Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Semakin Banyak Orang Jujur, Penjara Semakin Penuh

26 Oktober 2011   00:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:30 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_137932" align="aligncenter" width="300" caption="from google"][/caption] Mohon maaf, jika pagi-pagi begini Saya sudah membuat anda merutuk hati. Bukan bertujuan untuk memancing sensasi dengan judul di atas. Tapi benar-benar menggarisbawahi apa yang saya ungkapkan ini. Dan tentu saja sebuah pendapat pribadi. Tentang sebuah teori. Meski belum diuji secara sahih. Entah apa yang tepat untuk dikatakan, mungkin sebuah hipotesa atau hanya merupakan pengungkapan masalah. Silahkan anda cerahkan pendapat ngawur Saya ini. Yaitu pernyataan bahwa "semakin banyak orang jujur, maka penjara akan semakin penuh". Apa yang saya nyatakan adalah sebuah kesimpulan sesaat. Karena menurut fakta yang Saya temui, ternyata dengan sulitnya menemukan orang jujur (di negeri ini) saja, penjara-penjara yang ada telah terbukti kelebihan beban dan muatan. Salahkah apa yang ocehkan tadi? bukankah untuk mengorek sebuah kejujuran, atau katakanlah sebuah pengakuan akan kesalahan membutuhkan proses yang panjang dan berbelit? Ambil saja contong gampang, proses-proses penyidikan atau pemeriksaan tersangka korupsi saja membutuhkan waktu sekian lama. Diyakini 100% pelaku korupsi tidak akan jujur mengakui apa yang telah diperbuatnya. Sampai titik nadir ia masih bisa mengelak dan melempar batu, dia akan lakukan itu. Dengan modal kekuatan uang yang ia miliki, ia mampu mendapatkan bantuan pengacara "hebat" yang (mungkin) mampu memutarbalikkan fakta dengan dalil-dalilnya. Andaikata akhirnya sudah diputus bersalah di Pengadilan pun, segala upaya masih dilakukannya. Banding, Kasasi, bahkan PK (Peninjauan Kembali) akan ditempuh. Semua demi melegalkan ketidakjujurannya. Maka itu tak salah jika ada pendapat bahwa di era ini, profesi pengacara adalah profesi yang "menjanjikan". Yang saya sebut di atas hanya salah satu contoh. Belum lagi pengingkaran-pengingkaran lain atas kesalahan atau kejahatan yang orang-orang lakukan. Penjara/hukuman adalah konsekuensi karena sudah mentoknya usaha membela diri. Baik itu karena mempertahankan kejujuran ataupun ketidakjujuran. Yang jelas, dengan banyaknya orang yang tidak jujur saja, penjara-penjara sudah penuh. Apalagi jika banyak yang jujur dan mengakui kesalahannya, bertanggung jawab untuk menjalani hukumannya. Bisa dibayangkan pemerintah akan menata ulang pengadaan dan pembangunan penjara-penjara baru. Lalu bagaimana? Apakah ternyata saya hanya resek membuat pernyataan. Tanpa sebuah penyeimbang atau pun wacana lain yang lebih enak? Terus terang. JUJUR, saya pun mulai kebingungan untuk memberi bahan bandingan. Namun kalau sedikit berpikir, dan jika boleh saya sampaikan titik samar. Bahwa kejujuran itu penting. Namun yang terpenting adalah BERBUAT BENAR. Karena jika hanya kejujuran saja, tidak menampik kemungkinan seseorang untuk berbuat salah. Karena dunia ini semakin lama menjadi semakin parah jahat dan jebakan-jebakannya. Baik dari keluguan diri atau permufakatan kejam individu lain. Tidak terlalu salah jika ada ungkapan JUJUR-AJUR. Ungkapan memprihatinkan yang sarinya adalah keputusasaan karena di jaman ini, orang yang jujur akan menemui kehancuran. Maka mohon dipertimbangkan pendapat lugu saya ini, bahwa sekarang-sekarang ini, yang paling penting untuk ditempuh adalah usahakan untuk selalu berbuat benar. Jujur adalah berbuat benar, sabar adalah berbuat benar, hati-hati adalah berbuat benar, tidak melakukan kesalahan adalah berbuat benar, dan lain-lain perbuatan yang benar. Lucu ya pendapat saya? maaf. Lagi-lagi Saya ingin mencomot pepatah jawa yang mudah-mudahan merupakan tindakan yang benar. Yakni "JAMANE JAMAN EDAN, RA EDAN RA KEDUMAN, NANGING SA' BEDJANING WONG SING ELING LAN WASPADA" , Jamannya jaman edan, kalau tidak edan tidak kebagian, namun beruntunglah orang yang ingat dan waspada. Maaf sekali lagi jika saya salah dan telah asal tulis. Lebih baik kita sarapan pagi dahulu. Sarapan dengan benar tentunya. Selamat pagi. Semoga kita diberkati untuk selalu berbuat benar. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun