Mohon tunggu...
Chrisania SharonVircilia
Chrisania SharonVircilia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 8 buku solo dan telah memenangkan berbagai lomba menulis cerpen.

Sosok yang bercita-cita ingin menjadi bakteri ini sangat suka menonton drakor, anime serta membaca komik bergenre mystery-thriller, fantasi, dan komedi. IG: @eren_chiirsa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mentari Pagi dari K-drama Daily Dose of Sunshine

21 November 2024   17:49 Diperbarui: 21 November 2024   17:56 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awal tahun 2024, aku baru merasakan dampak penyakit kronis yang pada akhirnya mengganggu penglihatanku, membuatku dikeluarkan dari tempat kerja.  Karena hal itu, hidupku menjadi kacau balau. Aku tidak bisa merasakan apa itu emosi karena perasaan hampa. Aku cenderung mengurung diri di dalam kamar dan merasa dunia ini sudah runtuh dan hancur berkeping-keping. Rasanya sungguh berat dan menyesakkan. Perasaan campur aduk seperti ingin mengakhiri hidup kerap menghantui, tetapi di satu sisi sebenarnya aku masih ingin hidup. Aku lelah dengan segala keributan yang ada di kepalaku, mengacaukan sanubari yang sudah memiliki lubang di sana-sini.

Meskipun hidup terasa berat dan aku kehilangan minat dengan banyak hal, subscription Netflix yang masih ada membuatku berpikir untuk mencari hiburan di tengah kebosanan, meskipun aku sendiri tidak yakin apakah hiburan ini akan mempan untukku.

Sebuah judul drama Korea menarik perhatianku. Daily Dose of Sunshine, begitulah judulnya. Aku membuka detail film itu dan membaca sinopsisnya. Drama ini menceritakan tentang Jung Da-Eun (yang diperankan oleh Park Bo-Young) yang sebelumnya bekerja sebagai perawat di bangsal penyakit dalam. Namun karena sifatnya yang terlalu baik terhadap pasien, ia dipindahkan ke bangsal psikiatri. Meskipun sama-sama menjadi perawat, tentunya menangani pasien yang memiliki sakit di jiwa sangat berbeda dengan pasien-pasien lain yang memiliki sakit secara fisik.

Kisah yang aku rasa ringan untukku, begitulah pikirku saat itu. Sebenarnya aku ini sangat menyukai drama Korea, terutama genre misteri, thriller, hukum, aksi, dan fantasi. Namun sejak aku mengalami depresi dan anxeity, diperparah lagi karena musibah lain yang menimpaku, aku tidak sanggup menikmati film maupun series dengan tema yang berat dan berdarah-darah.

Awalnya aku merasa bosan menonton drama ini. Bukannya aku langsung mengecap drama ini jelek, tapi buatku yang terbiasa dengan alur cerita yang cepat, tentu saja alur yang slice of life ini terasa membosankan. Tapi aku tetap mencoba meneruskan drama ini, lalu aku menyadari banyak hal.

Orang yang sakit jiwa tidak bisa disamakan dengan orang bodoh. Justru sebenarnya orang yang punya sakit jiwa itu sangat kreatif, saking kreatifnya bahkan bisa membuat ide gila untuk membunuh atau menyakiti dirinya sendiri. Mereka bisa memanfaatkan gorden, tali lanyard milik perawat, ataupun anting yang dipakai perawat untuk menyakiti diri mereka sendiri. Sebagai penyintas bunuh diri, aku sadar kalau aku juga pernah melakukan hal-hal yang pernah dilakukan oleh para pasien di bangsal psikiatri itu, makanya aku mengerti maksud di drama tersebut.

Perlahan, aku menikmati drama ini. Terkadang aku tertawa, terkadang aku ikut merasa cemas karena tingkah para pasien yang menimbulkan kegemparan, dan juga aku merasa berempati dengan mereka. Kebanyakan dari mereka bukanlah orang yang punya penyakit mental pada awalnya, tetapi karena keadaan dan interaksi antarmanusia itulah yang membuat orang-orang itu memendam semuanya dalam hati dan tahu-tahu bertindak tidak seperti biasanya.

Dimulai dari kisah pasien bipolar bernama Oh Ri-Na yang merasa dirinya tidak sakit. Namun tingkahnya menari dengan tubuh telanjang ketika dalam fase manik serta menutup diri dan tidak mau melakukan apa pun, termasuk makan, ketika fase depresi membuat Dae-Un cemas. Ternyata diketahui bahwa penyebab Oh Ri-Na menderita bipolar akibar ibunya yang terlalu overprotektif sekaligus terlalu mengatur hidup Ri-Na. Afeksi berlebihan dari ibunya membuat Oh Ri-Na kehilangan kehendak bebas karena dia merasa seperti boneka yang diatur dan digerakkan oleh orang yang memainkannya.

Pasien bernama Kim Sung-Sik yang mengalami gangguan kecemasan akut, yang disebabkan karena perilaku bosnya yang kerap menindasnya dengan omongan---sering disebut sebagai gaslighting---yang bahkan sampai melarangnya untuk ke kamar mandi. Hal ini membuat Sung-Sik merasa takut berlebihan ketika dia ditegur mengenai sesuatu, yang sebenarnya tidak ada maksud untuk menyalahkannya. Dia bahkan benar-benar mempercayai kalau dirinya benar-benar bodoh dan tidak berguna seperti yang dikatakan atasannya itu. Menonton adegan ini membuatku sadar kalau aku masih suka mengecap orang dengan hal-hal buruk, yang mungkin tanpa aku sadari tak hanya menyakiti hatinya, tapi juga bisa mengganggu kejiwaannya. Dan juga masih banyak kisah pasien-pasien bangsal psikiatri yang tidak dapat aku ceritakan semuanya di sini.

Selain kisah-kisah pasien di bangsal psikiatri, aku juga dapat melihat character development yang sangat bagus dan relatable dengan kehidupan sehari-hari, seperti Dae-Un yang overthinking ketika beberapa perawat berbisik-bisik di belakangnya, padahal sebetulnya para perawat itu tidak membicarakannya. Ada juga Song Yu-Chan yang kelihatan ceria dan supel, tetapi dia tak mampu berkutik melihat mantan rekan kerjanya di perusahaan terdahulu datang ke restorannya, yang akhirnya diketahui kalau dirinya mengalami gangguan panik. Lalu ada juga momen ketika Dae-Un mengalami depresi berat hingga dia pernah memutuskan untuk bunuh diri.

Banyak kalimat-kalimat yang juga membuatku tak bisa berkata-kata, seperti kalimat yang kurang lebih isinya seperti ini, "Apakah orang yang memiliki segalanya tidak bisa mengalami penyakit mental?"  Lalu ada juga kalimat yang isinya, "Semua penyakit disebabkan karena kehilangan, entah itu kehilangan waktu yang Anda nikmati atau kehilangan diri sendiri," dan juga "Berhadapan dengan kematian bukanlah sesuatu yang biasa Anda lakukan. Sangat menyedihkan setiap saat. Kita semua hanya berpura-pura hal itu tidak mempengaruhi kita. Itu saja." Kata-kata yang diucapkan itu tak ayal membuatku menitikkan air mata.

Menonton serial ini membuatku sadar kalau orang yang tampaknya baik-baik saja bisa jadi tidak baik-baik saja. Mereka menyimpan luka yang tidak disadari, yang bahkan mungkin saja luka itu disebabkan oleh kita. Oleh karena itu, serial ini mengajarkan untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan berbicara kepada orang lain dan juga lebih aware terhadap kesehatan mental, termasuk kondisi yang dialami diri sendiri. Karena serial inilah aku menyadari kalau ada yang tidak beres dalam diriku selain karena penyakit kronis yang aku derita. Dan mungkin sudah saatnya aku harus meminta pertolongan dari ahlinya.

Daily Dose of Sunshine, drama Korea yang membuat hidupku yang kelam akhirnya mulai merasakan sinar mentari pagi. Drama ini membuatku sadar kalau hidupku ini masih bisa dipenuhi dengan hal-hal yang bermakna, masih ada harapan di dalamnya. Karena drama ini, akhirnya aku mulai bisa merasakan kembali emosi-emosi yang sempat mati, meskipun terkadang rasa depresi dan cemas masih menghantui.

Pokoknya, aku drama ini recommended untuk mengenal mental illness dan mental health dengan cara yang lebih mengena.

"Karena setelah subuh yang gelap, pasti akan timbul fajar yang cerah dan hangat."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun