. [caption id="attachment_145828" align="aligncenter" width="238" caption="from google"][/caption] Selamat pagi semuanya. Mudah-mudahan Saya, Anda dan kita semua selalu diberikan berkat kesehatan jiwa dan raga. Semoga semua yang menjadi tugas kita hari ini dan juga segala yang kita anggap sebagai beban serta masalah selama ini, dapat kita selesaikan dengan wajah berseri. Pemilihan umum di negeri ini masih dua tahun lagi. Namun, jika kita jeli, pergerakan partai-partai politik untuk unjuk gigi kejar simpati sudah mulai terlihat. Baik terang-terangan ataupun dibalut basa-basi. Banyak paltform diusung, berhiaskan visi misi. Ada partai yang menonjolkan "lipstick" nasionalis, agamis, ataupun demokratis, namun sampai sejauh ini banyak yang sependapat bahwa mereka hanya merayu dengan nada manis. Banyak yang menggemakan suara demokrasi, reformasi bahkan restorasi. Dan sama saja, banyak yang setuju bahwa itu hanya bedak tebal mencari simpati.Ada yang sudah berjalan selama ini, demokrasi "nanggung" dengan adanya istilah partai koalisi dan oposisi. Tanpa arti, karena saat taburan rupiah menanti, dalam proyek-proyek negeri, mereka seringkali duduk bersama dan kompak sekali. Masing-masing merasa punya jatah untuk dibagi. Jika dicermati, semua tingkah itu telah menjadikan rakyat cenderung "apriori" bahkan mulai tercetus keputus-asa-an, yang bergeser menjadi antipati. Ujung-ujungnya mulai banyak suara-suara yang tak sabar dan bernafsu, sadar atau tidak sadar mencetuskan revolusi. Meski arti kata ini perlu dikupas lagi, namun jika yang terakhir ini tidak disikapi dengan bijak, akan sangat berbahaya sekali. Sapaan saya pagi ini mohon jangan disalaharti. Karena jelas saya tidak sedang melakukan kampanye untuk pemilu nanti. Jangan mengira, dengan judul demikan, saya sedang mempromosikan salah satu Partai Politik besar di Indonesia ini. Tidak, saya bukan simpatisan Partai Golkar (golongan karya), apalagi berkampanye untuk mereka ya. Maaf, saya sama sekali tidak berminat dan sorry-sorry saja. Seperti mereka pun pasti tidak berminat pada saya, karena tak ada potensi mendulang suara. Partai besar yang satu ini, saya akui beruntung dalam menemukan nama partai, yang pastinya jelas telah memiliki hak cipta. Namun, untuk menilai pantas atau tidaknya nama itu untuk mereka, sebagai sebuah parpol, rakyatlah yang berhak bersikap. Satu hal, dan jelas sangat terlepas dari sekedar sebuah nama, saya ingin mengajak rekan semua untuk berpikir jernih dan bersikap bijak dalam carut marut politik di negeri ini. Sebuah hal sederhana, namun kita harus yakin akan membawa dampak besar adalah menghilangkan sikap antipati dan apriori kita. Yakinkan saja, perubahan dan pergerakan menuju Indonesia yang lebih baik itu akan tiba nantinya. Langkah yang tepat untuk menentukan posisi dan pilihan kita saat ini adalah tumbuh dan memelihara semangat berkarya. Untuk itu, alangkah baiknya kita satukan tekad untuk bersama-sama menggalang kekuatan, dalam sebuah golongan yang berpikir jernih, optimis, dan nyata. Secara makna, dan tak perlu kita mengajukan ijin nama ataupun hak cipta, golongan kita ini sudah semestinya kita satukan dalam GOLONGAN KARYA. Bukan nama partai politik, bukan penghias bibir belaka, namun sebuah tekad menyatu dalam semangat bahwa golongan kita adalah golongan karya. Golongan tempat berpadunya spirit anak-anak bangsa, yang lebih mengedepankan karya nyata, demi kemajuan dan pengabdian bangsa. Tunjukkan bahwa kita bukan GOLCI, golongan yang hanya berteriak mencaci. Kita bukan GOLTES, golongan yang bisanya hanya protes. Dan jangan sampai kita tersesat masuk dalam golongan GOLSA, golongan generasi yang putus asa. Bukankah begitu? Alangkah baiknya kita bersatu padu. Menghapus "sekat" batas suku, agama, ras ataupun kepentingan golongan semu. Namun kita berpadu dalam semangat golongan generasi nyata. Golongan Karya yang sejati. Generasi yang lebih mengedepankan sumbang karya berarti. Sekecil apapun, menjadi apapun, sepanjang kita melakukannya dengan semangat terbaik dan memberi, efek gelombang kejayaan akan menghampiri negeri ini. Saya sependapat dengan teman dan sahabat yang pernah berkata dan menuliskannya, bahwa akan "lebih baik menyalakan lilin, meski kecil sinarnya, daripada hanya berteriak lantang mengutuk kegelapan". Selamat pagi. Salam bahagia dan terus berkarya (ah, terima kasih untuk sahabat yang sering menggunakan salam ini, sungguh menginspirasi). . C.S.-mu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H