Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Money

Gali Lubang Tutup Lubang, Si "Anak Singkong" Kuasai Carrefour

21 November 2012   11:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:55 2094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gali lubang tutup lubang, menguasai bisnis retail besar “tanpa modal” itulah yang membuat saya berdecak kagum pada Bung Chairul Tanjung. Sayangnya, sekarang ini saya tak bisa angkat topi karena tak memakainya, jadinya angkat kopi! Salut! Hebat! Inspiratif! Memang, sebaiknya diakui dan tercatat, sebuah usaha/bisnis penuh perjuangan ketika dirintis, namun ketika telah tumbuh menjadi besar, jalan itu terlihat mudah dan tampak lebar.

Mencermati berita tentang Bung Chairul Tanjung yang berhasil menguasai seluruh saham PT. Carrefour Indonesia (Kontan 21/11/2012) seperti melihat layar contoh yang nyata dari berbagai macam buku (teori) bertemakan tentang enterpreneur, bisnis dan motivasi.

Hal yang terlihat mudah dan karena mungkin saat ini kita masih melihatnya sebagai “mimpi”, oleh si “anak singkong” ini dapat dijadikan sebagai bukti. Bukti bahwa bisnis itu bagaikan sebuah “game” yang begitu mengasyikkan jika kita mampu bersabar, cerdas dan berani. Mungkin memang benar, ibarat membuka pintu, orang-orang seperti mereka telah memiliki dan menggunakan “kunci” itu. Dan kita, sebagian besar meski samar mengetahui tentang kunci itu. Masalah utamanya adalah belum/tidak berani melangkah untuk menggunakannya.

Chairul Tanjung telah memainkan gamenya dengan cerdas. Merintis usaha, membesarkan dan menjadikannya menggurita terlihat mudah saja. Hingga orang-orang yang masih berada dalam taraf seperti saya , tanpa gengsi-gengsi lagi membatin..,” Ck..ck..ck.., Ampuh tenan sampeyan..!”

Seperti saya bilang tadi, bos yang satu ini melalui CT Corpnya menguasai 100% saham Carrefour di Indonesia “tanpa modal”. Kenapa bisa demikian? Karena dia pandai memanfaatkan dana hasil berhutang. Sebelumnya menguasai 40% dengan hutang, kini yang 60% pun dia tuntaskan dengan cara berhutang. Dana itu ia dapatkan dari pinjaman lembaga keuangan/bank- bank Internasional. Kalau tak salah catat, dahulu ia membeli 40% saham dengan pinjaman dari konsorsium Credit Suisse, Citibank, JP Morgan dan ING. Demikian juga saat ini, pinjaman didapat dari Credit Suisse, JP Morgan, BNP Paribas, ING, ANZ, Goldman Sach, Deutshe Bank, Royal Bank Scotland, Standard Charter dan Bank Of Mistusbishi. Dana total yang dia pergunakan untuk akuisisi ini dikalkulasikan mencapai US$ 1050 juta, tolong dirupiahkan.

Bagaimana bayarnya? Itulah hebatnya. Cerdas! Dengan berhutang lagi. Seperti dia katakan, tiga opsi untuk melunasi hutang plus bunganya tersebut adalah dengan cara meminjam lagi ke perbankan, menerbitkan obligasi (surat hutang) dan IPO (initial publik offering). Yah, boleh dibilang “tanpa modal”. Beli dengan hutang, bayar dengan pinjaman dan mendapatkan peluang keuntungan dari optimisme cerahnya bisnis retail.

Kelihatannya gampang ya? Iya, sekarang. Tapi tentu yang patut dijadikan inspirasi adalah prosesnya berbisnis, dari merintis, tumbuh dan menjadi semakin besar. Semakin solid dan besar tentunya akan semakin mudah dan dipercaya untuk berhutang. Apalagi dengan kondite pemiliknya yang dianggap bagus, duduk pula dalam keanggotaan Dewan Ekonomi Nasional (DEN), tentu menjadikannya bernilai lebih. Memang, tetap selalu ada kemungkinan terjadinya kegagalan. Namun dengan segala pengalaman yang telah didapatkan, hal itu tentunya telah dia pertimbangkan. Sebuah teori yang layak juga adalah ketika bisnis/perusahaan itu sudah terlanjur besar, saat terjadi krisis pun sering ada paradigma “terlalu besar untuk tumbang” (too big to fail), dan akan banyak pihak berusaha membantu mempertahankan.

Ck..ck..ck. Paling tidak, ini contoh nyata menjalankan bisnis (besar) tanpa modal. Angkat topi...eh,..kopi..deh!

.

.

C.S.

Pengin..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun