Mohon tunggu...
Chrisanta Ophelia Rosharry
Chrisanta Ophelia Rosharry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta

Suka bernyanyi, salah satu anggota PSM Atma Jogja. Manusia Virgo yang suka akan kesunyian dan tenang. Air menjadi salah satu element gambaran diri

Selanjutnya

Tutup

Film

Dosen Juga Berimajinasi!! Ini Pandangan Dosen Terhadap Tantangan dan Potensi Adaptasi Film dan Video Game

3 Desember 2024   19:38 Diperbarui: 3 Desember 2024   19:42 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam wawancara bersama dengan Pak Mega Nusa yang merupakan dosen di Departemen Ilmu Komunikasi mengungkapkan bahwa sebagai seorang dosen pun memiliki ruang untuk berimajinasi. Beliau sendiri melakukan imajinasi dengan bermain game dan sudah dilakukan sejak tahun 1997. "Video Game memiliki immersion yang bisa melibatkan take action yang tidak membatasi durasi alur cerita dibandingkan dengan film," ucapnya. Hal ini yang membuat tantangan besar ketika game diadaptasi menjadi film atau sebaliknya. 

Menurutnya, video game adalah medium untuk seseorang berimajinasi yang lebih interaktif dibanding dengan komik, anime, atau film. Secara keseluruhan, point utama yang diceritakan adalah bagaimana tantangan adaptasi film dari video game. Sering sekali film yang diadaptasi dari video game sering sekali gagal karena keterbatasan durasi yang mempengaruhi kedalam dan kekayaan naratif dan karakter dalam game. "Biasanya durasi film yang diadaptasi berdurasi sekitar 1-2 jam," ujar Pak Mega. 

Dalam konteks ini, film yang diadaptasi dari video game memerlukan suatu pendekatan yang lebih hati-hati dan kekreatifan untuk menangkap esensi yang berasal dari game. Lama durasi dan pengembangan karakter yang mendalam adalah kunci untuk membuka adaptasi film yang sukses. Industri film dapat belajar dari kesalahan masa lalu dan mulai menerbitkan adaptasi yang lebih memuaskan bagi penggemar video game. 

Berbeda dengan serial TV "The Last of Us" yang debut pada tahun 2023 sebagai sebuah adaptasi film dari video game yang diproduksi oleh HBO. Serial ini dapat menangkap esensi dari game aslinya dengan durasi yang lebih panjang dan pendalaman karakter yang lebih berkembang. Serial ini juga diproduksi oleh tim yang sama dengan video game aslinya yang membuat keunggulan untuk mempertahankan kekonsistenan dan kualitas alur cerita. Hal ini menjadi petunjuk pentingnya menjaga esensi narasi yang setara dengan gamenya yang dikenal karena adanya emosionalnya. 

Selain dari itu, perlu digaris bawahi bahwasannya game memiliki kemampuan untuk menghadirkan plot kompleks tanpa batasan durasi. Dalam game yang bergenre RPG, pemain dapat menjelajahi dunia imajinatif sambil menghadapi dilema moral dan keputusan yang sulit.  seperti "Mortal Kombat" sering kali lebih sukses karena fokusnya pada aksi dan pertarungan yang mudah diterjemahkan ke dalam film. Namun, adaptasi semacam ini juga memiliki keterbatasan dalam hal narasi dan pengembangan karakter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun