Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Dibutuhkan Jembatan Penyeberangan, Bukan "Jembatan Kampanye"!

7 Februari 2012   01:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:58 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1328576877734392199

[caption id="attachment_159574" align="aligncenter" width="400" caption="Jl.Raya Cikarang. Bukan jembatan penyeberangan yang ada, tapi hanya "jembatan iklan/kampanye pilkada""][/caption]

Cikarang sebagai pusat atau katakanlah ibukota Kabupaten Bekasi dari hari ke hari tingkat kepadatan lalu-lintasnya semakin meningkat. Keramaian atau kepadatan itu terutama berlangsung pada jam sibuk masyarakat yang beraktifitas, yaitu pagi dan sore hari.

Yang sering Saya temui, kepadatan itu berlangsung sepanjang jalan dari arah Kawasan Industri Jababeka hingga mencapai Kawasan Industri Lippo (EJIP), rute ini sering di sebut sebagai Jalan Raya Cikarang-Cibarusah (Lippo). Bukan hanya kemacetan yang sering serjadi, namun juga kendaraan yang dipacu dalam kecepatan tinggi saat jalanan sedikit saja lancar. Yang patut menjadi perhatian adalah begitu banyaknya pejalan kaki yang dalam posisi paling terancam keselamatannya.

Betapa tidak. Jika Anda tinggal di wilayah sana atau paling tidak, pernah atau sering melewati jalan raya itu pada pagi atau sore hari (siang pun tetap berbahaya), akan terlihat sulitnya jika kita berada pada posisi pejalan kaki. Sebagian besar pejalan kaki adalah mereka yang hendak menggunakan jasa angkutan umum, namun karena arah yang dituju berlawanan dengan tempat beraktifitas maka mereka harus terlebih dahulu menyerberang jalan.

Semua sibuk dan dikejar jam kerja atau ingin segera tiba di rumah saat sore, sehingga tak ayal meskipun kendaraan banyak yang melaju kencang saat ramai lancar ataupun jarak begitu rapat saat tersendat, pejalan kaki terpaksa “pasang badan” saat menyeberang. Tak jarang terjadi banyak kendaraan yang terpaksa menginjak rem mendadak saat penyeberang jalan tiba melintas dengan beraninya. Polisi lalu lintas pun sudah berusaha mengatur proses penyeberangan itu, namun karena begitu banyaknya pejalan kaki dan kendaraan yang harus di atur, tugas itu menjadi kurang maksimal dilaksanakan. Tentu saja sangat rawan terjadi kecelakaan, terutama berbahaya terhadap pejalan kaki/penyeberang jalan.

Pada kondisi seperti inilah sebenarnya jembatan penyeberangan sangat dibutuhkan. Namun sayangnya, sejauh mata memandang, sampai saat ini Saya tak pernah menemukan satupun jembatan penyeberangan di sepanjang ruas jalan itu. Padahal, paling tidak/minimal dibutuhkan empat jembatan penyeberangan untuk itu, yaitu di sekitar Jababeka, CTC, Taman Sentosa dan perempatan EJIP.

Tak perlu menjadi seorang ahli lalu lintas bagi Saya untuk melihat kondisi yang nyata dan kebutuhan yang ada. Jembatan penyeberangan! Mutlak diperlukan! Karena begitu banyak nyawa pejalan kaki yang terancam. Kalau Anda atau para pejabat pengambil kebijakan tidak percaya, sekali-sekali dipersilahkan untuk “sedikit uji nyali” dengan menyeberang pada sepanjang ruas jalan ini, pada jam-jam ramai, jangan minta bantuan polisi!

Entah, apakah rencana pembangunan jembatan penyeberangan itu ada dalam anggaran pemerintah kabupaten tahun ini atau tidak. Jika tidak, sayang sekali. Ah, sepertinya meski Pilkada masih dua tahun lagi, justru aroma kampanye lah yang mulai mengemuka. Salah satu contohnya, jembatan penyeberangan tak kunjung ada, namun “jembatan kampanye” yang begitu besar meminta gambar yang ada di sana agar dipilih tampak nyata. Padahal dibawah jembatan itu, pejalan kaki selalu deg-degan saat menyeberang jembatan. Dan harap diingat, para penyeberang jalan itu bukan hanya orang-orang dewasa, namun banyak juga anak-anak usia sekolah.

Hm. Maaf, lagi-lagi Saya ribut pagi-pagi.

Salam jembatan.

.

.

C.S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun