Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mencumbu Jelita Sang Dewi

30 Januari 2012   12:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:17 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

.

* Mencumbu Jelita Sang Dewi*


.

Perlahan temaram

redup

senyap

selimut lingkup usapan kabut

menghitam

.

Daun, batu, kayu

jendela dan juga pintu

Dalam peluk rindu kukusan sayu

takluk dalam lapis berlapis warna

semakin pekat kelabu

.

Lalu merayu sang dewi itu

Saat bentang cakrawala pun

tenggelam dalam belaian

angkuhnya tunduk tenggelam

.

Kerlap cahaya bersinaran

sedetik dua detik

untaian rona bertebaran

Bias-bias harapan berganti memantulkan

agar tiap sudut tetap benderang

.

Satu menjadi dua

satu menjadi tiga

juga kadang empat dan lima

tetap kelam menyentuh permukaan

paparan jalan

pun dinding atau layar yang dibentangkan

menyambut hadirnya pesona dewi

bayang-bayang

.

Berjalan kita jika masih mampu berjalan

Berharap kita jika masih mampu merindu

Birahilah kita jika asa datang bercinta

jelitanya penuh gairah menemani

.

Dalam belainya pejamkanlah mata

lalu berkisahlah

Tentang yang terlewakan

dan juga yang akan dilangkahkan

.

Jika lelah

Berbaringlah dalam wangi tubuhnya

Bermimpilah dalam lelap kecupannya

bermesralah..., bercumbulah..

.

Gelap itu bukanlah ketakutan

Karena gelap itu adalah putaran

Usah termenung menunggu

Atau lari menghindarkan

Malam tetap akan berkunjung datang

Jemputlah sang dewi jelita

dengan peluk manjanya

hangat berselimutkan

senyuman

.

.

C.S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun