Entah, sampai kapan, ia menanti dalam kebisuan. Mungkin sepanjang masa. Seperti pagi yang sama, di dermaga yang semakin menua. Sebatas saatnya tiba mentari terjaga dan sayup-sayup bayang gadis itu larut, pergi bersama kabut. Tinggalkan nyanyian ombak dan derak kayu-kayu dermaga. Dermaga tua yang selalu mengenang kisahnya.
***
Riau
9/9/15
C.S.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!