Dalam sebuah Film Perang berjudul Hurt Locker, ada scene di mana seorang prajurit sedang membidikan sniper untuk menembak target teroris di sebuah rumah di suatu daerah gurun pasir, meski bersenjatakan sniper yang merupakan senjata paling akurat, mematikan dan tercanggih saat ini, prajurit tersebut sangat kesulitan dalam menembak tepat targetnya dan tiga kali tembakanya meleset dari target karena faktor angin gurun dan cuaca panas yang sangat terik.
Oleh karena itu, dia memanggil seorang prajurit lainya untuk membantu membidik dengan teropong jarak jauh agar bisa menentukan jarak posisi target teroris tersebut. Bekat bantuan dari rekan prajurit tersebut, akhirnya sang penembak sniper berhasil menembak jitu kepala sang target setelah beberapa kali percobaan yang gagal.
Scene film tersebut hanyalah sebuah cerita fiksi yang dibuat dalam suatu film tema perang. Akan tetapi, suatu scene ketika target teroris berhasil ditembak tepat di kepala tersebut cukup menggambarkan apa yang terjadi dengan Soekarno menjelang kejatuhan dari kekuasaanya pada tahun 1966.
Setelah 21 tahun lamanya menjadi Pemimpin Tertinggi Revolusi Republik Indonesia sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, akhirnya Soekarno menemui takdirnya untuk jatuh dari kekuasaanya. Jika Soekarno diibiratkan sebagai target teroris dalam film tersebut, lalu siapa yang dimaksud dengan prajurit tersebut ? kalau boleh dispekulasikan, prajurit tersebut adalah gambaran dari Amerika Serikat melalui CIA-nya yang memang sudah berhasrat untuk menjatuhkan dan melengserkan Soekarno dari kekuasaanya setelah beberapa tahun sebelumnya selalu menemui kegagalan dalam berbagai operasinya.
Lalu apa yang mendasari CIA untuk menjatuhkan dan melengserkan Soekarno ? Berbicara tentang jatuhnya Presiden Soekarno dari 21 tahun kekuasaanya sebagai Presiden Republik Indonesia, tentu saja ini berkaitan dengan terjadinya peristiwa G 30 S. Pada tanggal 30 September 2020 ini, Indonesia baru saja memperingati 55 tahun terjadinya suatu peristiwa besar yang kelak akan menjadi sejarah kelam dalam perjalanan Indonesia sebagai negara merdeka.
55 tahun yang lalu, di tanggal yang sama dengan hari ini pula, 7 Jenderal Angkatan Darat ditargetkan oleh PKI melalui pasukan Tjakrabirawa sebagai eksekutor lapangan untuk menculik dan menangkap ketujuh Jenderal tersebut ketika waktu masih menunjukan jam 4 subuh dini hari. Dalam operasi penculikan tersebut, 3 target penculikan yakni Jenderal Ahmad Yani, Jenderal M.T.Haryono, dan Jenderal D.I.Panjaitan ditembak mati oleh pasukan Tjakrabirawa sedangkan target lainya seperti Jenderal Sutoyo Siswomihardjo, Jenderal Soeprapto, dan Jenderal Siswondo Parman berhasil dibawa ke daerah Lubang Buaya untuk kemudian “dibereskan” disana. Beruntunglah bagi Jenderal A.H.Nasution, karena berhasil selamat dengan meloloskan diri ke Kedubes Irak yang terletak disebelah rumah tinggalnya. Namun sayangnya, Ajudan pribadinya, Letnan Pierre Tendean dan putri keduanya, Ade Irma Nasution harus menjadi korban dari operasi tersebut.
Selain itu, penjaga rumah Dr.Leimena, Kopral Karel Satsuidtubun juga harus gugur di tangan pasukan Tjakrabirawa. Ketujuh Jenderal tersebut ditargetkan untuk diculik karena ketujuh Jenderal tersebut difitnah dan dituduh oleh D.N.Aidit, selaku ketua PKI sebagai komplotan “Dewan Jenderal” yang akan mengkudeta Presiden Soekarno dari kekuasaanya. Itu adalah sebuah cara yang dilakukan PKI untuk menyingkirkan Angkatan Darat yang merupakan saingan kuat mereka dalam posisi pemerintahan Bung Karno saat itu.
Amerika Serikat yang sudah berhasrat untuk memerangi Komunis memang sudah babak belur dalam berbagai pertempuran sebelumnya melawan Komunisme. Kegagalan dalam operasi militer di Semenanjung Korea (1950) dan Kuba (1962) sudah cukup menunjukan betapa sulitnya mereka untuk membendung ancaman komunisme. Terlebih di tahun 1965 tersebut, mereka juga dihadapkan pada Perang Vietnam dalam rangka menjaga wilayah Vietnam Selatan dari ancaman Vietnam Utara yang berideologikan komunis.
Lalu apa yang mendasari Amerika Serikat untuk menjatuhkan dan melengserkan Soekarno dari kekuasaanya ? baiklah, kita bahas dulu tentang arah perpolitikan Indonesia pada saat itu. Pada tahun 1961, Indonesia melalui Soekarno memprakasai dan memproklamirkan Gerakan Non Blok (GNB) dengan anggota negara Yugoslavia, India, Mesir, dan Ghana.
Tujuan dibentuknya GNB ini adalah untuk menunjukan netralitas mereka terhadap kedua kubu di tengah kecamuk Perang Dingin agar tidak terseret konflik antar kedua kubu tersebut. Meski demikian, Amerika Serikat tetap bersikeras supaya Soekarno dan Indonesia berada dan bergabung di pihak mereka. Akan tetapi, arah politik Indonesia lebih cenderung dekat dan bersahabat dengan blok timur (komunis) karena persamaan konsep ideologi dan cita-citanya yakni sosialisme dan ekonomi kerakyatan.