.
.
Perlahan temaram
redup
senyap
selimut lingkup usapan kabut
menghitam
.
Daun, batu, kayu
jendela dan juga pintu
Dalam peluk rindu kukusan sayu
takluk dalam lapis berlapis warna
semakin pekat kelabu
.
Saat bentang cakrawala pun
tenggelam dalam belaian
angkuhnya tunduk tenggelam
.
Kerlap cahaya bersinaran
sedetik dua detik
untaian rona bertebaran
Bias-bias harapan berganti memantulkan
agar tiap sudut tetap benderang
.
Satu menjadi dua
satu menjadi tiga
juga kadang empat dan lima
tetap kelam menyentuh permukaan
paparan jalan
pun dinding atau layar yang dibentangkan
menyambut hadirnya pesona dewi
bayang-bayang
.
Berjalan kita jika masih mampu berjalan
Berharap kita jika masih mampu merindu
Birahilah kita jika asa datang bercinta
jelitanya penuh gairah menemani
.
Dalam belainya pejamkanlah mata
lalu berkisahlah
Tentang yang terlewakan
dan juga yang akan dilangkahkan
.
Jika lelah
Berbaringlah dalam wangi tubuhnya
Bermimpilah dalam lelap kecupannya
bermesralah..., bercumbulah..
.
Gelap itu bukanlah ketakutan
Karena gelap itu adalah putaran
Usah termenung menunggu
Atau lari menghindarkan
Malam tetap akan berkunjung datang
Jemputlah sang dewi jelita
dengan peluk manjanya
hangat berselimutkan
senyuman
.
.
C.S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H