Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tetap Tersenyum, Meski Tenggelam

17 Desember 2012   08:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:30 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_214931" align="aligncenter" width="400" caption="Eh, ini perahu mau kebalik ya? Foto: Dokumen Pribadi"][/caption]

Hari Minggu kemarin (16/12/2012), saya dan teman-teman bersepakat untuk mencoba merasakan nikmatnya wisata rafting atau arung jeram di daerah Sungai Citarik, Sukabumi. Kebetulan, lokasi yang kami pilih adalah alur sungai yang dikelola oleh PT. Caldera. Sebab, kalau tak salah, ada ruas lain di bawah pengelolaan provider lain juga. Ada Arus liar, Selaras dan lain-lain.

Eh, benar nggak tuh, rafting itu arung jeram? Biarin, lah. Yang saya tahu, rafting ataupun arung jeram itu ya sama saja. Pokoknya bermain dengan arus sungai yang deras menggunakan perahu karet. Mirip dengan masa kecil saya di kampung dulu. Bedanya, dulu saya pakai gedebog pisang yang rangkai menjadi rakit. Tapi, tentu medan yang saya gunakan untuk tempat ciblon dulu tak sedahsyat yang ini. Kenapa saya bilang dahsyat? Karena kalau tak didampingi para pemandu/instruktur yang memang sudah profesional, terus terang saya nggak berani. Nggak bisa berenang? Bisa lah, enak saja! Orang kampung kok nggak bisa nglangi. Cuma, masalahnya, untuk bisa menaklukkan arus yang deras ini tak hanya mengandalkan kemampuan berenang saja. Ada teknik-teknik tertentu yang membutuhkan pelatihan dan pengalaman khusus.

Kalau yang sudah pernah, pasti lumayan tahu lah, sensasinya. Bagi yang belum pernah dan ingin mencoba, silahkan sesekali ke sana. Untuk menuju lokasi, sebagai patokan, kalau tak salah sekitar 10 km sebelum pasar Cibadak Anda pasang mata. Ada beberapa petunjuk di sana. Yang jelas jalan masuknya masih perlu ditempuh sekitar 20 km ( satu jam-an) lagi dari jalan raya. Bukan sembarang jalan. Sekelas dengan jalan desa meskipun diaspal. Kendaraan terbesar yang dimungkinkan untuk lewat maksimal bus ¾. Saya sarankan, jika anda menggunakan mobil, pastikan koplingnya masih fit dan diukur bebannya. Karena kontur jalannya lumayan menanjak dan berkelak-kelok. Saya dan teman-teman kemarin mencarter angkot dan lumayan empot-empotan. Kuat nggak..kuat nggak. Syukurlah, akhirnya nyampe juga.

Yang takut air atau nggak bisa berenang, asal nggak punya riwayat sakit jantung, tak usah kuatir. Ada tim penyelamat plus instruktur yang siaga selalu. Iya, lah. Lha wong bayar kok. Rute sepanjang 9 km yang kami ambil, tarifnya Rp.225.000,- per kepala.

Aman! Dilengkapi dengan pelampung dan helm. Sebelum “resmi” meluncur di sungai, pemandunya pasti memberikan instruksi tentang apa yang harus dilakukan saat perjalanan menantang jeram nanti. Sedikit latihan dan “byur”, bersiap untuk berpetualang.

Tak usah terlalu tegang, nikmati saja pemandangan dan suasana yang ada Gemericik dan gemrojok arus sungai sungguh menyegarkan. Tapi. Ini tapi, nih. Jangan lupa tetap waspada dan mendengar istruksi pemandunya. Kenapa demikian? Karena di depan sana, terhampar banyak titik yang membutuhkan kesigapan dalam mendengar aba-aba. Baik itu mendayung maju, mundur, merunduk (boom) atau pun geser kiri/kanan.

Jangan seperti tim saya yang memang sudah terlampau “profesional”. Sehingga ditengah arus seliar dan seheboh apapun, tetap saja bercanda dan ngobrol ngalur ngidul. Apalagi ketika ada pemandangan bagus. Sesekali, berjajar berdekatan, peserta rafting dari perahu lain, ada cewek-cewek bening dan...basah. Haiyah,..ah..ah..ah. Diperintah dayung maju malah mundur. Atau malah diciprat-ciprat doang. Biarkanlah, instrukturnya saja yang bekerja keras..hahaha.

Dan. Inilah atraksi yang tidak sembarangan mudah ditiru. Karena kami sudah begitu terlatih dalam berkonsentrasi serta mendengar aba-aba. Pada sebuah jeram yang cukup menantang. Sang pemandu memberi perintah untuk bergerak. Kanan!!!

Satu detik, dua tetik, ternyata tak ada satupun di antar kami yang merespon. Mungkin sangat terpesona dengan keindahan yang ada. Tetap tersenyum dan bercanda. Sengaja, kami terlambat bertindak. Sisi kanan dan kiri sama-sama bergerak. Itu pun dengan santainya, cara bergesernya seperti saat berbagi tempat duduk di angkot. Apa akibatnya? Perahu pun mulai oleng setelah tertahan batu besar. Dalam hitungan detik posisinya miring. Kami pun masih juga menyepelekan (maklum..profesional).

“ Eh, ini perahu mau terbalik, yaaa....?!!”

“ Ho’oh..., mungkin..,sepertinya...”

Bluph!

[caption id="attachment_214933" align="aligncenter" width="400" caption="Iya, sepertinya mau terbalik.Foto:Dokumen Pribadi"]

13557302681631235916
13557302681631235916
[/caption]

Terjadilah apa yang memang harus terjadi. Perahu terbalik dengan indahnya. Saya dan rekan-rekan harus sejenak hilang senyumnya.

[caption id="attachment_214938" align="aligncenter" width="400" caption="Tuh, kan beneran. Foto:Dokumen Pribadi"]

13557305741224373275
13557305741224373275
[/caption]

Byur...! Belebeg...belebeg! Lumayan, lah. Kebetulan sejak tadi belum mandi. Malah, ada teman saya yang mungkin kehausan. Minum airnya kebanyakan.

[caption id="attachment_214939" align="aligncenter" width="400" caption="Cool Man. Senyum sejenak hilang.Foto:dokumen pribadi"]

13557309461143026907
13557309461143026907
[/caption]

Hooi!! Beneran, asik loh! Coba deh, yang belum nyoba!

Salam berpetualang ..., hehe...sok..sok’an. Kemlinthi!

.

.

C.S.

Ingin selalu tersenyum..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun