Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pintu yang Terkuak Separuh

16 Juli 2013   12:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:28 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hanya menunggu, entah tibanya ujung waktu. Bahkan debudebu

luruh dan mengendap dicekam beku. Menjadi lumut yang selimut

dinding batu. Tak sepatah, lirih pun tiada terdengar

Bahkan selarik bisik, tuk sekedar

jawab akan bilurbilur harap. Penanda titik

alunan bimbang yang terus mengusik

.

Belulang mengaduh, daging merapuh. Ku simpuh di depan

pintu yang terkuak separuh

Sayup temaram. Wajah di dalam.

Entahkan tanya, serak tertelan. Adakah senyum merengkuh

sambutan riang, sebab aku terindukan? Ataukah rona muram

tusuk menghujam, balasan dendam, akan lambung teduh

yang dulu kejam kutikam?

.

Andai saja ternyatakan. Dan pintu tertutup tiada harapan

Tak separuh apalagi penuh. Mengusirku pergi menjauh, terantuk

karang. Terbakar panas jalanan, membayar segala kutuk

Hukuman itu kan kunikmatkan

.

Kini, lunglai buku ini mengetuk. Walau tak terdengar, karena jemari kian getar

Di hadapan pintu, terkuak separuh. Kelopak nanar, aku rebah, lelah terkapar

Tersendat nafasnafas hina, menghiba. Aku hilang, selalu ingin pulang

.

.

C.S.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun