Lahan rumah yang sempit serta sedikitnya waktu yang tersisa seringkali menjadi sebab banyaknya di antara kita yang tidak memaksimalkan halaman rumah untuk menanam. Bahkan karena rasa tidak ingin direpotkan dengan mengurus tanah tersisa lebih banyak yang “mematikan” halaman rumah dengan cara membabatnya habis dengan pengerasan (dipelur,conblok,ataupun keramik). Untuk keindahan ada yang lebih memilih tanaman hias plastik yang akan hidup selamanya. Memang menjadi relatif mudah dalam membersihkannya, tak perlu repot mencabut rumput liar, menyapu halaman ataupun merawat/menyiram tanaman, namun cara-cara seperti ini seringkali menghilangkan manfaat penting dari halaman yang di sananya terdapat tanaman.
Dari segi hobby ataupun keindahan, tetap perlu diapresiasi bagi rekan-rekan yang memenuhi halaman tersisa dengan tanaman hias (asli, bukan “palsu”). Namun akan lebih baik jika bukan hanya tanaman hias saja yang ada, sangat penting dipertimbangkan untuk melengkapinya dengan tanaman-tanaman yang secara umum begitu bermanfaat terutama bagi pengobatan, paling tidak untuk saat-saat mendesak.
Pasti banyak dari kita yang telah mengenal istilah “apotik hidup”. Adanya istilah ini, bahkan pada masa lalu sering digemakan oleh pemerintah menunjukkan bahwa banyak tanaman yang diakui “khasiatnya” bagi obat atau kesehatan. Sayangnya, seiring gaya hidup praktis dan tidak ingin repot itu menjadikan kebiasaan menanam tanaman berkhasiat obat ini banyak terabaikan, apalagi di perkotaan. Sering terjadi, banyak yang lebih memilih untuk pertama kali mengandalkan tenaga medis saja untuk pertolongan pertama, padahal sering pula kondisi saat itu tidak memungkinkan. Misalnya saja : ketika anak kita mimisan pada tengah malam, alangkah lebih baik jika di halaman rumah kita memiliki tanaman sirih untuk memampatkan pendarahannya.
Akan lebih mudah jika yang diambil sebagai contoh adalah kebutuhan pada anak-anak, baik bayi ataupun balita yang menyadarkan pentingnya tanaman-tanaman berguna itu. Ambil sebuah contoh lagi, ketika bayi anda menangis terus/rewel tanpa henti, banyak pasangan muda yang sering bingung apa yang harus mereka lakukan, apalagi jika tengah malam.
Bahkan banyak yang sedikit berpikir “takhyul” menyangka bayi mereka diganggu “roh halus”. Sudah dibacakan doa-doa buat si bayi, namun tangisnya tak berhenti juga. Padahal seringkali hal itu hanya dikarenakan si bayi resah atau kecapaian. Nah, jika di rumah kita ada tanaman “dlingo dan bengle” hal itu mungkin bisa di atasi. Cukup ambil umbi tanaman itu, lalu parut dan diborehkan pada si bayi, atau bisa juga umbi itu diiris lalu disematkan pada baju si bayi mengganakan peniti. Seringkali si bayi segera terhenti tangisnya, lebih tenang dan tertidur pulas dengan “aromaterapi” alami dari dlingo bengle itu.
Saya yakin masih banyak contoh lain, seperti jahe,kencur,lengkuas,jarak pagar,bilabong,pepaya dan lain-lainnya yang bisa diandalkan sebagai tanaman obat/pertolongan pertama bagi anggota keluarga. Bahkan jika sampai tak sedikit pun lahan tersisa di rumah kita, tanaman-tanaman itu masih juga dipelihara dengan media pot-pot meski ditempel atau digantung sekalipun.
Lahan sempit bukanlah alasan, yang penting niat dan kemauan kita untuk menanam/memelihara. Jika anggota keluarga kita belum membutuhkannya, paling tidak sebagai persediaan pun tetap berguna. Bahkan dari halaman rumah, kita pun tetap bisa menjadi "sukarelawan" secara sederhana, terutama saat orang-orang di sekitar kita membutuhkannya. Bukankah hati kita lega dan bahagia saat tanaman obat kita dibutuhkan oleh tetangga? Paling tidak, halaman rumah kita bisa difungsikan sebagai pertolongan pertama, untuk siapa saja, selain keindahan rupa halaman itu sendiri.
Salam.
.
.
C.S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H