Ini sore hari ketika Paknethole menjemput Maknethole untuk pulang bersama selepas kerja. Makne memutuskan untuk singgah dahulu ke sebuah warung bakso, karena mendapat informasi dari Emban di rumah bahwa hari ini tak sempat memasak untuk makan malam. Katanya Barep dan Ragil hari ini bandelnya nggak ketulungan.
Mereka berdua menuju sebuah warung bakso, hendak memesan beberapa bungkus untuk makan sekeluarga nanti malam.
.
Makne : “Yah, aku sudah pesan. Ayah tungguin ya, aku ke toko seberang, mau nyari bedak..”.
Pakne: “ Oke, Ma. Jangan terlalu sebentar ya,...eh..maksudku jangan lama-lama,..he..he”.
Makne : “ Maksudnya, apa?”
Pakne : “ Nggak,..nggak ada maksud-maksud tertentu kok. Dah, buruan sana!”
.
Makne tak memasuki warung bakso itu, dia bergegas menuju toko di seberang jalan. Sedangkan Pakne memutuskan untuk menunggu di dalam warung. Sepertinya inilah maksud tertentu itu. Radar “tengil”nya ada menangkap sesuatu yang bening di sana. Seorang gadis muda berwajah manis, berkulit putih, berambut panjang, berbaju sopan tampak mempesona di sana. Wedeh, indah sekali pemandangan, batin Paknethole. Ah, kebetulan. Gadis itu tampak kesulitan menuang saus tomat untuk dituang ke dalam mangkuk baksonya. Asik! Kesempatan.
.
Pakne : “Susah, Dik, sausnya?”
Gadis : “ Emm.., iya nih Om,...keras banget..”
.
Alamaaak! Senyumnya adem sekali. Pakne pun tak kalah menampilkan senyum yang dia yakin cool abis! Itu istilah anak-anak muda sekarang.
.
Pakne : “ Hm. Coba-coba Saya tuangin”.
Pakne menuang sedikit air pada botol saus itu dan dengan mudahnya mengocok botol sepenuh tenaga sehingga saus itu pun lembut meluncur ke mangkok bakso si Gadis.
Gadis : “ Waow! Gampang banget sih, Om!”
Pakne : “ Urusan ngocok saus sih, Saya sudah pengalaman..hehe. “
Gadis : “ Pengalaman dagang bakso, Om?...hihi..”
Pakne : “ Hush,..emang tampangku kayak gitu?”
Gadis : “ Nggak lah,..becanda. Masak keren-keren gini jual bakso..he..he”.
Pakne : “ Hehe.., segini cukup, Dik?”
Gadis: “ Udah Om, cukup..cukup. Makasih, ya”.
.
Dan Paknethole pun lumayan mendapat wahana cuci mata. Gadis ini begitu cantik dan ramah. Jadi serasa muda kalo berdekatan dengan yang gini-gini, batin Paknethole.
.
Gadis : “ Om, kok nggak makan bakso?”
Pakne : “ Oh,..aku lagi pesan. Dibungkus. Pulang kerja, Nih?”
Gadis : “ Iya, Om”.
Pakne : “ Sampe sore gini? Sendirian?”
Gadis : “Udah biasa Om”.
Pakne : “ Gak dijemput pacarnya?”
Gadis : “ Nggak, Om. Belum ada yang mau,..he..he”.
Pakne : “ Belum ada yang diterima, maksudnya..?”.
Gadis : “ Bener, Om. Belum ada kok”.
Pakne : “ Ah, pada minder kali cowok-cowok ndeketin kamu..he..he”.
Gadis : “ Ah, si Om bisa saja”.
.
Tak terasa, pesanan bakso itu akhirnya telah selesai. Pakne pun agak malas-malasan beranjak dari bangkunya. Dengan sok gentle dia, pamit kepada si gadis dengan senyumnya yang paling manis. Sambutan si gadis pun tak mengecewakan.
Tak lama berselang Maknethole pun datang. Pandangan matanya bertemu dengan sosok si gadis, yang juga tampak saling terpana.
.
Gadis : “ Mam! Mam Ita, apa kabar?”
Makne: “ Ehhhh! Ini Gadis kan?...wah, sudah beda sekarang ya?”
Gadis : “ Beda gimana, Mam?”
Makne : “ Sudah jadi gadis cantik sekarang, udah kerja?”
Gadis : “Ah, Mam bisa saja. Iya Mam, udah belajar kerja,..he..he”.
Makne : “ Bagus, lah. Eh, kenalkan,..ini suamiku. Lho,...oh, sudah duluan dia ternyata”. ( Makne celingak-celinguk mencari sosok Paknethole yang tiba-tiba lenyap)
Gadis : (tersenyum tersipu saja)
Makne : “ Ya, udah. Aku duluan, ya”.
Gadis : “ Iya, Mam. Silahkan, salam aja deh, buat Bapak..”.
Makne : “ Iya,..”.
.
Paknethole rupanya sudah standby di sadel motornya. Bertingkah cool, tanpa ekspresi apapun.
.
Makne : “ Ih, Ayah gimana sih! Disusul malah kabur duluan. Rugi lho, tadi ada cewek cakep di dalam. Biasanya, suka iseng matanya kalo lihat ada yang bening?”
Pakne : “ Oh,..itu. Udah lihat kok aku, biasa saja, nggak istimewa”.
Makne : “ Ah, yang beneeer?”
Pakne : “ Emang, siapa cewek itu, Ma? (sambil nyengir kambing)
Makne : “ Dia, Gadis, mantan muridku di SMP dulu”.
Pakne : “ Oooo, tapi memang cakep juga sih”.
Makne : “ Halagh,..memangnya aku nggak tahu! (sambil jewer kuping suaminya)
Pakne : “ Wataaaaoww!”.
Makne : “ Makanya, kalau sok kegantengan, lihat-lihat dulu!”
Pakne : “ Iya,..iya. Yuk ah, pulang. Dah laper nih”.
.
Sepanjang perjalanan Paknethole membatin”, Wah, berabe juga nih, kalau tiap cewek cakep di kota ini mantan murid Mama. Weleh..weleh”.
.
Makne : “ Yah!, ngapain geleng-geleng kepala melulu?”
Pakne : “ Nggak papa kok Ma, Cuma agak pegel, he..he”.
.
Dan motor mereka pun melaju dengan kecepatan sedang. Pulang.
.
.
C.S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H