaget mendengar ada suara orang mencariku sampai ke kelas dan bersamaan dengan tangan Sera yang menyenggol tanganku saat itu. Suaranya begitu gagah dan tak asing seperti pernah mendengar sebelumnya. Ketika aku melihat ke arah orang yang mencariku, dengan kagetnya itu adalah  laki-laki yang berada di sampingku saat di kantin tadi. Begitu sempurnanya laki-laki itu dimataku, dan bisa-bisanya ia menyusulku hingga ke kelas. Detak jantung yang begitu cepat dengan langkah kecil kakiku menuju laki-laki itu.

     "Aku temuin tadi di gerbang kantin sepetinya ini punyamu," ujarnya sambil mengulurkan dompet kecil dari sakunya.
     "Oh iya kak ini punyaku, terimakasih ya," sautku sambil sedikit bergetar.
     "Iya sama-sama. Aku tahu ini milikmu karena ada kartu pelajar di dalamnya, maaf lancang membuka, aku Karel 12 mipa 1."

Wajahku yang memerah membuat Sera curiga aku menyukai laki-laki itu. Perasaan senang kini ku tahu nama laki-laki yang sempurna itu Karel. Rasa gembira ini berselimut rasa bingung kenapa dompetku bisa jatuh saat di gerbang kantin. Mengingat kejadian bersama Sera tadi, sepertinya dompetku jatuh saat aku buru-buru menggandeng tangan Sera menuju kelas.
Sepulang sekolah, aku menunggu jemputan di pinggir sekolah sambil menahan teriknya matahari siang hari ini. Aku memikirkan bagaimana aku bisa pulang tanpa harus mengeluarkan biaya banyak untuk membayar ojekku sepulang sekolah. Bantuan tak terduga datang ketika Kak Karel berhenti persis di depanku sambil mengendarai motor miliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun