Mohon tunggu...
Chris Surinono
Chris Surinono Mohon Tunggu... -

Pencari dan terus menjadi pencari....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Kita Harus Merawat Indonesia?

27 Maret 2019   04:15 Diperbarui: 27 Maret 2019   05:11 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita masih gagal mengapresiasi apa yang kita miliki sambil mencari yang baru, yang dari luar yang belum tentu teruji. Apakah bangsa Indonesia sedang alami crisis kepercayaan diri? Apakah kita sedang dalam proses gagal untuk menghargai diri dan menghormati apa yang kita miliki?

John Rawls, filsuf yang menyebarkan teori "keadilah sebagai kesamaan"  menulis demikian: "Dalam pelbagai kesempatan saya selalu katakan bahwa kebaikan utama yang paling penting dari semua adalah menghormati diri sendiri". Bagi dia, akan sulit bicara tentang hidup bermartabat dan keadilan kalau tidak berawal dari bagaimana menghargai diri dan apa yang dimiliki.

Apa itu menghargai diri sendiri? Menurut filsuf berkebangsaan Amerika Serikat ini ada dua hal: Pertama, ia tahu dirinya sangat bernilai, memiliki pilihan hidup yang kurang lebih pasti, dan ia yakin bisa mewujudkannya. Kedua, menghargai diri sendiri mengandaikan bahwa ia yakin atas kemampuan dirinya untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. 

Saya kira dalam konteks apa yang dikatakan filsuf yang pernah mengajar di Univesidad Harvard ini, pemerintah, khususnya dalam pelayanan publik punya kewajiban untuk membantu warganya agar bisa mengapresiasi diri dan menghargai apa yang dimiliki bangsa sendiri.

Mari merawat ke-Indonesia-an kita

Tidak ada bangsa yang idealis tanpa cela; tidak ada sistim pemerintahan yang sempurna tanpa cacat. Tapi yang ada adalah, sebagaimana dikatakan oleh Schoperhauer, rakyat yang menikmati apa yang ada dan selalu optimis dengan apa yang diperjuangkan. Kita perlu optimis bukan pesimis; kerja dan menghargai karya sendiri, bukan menjadi pengemis; setia dan jujur, bukan ongkah-ongkah dan hoaks.

David Hume katakan bahwa apa yang menjadi ciri khas manusia adalah perasaan simpati (sympatheia), karena menaruh simpati atau empati ini adalah turut merasakan penderitaan atau kegembiraan orang lain. 

Menurut filsuf yang tidak saja dikenang karena ilmu filsafatnya, tapi juga kepribadiannya yang ramah, periang, dan bersahabat ini, hanya rasa empati yang bisa menjadi landasan moral, disposisi untuk kebajikan social yang baik dan benar, dasar relasi sehat dan benar. 

Jadi, empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Berempati berarti mampu memahami perasaan dan kondisi hidup orang lain.

Kita perlu merawat ke-Indonesia-an kita dengan terus menumbuhkembangkan rasa ini. Karena hidup yang dilandasi rasa ini, akan membuat orang itu menghargai kejujuran, kehormatan, martabat diri, kesetiaan dan kemurahan hati. Ia akan kagum dan bangga dengan diri dan orang lain. 

Sebaliknya, rasa ini juga akan membuatnya lupa dan jauhkan diri dari iri hati, benci, sombong, ambisi, nafsu kuasa dan harta. Para pejuang kemerdekaan Indonesia sudah disatukan oleh rasa ini. Dengan empati yang tertanam kuat dalam nurani, Presiden RI pertama, Bapak Ir. Soekarno sampai di era Bapak Ir. Joko Widodo, bersama rakyat berjerih payah untuk bekerja sama menata dan terus memperbaiki tatanan hidup bersama. Kita pantas berterima kasih kepada banyak orang yang iklas dan tulus berjuang bergandengan tangan mengembangkan negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun