MENYAJIKAN SEJARAH DENGAN KELEZATAN FIKSI
C.S.
.
[caption id="attachment_141557" align="aligncenter" width="325" caption="from google"][/caption]
Jika anda masih ingat, apa yang disodorkan guru-guru sejarah kita di masa sekolah? Baik itu saat kita duduk di sekolah dasar, menengah, ataupun atas. Entah, untuk rekan-rekan yang sempat mengenyam fakultas sejarah di perguruan tinggi. Tapi yang jelas saya alami dan saya ingat, guru-guru sejarah saat itu selalu hanya menyodorkan buku-buku resmi/paket yang isinya jelas sebuah textbook, yaitu buku pelajaran sejarah. Belum lagi jika metode pengajarannya membosankan dan kurang menarik. Hanya "membaca ulang" ataupun mencatat. Sangat wajar jika saat itu, kita sebagai siswa , banyak yang selalu terkantuk-kantuk di kelas. Sebagai intermeso, waktu SMA saya sedikit "beruntung" karena memiliki guru sejarah yang bisa membuat mata selalu terbuka. Guru sejarah saya lumayan cantik. Wajah ayu, kulit putih, dan body oke. Cara mengajarnya pun tidak membosankan. Dia rajin memvariasikan penyampaian bahan ajar, dan saat ber"orasi" selalu rajin bergerak mengitari kelas. Berjalan pelan sambil menyampaikan materi, berkeliling, ke belakang dan ke depan kelas lagi. Saat dia kembali ke muka kelas inilah, saat yang saya tunggu. Karena dengan gerak otomatis, saya yang duduk di bangku belakang, diberi kesempatan untuk memiringkan sedikit badan. Mata-mata lelaki remaja saya, sangat menikmati siluet langkah bak peragawatinya. Indah, apalagi..betisnya...ah...sudah..ah.., malu.
Kembali ke materi sejarah. Saya tidak bisa memastikan, apakah metode mengajar guru-guru sejarah banyak yang cenderung membuat mengantuk atau banyak siswa yang memang tidak menyukai pelajaran sejarah. Yang jelas, perlu diimprovisasi metode-metode yang kiranya mampu membuat siswa tertarik dengan sejarah, menyukai, bahkan selalu mengingat pesan sejarah ataupun tokoh-tokohnya.
Belajar, mengetahui, atau mengenal sejarah tidak melulu harus didapatkan dalam sebuah pembelajaran di kelas. Materi-materi sejarah yang tersampaikan secara formal, sangat perlu didukung oleh media lain yang mampu menguatkannya. Pengetahuan sejarah, cukup diakui sebagai sebuah ilmu, yang berarti ilmiah atau nyata. Meskipun sebagian besar berupa cerita, namun kisahnya diyakini adalah nyata. Namun saat dikemas dalam sebuah buku pembelajaran, dapat dimaklumi jika akhirnya membosankan. Karena memang buku-buku pembelajaran diplot untuk sifatnya detail, kaku dan formal.
Entah sudah ada para guru sejarah formal yang mengadopsinya atau belum. Sebuah pendekatan pengajaran sejarah yang saya rasa akan lebih membekas bagi para siswa. Salah satunya adalah dengan menyodorkan sebuah referensi yang bersifat karya "fiksi", ada juga yang menyebutnya fiksi sejarah. Meski kadang penciptanya tak pernah menyatakan itu. Penciptanya hanya menulis dan berkarya sesuai apa yang ada di imajinasinya saja. Metode ini ini layak dipertimbangkan. Karena saya yakin akan membuat siswa yang sebenarnya tidak menyukai sejarah, namun karena menyukai karya fiksi yang bersifat menghibur, sengaja atau tidak sengaja ia akan merekam sejarah itu dari karya fiksi yang dibaca ataupun dilihatnya. Efektif, apalagi untuk siswa yang pada dasarnya menyukai dan tertarik akan sejarah, karya fiksi akan lebih mematangkannya.
Saya sendiri mengalaminya. Saya lebih merekam alur ataupun tokoh-tokoh yang ada dalam sejarah masa lalu nusantara ini, karena menyukai karya-karya fiksi yang dilatarbelakangi sebuah sejarah. Sengaja ataupun tidak, para pencipta karya tersebut telah menyajikan sebuah sejarah dengan dibumbui lezatnya kisah fiksi. Boleh saya contohkan. Saya lebih merekam dan mengingat sejarah kerajaan-kerajaan besar di masa lalu, seperti Singasari, Majapahit, Mataram (Hindu/Islam), juga kerajaan-kerajaan lainnya (yang sempat saya baca tentunya) justru dari hasil membaca, mendengar dan melihat sebuah karya fiksi.
Mungkin banyak di antara anda yang telah mengetahuinya. Banyak penulis/pencipta karya yang sering menjadi pendorong penikmat fiksi menjadi lebih mengenal sejarah. Misalkan saja seorang Sigit Hadi (SH) Mintardja dengan seri "PELANGI DI LANGIT SINGASARI" atau "SEPASANG ULAR NAGA DI SATU SARANG". Silahkan di tengok juga Sdr. Langit Kresna Haryadi dengan Trilogi "GAJAH MADA" NYA. Atau yang lebih "bersifat muda" sedikit, kita sepertinya lebih banyak mengenal Bung Arswendo Atmowiloto dengan kisah "SENOPATI PAMUNGKAS"-nya. Mereka menyajikan karya fiksi yang nikmat dibaca tanpa bosan dan lebih melarutkan kita pada kisah sejarah yang telah diramu lezatnya bumbu kisah laga,keindahan, kepahlawanan, semangat, bahkan romantisme percintaan.Dari karya mereka lah saya lebih mengingat Ken Arok, Ken Dedes, Kertanegara, Raden Wijaya, Gajah Mada, Tribuaneswari, Dyah Wiyat Rajadewi bahkan liciknya Sang Ramapati.
[caption id="attachment_141558" align="aligncenter" width="246" caption="from google"][/caption]
Itu baru karya yang bersifat tulisan/novel. Bukankah masih banyak karya fiksi yang mampu menyajikan sejarah dalam media lain? Bagi yang berasal dari jawa tengah (maaf), mungkin ingat sajian kesenian "kethoprak". Kethoprak seringkali menyajikan kisah-kisah yang dilatarbelakangi sejarah. Bahkan sandiwara radio masa itu pun ampuh untuk mengenalkan sejarah. Bukankah masih terngiang karya Estijab dalam kisah Arya Kamandanu dan Meishin dalam kisah "TUTUR TINULAR". Bagaimana dengan karya film? tentu saja tidak ketinggalan. Banyak sineas yang telah berperan dalam hal ini. Bukan hanya sejarah Indonesia, sejarah negara lain pun bisa kita nikmati dalam sebuah sajian film. Lihat saja film heroiknya Mel Gibson dalam "BRAVEHEART", padat sejarah bukan?
Ilmu sejarah memang masih diperlukan kehadirannya dalam kurikulum pendidikan kita. Namun alangkah baiknya jika penyampaian dan metode pengajarannya lebih fleksible dan populer sehingga menjadi disukai siswa. Salah satunya dengan menyodorkan karya-karya fiksi. Menyajikan sejarah dengan dibumbui kelezatan kisah fiksi rasanya lebih mengena di hati.
.
C.S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H