Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadi Suami Jangan “Bossy”

2 April 2013   14:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:51 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan bermaksud “ngetes” atau “sok tahu” ya, tapi sekedar membuka ingatan. Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan sederhana terutama untuk teman-teman saya (bapak-bapak).Tolong dijawab dengan jujur dalam waktu paling lama dua detik. Spontan, tak usah berpikir panjang, apalagi mencari contekan.

Yang pertama, ke arah manakah putaran ulir ketika kita hendak melepas kran air, baut dan sejenisnya?

Yang kedua, arah saat kita mengepel lantai rumah, maju atau mundur ?

Terus, yang ketiga, cara memasang genting rumah, dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah?

Sudah ketemu jawabannya? Oke, tak harus dikatakan di sini, boleh hanya disimpan dalam hati. Termasuk juga jika Anda masih ragu-ragu atau tidak tahu jawabannya apa. Sebab, untuk mengetahui manakah jawaban yang tepat, saran terbaik adalah “sekali-sekali” dipraktekkan.

Silahkan juga, kalau hendak mengabaikan pertanyaan itu, sebab telah terbiasa dengan menggunakan cara praktis...”PANGGIL SAJA TUKANG”!

Iya, iyaaa. Saya mengerti. Mungkin Anda tak ada waktu untuk mengurusi hal-hal sepele semacam ini. Dana untuk menggunakan jasa orang lain itu ada/berlebih dan ingin berbagi rejeki. Ataupun rasa gengsi melakukan pekerjaan “kasar” itu sebab selama ini sudah terbiasa menjadi “BOS” di kantor, tinggal suruh sana-sini. “Apa kata orang, masa’ eksekutif necis, manager keren, mengepel lantai?” Apalagi manjat-manjat genting?!

Padahal, selagi BISA dilakukan sendiri, kenapa tidak? Apalagi, bukannya mendoakan ya, tak tertutup kemungkinan adanya kondisi bahwa suatu saat kita di”harus”kan melakukannya sendiri. Paling tidak, pekerjaan-pekerjaan “standar” yang bisa laki-laki/suami sempatkan. Tentunya kegiatan yang tak menuntut sebuah “skill” tinggi, hanya bergantung pada ada atau tidaknya kemauan.

Wajar kan, kalau di rumah tidak ada PRT/ART, suami mengepel lantai? Masa’ sih, kran bocor harus menunggu tukang yang jadwalnya padat? Dan semacamnya. Nggak jauh-jauh, deh, saya pernah geleng-geleng kepala ketika ada salah satu saudara yang “memaksakan” mengendarai/membawa pulang mobilnya, walaupun salah satu rodanya bocor/kempes. Gelethek...gelethek.., astagaaa..., padahal ada ban serepnya. Alasannya? Nanti panggil bengkel saja, sudah dekat rumah dan belum pernah sekalipun membongkar ban mobil!

Menurut saya, nih, siapapun kita, baik di tempat kerja adalah “BOS” atau karyawan biasa, ketika berada di rumah adalah seorang suami yang tidak seharusnya bergaya “BOSSY” juga. Sekali lagi, selagi kita mau dan bisa, sedikit saja buanglah malas atau gengsi untuk mengerjakannya. Sebab, semakin lama kita enggan melakukannya, bisa jadi membuat kita lupa cara menyelesaikan tugas keseharian yang sebenarnya “sederhana” itu, apalagi pada saat “mendesak”.

Selain itu, boleh percaya atau tidak, banyak sisi positif/berguna lain dalam hal ini. Diantaranya, memberi contoh “bekerja” pada anak-anak kita, fungsi “olah raga”/refreshing, dan timbulnya kenikmatan/kepuasan tersendiri.

Bayangkan, alangkah puasnya saat berhasil “mengkanibal” sepeda bekas sang kakak dengan sepeda rongsok si adik sehingga bisa digunakan lagi, jadi hemat, tidak perlu membeli sepeda baru (meski ada sedikit sisi “abu-abu”, antara hemat dan pelit di sini, hehe..). Pernahkah merasakan sensasi nikmat berada di atas genting rumah sendiri? Melebihi kepuasan berwisata di puncak merapi. Kecuali kalau memang nggak berani, jangan memaksakan diri untuk yang “nyerempet bahaya”, lho. Tidakkah merasa senang ketika anak-anak ketagihan dibuatkan nasi goreng oleh ayahnya, dengan tambahan telur dadar berbentuk pegunungan yang besar? Dan, ada lagi yang termasuk paling nikmat untuk ini, yaitu SENYUM SANG ISTRI dengan seduhan secangkir kopi, sebagai sinyal “kesuksesan” malam nanti.

Salam nggak “bossy”.

.

.

C.S.

(memang bukan bos,kok..)

.

“ Ini kasur angin siapa, Ma?”

“ Punya temenku..”

“ Kenapa di sini?”

“ Bocor, kusuruh bawa ke sini saja, Ayah kan bisa nambalin..”

“ @@@@@@....:D..:Q...”

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun