Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Makna Kemerdekaan Itu Kembali Berbicara

17 Juli 2020   23:00 Diperbarui: 17 Juli 2020   23:09 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Pembebasan Irian|Sumber : dok_pribadi

                                      Pada tanggal 25 Juli 2018, Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta meresmikan area Lapangan Banteng yang tampil dengan "wajah baru"-nya. Peresmian Lapangan Banteng tentu saja disambut meriah oleh masyarakat DKI Jakarta yang harus menunggu sekitar 2 tahun untuk menantikan "wajah baru" dari tempat ini. 

Terbentuknya "wajah baru" dari Lapangan Banteng ini tidak terlepas dari andil Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menginginkan supaya Lapangan Banteng berbenah menjadi tampilan tempat yang estetika dan nyaman untuk dikunjungi oleh seluruh masyarakat DKI Jakarta dan oleh karena itu, Beliau mempercayakan tugas ini kepada salah satu arsitek ternama di Indonesia, Yori Antar untuk membuat suatu rancangan dan bentuk landscape yang akan ditampilkan dalam keindahan dan kenyamananya. 

Dan hasilnya, kini Lapangan Banteng tidak lagi sebagai sebuah "pajangan" seperti dulu dimana setiap harinya masyarakat DKI Jakarta hanya "numpang lewat" dengan kendaraan transportasinya. 

Sekarang Lapangan Banteng berubah menjadi suatu tempat yang selalu ramai dikunjungi dari pagi hingga malam hari dimana banyak pengunjung yang datang untuk berolahraga, bersantai, dan mengabadikan foto-foto.

Di tempat ini pula, terdapat sebuah tugu yang menjulang tinggi dengan patung pria bertubuh kekar dengan mengangkat kedua tanganya ke atas yang bernama Tugu Pembebasan Irian Barat. 

Mengenai sejarah, tempat dan patung tersebut memang memiliki sejarah panjang dibalik berdirinya kedua elemen tersebut. Pada zaman penjajahan Kolonial Belanda, lapangan ini dibangun dan diberi nama oleh Pemerintahan Kolonial Belanda pada zaman itu dengan nama Waterlooplein yang berarti Lapangan Waterloo. 

Lapangan ini sendiri dibentuk pada saat itu untuk mengenang pertempuran Waterloo di tahun 1815 dimana koalisi Inggris, Belanda, dan Jerman berhasil mengalahkan Kerajaan Prancis dibawah pimpinan Napoleon Bonaparte yang dicatat sebagai salah satu pertempuran terbesar di dunia. 

Di jaman penjajahan Jepang, tempat ini dinamakan Lapangan Singa dan barulah di sekitar tahun 1960-an, Lapangan Banteng  mulai berbenah.

Di tahun 1960-an, Indonesia sedang mengalami gejolak dan konflik yang harus dihadapi dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negeri. Salah satunya adalah konflik antara Indonesia dengan Belanda mengenai masalah pulau Irian yang saat itu masih berada dibawah penjajahan Belanda. 

Meski Indonesia sudah resmi memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, wilayah Irian yang sekarang ini sebut dengan nama Papua masih tetap berada dibawah kendali pemerintahan Belanda hingga 17 tahun kemudian dimana Belanda melanggar perjanjian dengan Indonesia yang berisi bahwa Belanda harus mengembalikan Irian ke pemerintahan Indonesia sesuai waktu yang disepakati.

 Tak terima dengan sikap Belanda, Ir.Soekarno atau yang disebut Bung Karno sebagai Presiden sekaligus Panglima tertinggi negara Indonesia menyatakan perang melawan Belanda yang dikenal sebagai Operasi Trikora demi memperebutkan kembali Irian Barat pada tahun 1961. 

Setelah pertempuran dan operasi yang cukup banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak, wilayah Irian Barat resmi menjadi milik Indonesia pada tahun 1962. Direbutnya Irian Barat tentu saja menjadi sebuah sejarah tersendiri bagi bangsa Indonesia setelah sekian lamanya berjuang demi memperebutkan wilayah ini.

Bung Karno sebagai presiden dan sang proklamator tentu saja sangat bangga dengan kemenangan bangsa Indonesia tersebut. Bagi Bung Karno, Irian Barat bukan hanya sebagai bentuk suatu kedaulatan tetapi juga sebagai cita-cita besar Indonesia sebagai sebuah negara besar dan terpandang di dunia. 

Oleh karena itu, Kemenangan ini bukan hanya dirayakan dengan sebuah pidato ataupun pesta rakyat, namun juga harus ada sebuah "elemen" yang melambangkan kemenangan bangsa Indonesia tersebut dan Bung Karno memiliki ide untuk bentuk "elemen" tersebut yaitu sebuah patung. 

Patung tersebut haruslah melambangkan keperkasaan dan kehebatan bangsa Indonesia di mata dunia. Untuk mewujudkan ide tersebut, Bung Karno bekerja sama dengan 2 arsitek dan seniman ternama Indonesia di jaman itu yaitu Edhie Soenarso dan Frederich Silaban,

Lapangan Banteng hanyalah sebuah lapangan dan patung hanyalah sebuah patung, namun dari tempat ini, kita dapat belajar untuk menghargai dan mengenang sebuah arti dari perjuangan dan pengorbanan bangsa dalam meraih kemerdekaan dan mewujudkan NKRI menjadi negeri yang indah dengan berbagai macam suku dan agama dengan slogan dari "Sabang sampai Merauke". 

Makna Kemerdekaan tidak harus dikoar-koar tetapi cukup diwujudkan dalam hati, amalan perbuatan sehari-hari, dan ketulusan serta keikhlasan dalam membangun negeri sama seperti patung pembebasan Irian Barat walau hanyalah sebuah patung namun mampu memberikan arti dari apa itu makna kemerdekaan yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun