"Kamu itu orangnya workaholic banget deh" Ucap seorang rekan kerja dengan maksud memuji dirimu.
Para atasan dan rekan kerja yang baik hati kebanyakan memiliki sifat suka sekali menunjukkan kepeduliannya terhadap kamu. Mereka tidak tega melihat kamu terlalu sibuk melakukan pekerjaan terkait kantor, seringnya juga melihat kamu multi tasking dalam mengerjakannya. Bahkan, seringnya juga kamu lupa makan karena terlalu asyik bekerja.
Menyebut kamu Si Workaholic , bisa jadi maksud mereka untuk mengapresiasi kamu yang selalu kelihatan terlalu bekerja keras, sekaligus berterima kasih atas kontribusi kamu dalam meringankan dan membantu pekerjaan kantor sehingga mendapatkan capaian kinerja yang baik. Namun, ternyata menjadi Si Workaholic itu tidaklah bagus loh.
Apa itu Workaholic ? Workaholism dapat diartikan secara sederhana sebagai kecanduan kerja yakni keadaan bekerja terlalu keras sehingga mengabaikan atau menganggap remeh aspek-aspek kehidupan lainnya seperti percintaan dan keluarga. Orang-orang yang kecanduan kerja ini disebut workaholic.
Workaholism sebagai Respon Trauma
Pete Walker, M.A., MFT. dalam paper nya yang berjudul The 4Fs: A Trauma Typology in Complex PTSD yang dapat diakses melalui websitenya pete-walker.com., menjelaskan tipologi trauma untuk mendiagnosis dan mengobati Gangguan Stres Pascatrauma Kompleks secara diferensial dengan menguraikan empat struktur pertahanan dasar yang berkembang dari respon Fight, Flight, Freeze, dan Fawn yang naluriah terhadap pengabaian dan trauma yang parah (4Fs).
Pete menyebutkan, variasi dalam pola pelecehan / pengabaian masa kanak-kanak, urutan kelahiran, dan kecenderungan genetik menyebabkan individu "memilih" dan mengkhususkan diri dalam suatu pertahanan. Individu yang mengalami trauma berulang-ulang di masa kanak-kanak, sering kali belajar bertahan hidup dengan terlalu mengandalkan penggunaan satu atau dua respons 4F. Fiksasi pada salah satu respon ini, tidak hanya membatasi kemampuan untuk mengakses semua respon lainnya, tetapi juga sangat merusak kemampuan individu untuk rileks dalam keadaan tanpa pertahanan tersebut, dan membuat mereka membatasi dirinya dalam pengalaman hidup yang sangat sempit.Â
Seiring berjalannya waktu, pertahanan 4F ini pun menjadi kebiasaan karena menawarkan perlindungan dari kerentanan juga untuk mengalihkan perhatian mereka dari perasaan-perasaan tak tertahankan dan terus menumpuk akibat keterasingan saat ini dan trauma masa lalu yang belum terselesaikan.
Tipe Flight itulah Si WorkaholicÂ
Lebih lanjut, Pete menjelaskan bahwa orang-orang workaholism dan busyholism termasuk ke dalam kategori tipe Flight (Pelarian). Orang lain akan melihat seolah tombol starter mereka macet di posisi "on". Ini dikarenakan mereka secara obsesif dan komplusif didorong oleh keyakinan bawah sadarnya bahwa kesempurnaan akan membuat mereka aman dan dicintai.Â
Ketika tipe Flight yang obsesif / komplusif ini tidak melakukan apapun, maka mereka akan khawatir dan berencana melakukan sesuatu yang membuatnya sibuk. Tipe ini juga cenderung menjadi kecanduan terhadap adrenalin mereka sendiri, dan banyak diantaranya melakukan aktivitas- aktivitas yang berisiko bahkan berbahaya untuk menjaga adrenalin mereka agar tetap tinggi. Tipe-tipe ini rentan terhadap kecanduan zat yang adiktif, seperti halnya proses bekerja favoritnya yaitu menjadi si workaholic.
Ini dapat berubah menjadi gangguan kecemasan dan panik. Dalam kesehariannya, tipe pecandu kerja yang diantaranya pernah penulis temui sebenarnya menyadari dan mengakui kecanduan mereka terhadap pekerjaan. Sebagiannya mungkin memilih diam-diam menyimpan perasaan kecanduan mereka terhadap pekerjaan dan ada pula rekan yang terang-terangan mengakui kecanduannya terhadap pekerjaan. Namun, pada intinya mereka menganggap menjadi workaholic sebagai suatu kebanggaan dan keunggulan dirinya daripada karyawan yang lain.Â
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan bekerja yang 'terlalu sibuk' tidaklah baik. Dan sejatinya segala sesuatu yang 'terlalu' itu tidaklah baik.
Cobalah mengurangi sisi perfeksionisme kamu sedikit demi sedikit. Kepada klien nya, Pete mengajak melakukan meditasi mini-menit untuk membantu mengidentifikasi dan mendekonstruksi kebiasaan "lari" dengan cara duduk nyaman, rileks secara sistematis, bernafas dalam dan diafragma dan bertanya kepada diri sendiri "Apa prioritas terpenting saya saat ini?, atau ketika lebih banyak waktu bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri seperti, "Rasa sakit apa yang sedang saya hindari saat ini? Dapatkah saya membuka hati saya terhadap gagasan dan gambaran menenangkan diri saya dalam rasa sakit saya?".
Referensi:
pete-walker.com
Semoga bermanfaat :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H